Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sepertinya bakal jadi bola politik panas berikutnya di negeri ini jelang Pilpres 2019. Seperti dikutip detik.com dari The Times of Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa negaranya tersebut memiliki hubungan luar biasa dengan Indonesia.
"Indonesia adalah sangat-sangat penting untuk kami. Negara yang sangat penting," ujar politisi dari partai Likud tersebut. Ditambahkan pria 68 tahun tersebut bahwa Israel ingin memiliki hubungan luar biasa dengan Indonesia.
"Penduduk Indonesia lebih dari 200 juta orang. Ada Muslim. Ada puluhan juta warga Kristen. Kita ingin melihat mereka ke sini. Kita ingin memiliki hubungan luar biasa dengan mereka."
Sudah barang tentu keinginan Israel tersebut akan ditolak mayoritas masyarakta Indonesia. Seperti diketahui Indonesia memang tak memiliki hubungan diplomatik setelah negara ini melakukan aneksasi ke wilayah Palestina. Beberapa tahun lalu saat Gus Dur menjabat sebagai presiden, keinginan untuk membuka hubungan dagang dengan Israel sempat jadi buah bibir di masyarakat.
Pernyataan kontroversial Gus Dur itu ia lontarkan pada medio 1999. Menurut Gus Dur seperti dilansir dari Kompas.com bertujuan agar suara negara kita didengar dalam konflik Israel-Palestina. Gus Dur sendiri juga menolak jika Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel selama negara itu tak mengakui kemerdekaan bangsa Palestina.
Putri Gus Dur, Yenny Wahid pernah mengatakan bahwa alasan sang ayah ingin membuka hubungan dagang dengan Israel lebih karena faktor untuk menghukum banyak perusahaan Israel yang menggunakan tangan orang ketiga agar terbebas dari pajak.
Menurutnya, banyak perusahaan-perusahaan besar yang dikuasai oleh Israel tapi memakai bendera negara lain. "Karena mereka (Israel) terselubung, maka tidak kena penarikan pajak," ucap Yenny. Gus Dur, kata dia, sangat paham tentang itu. Untuk menarik pajak dari para pengusaha Yahudi, papar Yenny, Gus Dur berniat menjalin kerjasama dagang.
"Supaya mereka (Israel) keluar maka kita harus menariknya permukaan. Dengan adanya kerjasama, maka para pengusaha Israel tidak lagi memakai tangan lain," jelas Yenny.
Faktanya memang sejumlah perusahaan Israel secara sembunyi-sembunyi memang menjalin hubungan dengan Indonesia. Hal itu diperkuat oleh pernyataan dari David Shamah di The Times of Israel. Pria yang memiliki perusahaan bernama GKPR, perusahaan PR dan komunikasi tersebut mengatakan sudah banyak perushaan Israel yang menanamkan bisnisnya di Indonesia.
"Sudah ada banyak bisnis yang terjadi antara Indonesia dan Israel. Indonesia adalah sebuah negara yang berkembang pesat dengan banyak kebutuhan di area di mana teknologi Israel telah membuat terobosan penting, seperti teknologi agrikultur." kata Shamah pada 2016 silam.
Pernyataan Shamah ini diperkuat oleh pernyataan dari pejabat Asosiasi Perdagangan Luar Negeri Israel, Ohad Cohen yang mengatakan partner bisnis antara perusahaan Israel ke Indonesia sudah berlangsung cukup lama dan berhubungan dengan nilai yang sangat besar.
"Para pebisnis di sana tahu apa yang pasar mereka butuhkan, dan mereka tahu kami dapat memenuhi kebutuhan itu, jadi mereka senang berbisnis dengan kami." kata Cohen.
Alasan Gus Dur ini sayang kemudian lebih ditanggapi sejumlah masyarakat sebagai bentuk sikap pro kepada Israel. Wacana untuk membuka hubungan dagang dengan Israel pun tak pernah terwujud sampai detik ini.
Membicarakan soal keinginan Benjamin Netanyahu saat ini, masyarakat Indonesia juga harus lebih cerdas menyikapinya. Jangan sampai pernyataan ini justru menjadi bahan politik baru untuk orang-orang tak bertanggung jawab membuat keruh negeri ini.
Pasalnya tanda-tanda bahwa pernyataan ini bisa membuat keruh suhu politik dan sosial negeri ini sudah terlihat jika mencermati pernyataan dari pihak Israel soal bantuan mereka ke korban gempa dan tsunami di Sulawes
Awal Oktober lalu Wakil Menteri Diplomasi Israel Dr Michael Oren mengatakan negaranya telah mengirimkan bantuan bagi korban gempa di Sulawesi.
Dr Michael mengatakan bantuan kesehatan dan penyelamatan telah dikirim ke Indonesia, "negara Muslim terbesar di dunia yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan kita". Soal kebenaran apakah betul Israel memberi bantuan atau tidak masih jadi pertanyaan, pasalnya pihak Kementerian Luar Negeri Israel tak memberik pernyataan resmi terkait hal tersebut.
Menurut hemat saya, jika memang bantuan itu dikirim tak ada alasan untuk menolaknya namun dengan catatan tentu saja bantuan tersebut tidak disertai dengan embel-embel lain agar negara ini membuka hubungan dengan Israel. Tidak membuka hubungan dengan Israel memang memiliki alasan kuat bagi bangsa ini.
Alasannya tentu saja berhubungan dengan pembukaan UUD 1945 terkait alinea penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Di alinea ini sudah jelas dipaparkan bahwa negara ini tak mentolerir sikap penjajahan satu bangsa ke bangsa lain, dan sampai detik ini Israel melakukan itu ke Palestina.
Justru di balik pernyataan Benjamin Netanyahu ini kita bisa mendesak ke pemerintah untuk memainkan peran mereka sebagai anggota keamanan PBB dalam hal penyelesaian konflik Israel-Palestina. Kita tentu berharap peran ini dimaksimalkan pemerintah untuk memberikan kontribusi agar tercipta kedamaian di Timur Tengah dan seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H