Sepakbola ibarat bunga yang merekah untuk para kumbang mendapatkan madu. Pundi-pundi uang akan selalu mengalir ke kantong mereka yang terlibat di dalamnya. Utamnya jika jendela bursa transfer pemain mulai dibuka.
Sebuah kantor investasi yang berpusat di Manchester, Inggris, R2 Asset Management Ltd menceritakan kepada Bloomberg bahwa keuntungan yang mereka raih saat menanam modal di dunia sepakbola cukup cepat diraih.
Ray Ranson sang pemilik mengatakan bahwa perusahaannya memang terfokus pada investasi untuk klub kecil atau pemain muda. Ray yang juga mantan pesepakbola ini menyebut dalam durasi dua tahun setelah dana masuk ke klub atau pemain, pihaknya akan mendapat keuntungan kira-kira 50% lebih.
Bicara soal pasar transfer pemain di klub top Eropa, utamanya di lima liga utama, Inggris, Italia, Spanyol, Jerman, dan Prancis ada satu fakta menarik yang terungkap dari laporan terbaru CIES Football sebuah lembaga yang menganalisis grafik keuangan pemain dan klub di Eropa.
Pada laporan terbarunya, CIES Football menganalisis pasar transfer di 5 liga top Eropa dalam rentang waktu 10 tahun, sejak 2010-2018. Di laporan tersebut terungkap fakta mengejutkan bahwa tim yang paling mendapatkan keuntungan paling besar dalam rentang 10 tahun terakhir di penjualan dan pembelian pemain ialah tim asal Ligue 1, AS Monaco.
Hal ini sebenarnya tak mengejutkan pasalnya tim kerajaan ini memang tak pernah membelanjakan dana besar untuk membeli pemain namun justru menjual pemain dengan angka fantastis.
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih masuk akal soal pasar transfer klub top Eropa, kita memang tak bisa hanya melihat dari penjualan dan pembelian pemain, penting juga untuk mempelajari neraca bersih di masing-masing klub.
Dan data dari CIES Football sepanjang 2010-2018 terbukti klub dari 5 liga top Eropa sebenarnya mengalami akumulasi defisit sebesar 7,29 miliar euro dan klub dari Liga Inggris bertanggung jawab hampir 78.3 persen dari total defisit tersebut.
Menariknya lagi dari total defisit di 5 liga top Eropa tersebut, Ligue 1 ternyata yang memiliki neraca klub yang cukup seimbang.
Total dari seluruh klub yang berada di Ligue 1 sepanjang 2018 saja jika ditotal neraca keuangan meraih surplus sebesar 333 juta euro, di mana AS Monaco meneriam surplus di neraca keuangan mereka periode 2018 sebesar 66 juta euro.
Siapa klub yang neraca keuangannya paling negatif? Tentu bisa kita tebak, siapa lagi kalau bukan PSG yang bombastis di bursa transfer dan Manchester City. PSG di neraca keuangannya mengalami minus 874 juta euro sedangkan City lebih tinggi lagi angkanya yakni minus 1,03 miliar euro.
Para investor di bisnis agen pemain tentu sangat berperan besar mengapa sampai angka pembelian seorang pemain bisa sampai di luar batas nalar.
Pada satu kasus kita bisa melihat bagaimana 'tangan-tangan tak tampak' bisa membuat neraca keuangan klub bisa rontok seketika. Pada 2009 lalu, sekelompok investor yang berbasis di Sao Paulo menanamkan dana besar ke seorang pemuda yang saat itu tengah merintis karier sepakbolanya di Santos.
Bahkan ada salah satu supermarket di Brasil yang rela menanamkan uang sebesar 5,5juta real Brasil untuk pemuda ini. Gelontoran dana besar untuk si pemuda ini berbuah hasil selang empat tahun kemudian saat klub besar La Liga Spanyol, Barcelona rela untuk membeli si pemain dari Santos seharga 57,1juta Euro. Lantas berapa persen keuntungan dari kelompok investor ini?
Seperti dilansir dari Forbes, kelompok investor ini mendapat keuntungan mencapai 62% karena penjualan Neymar dari Santos ke Barcelona pada tahun itu. Sedangkan Barcelona berdasar laporan CIES Football mengalami defisit di angka 599 juta euro sepanjang 10 tahun terakhir ini.
Melihat kondisi ini sebenarnya timbul pertanyaan, apakah investasi di dunia sepakbola, utamanya di transfer pemain benar-benar menguntungkan?
"Investasi (transfer pemain) di sepakbola tidak bermoral dan tidak hubungannya dengan sepakbola sebagai olahraga," kata Theo van Seggelen, sekjen federasi pesepakbola internasional.
Federasi sepakbola dunia, FIFA pun mengkritik soal pergerakan dari investor pemain, menurut FIFA sangat aneh bahwa ada sekelompok orang yang bisa memiliki pengaruh kuat untuk masa depan si pemain akan bermain dimana.
Meski mendapat cibiran dan celaan dari banyak pihak, sejumlah investor sepakbola mengaku tidak patah arang, termasuk Ranson. Menurutnya kemarahan mereka yang kontra dengan investor sepakbola terlalu berlebihan.
"Saya belum patah arang selama 15 tahun ke belakang ini. Inilah wajah sepakbola modern saat ini," kata Ranson.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H