Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Musim Ini Tak Ada yang Lebih Berat Selain Menjadi Suporter Manchester United

3 Oktober 2018   10:42 Diperbarui: 3 Oktober 2018   14:11 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suporter Manchester United | manchesterunitedworld.com

Berat, begitu yang dirasakan oleh fans Manchester United musim ini. Bagaimana tidak, perjalanan tim berjuluk Red Devils tersebut dari awal musim hingga saat ini naik turun bak permainan hysteria di Dufan.

Raih kemenanan di pekan perdana Liga Inggris musim 2018/19, fans Manchester United langsung jatuh menghujam tanah di pekan ke-2 dan ke-3 karena harus melihat Romelu Lukaku cs merasakan dua kekalahan beruntun. 3-2 dari tim kecil Brighton dan 3-0 dari Tottenham Hotspur.

Mayoritas fans Manchester United, termasuk saya misalnya sampai ogah untuk menengok sosial media sesaat atau setelah pertandingan Manchester United. Kami, atua saya tak kuat menahan cibiran dan nyinyiran dari banyak fans lain kepada perfomance tim yang kami sayangi itu. Sakit rasanya melihat meme tentang Manchester United atau Jose Mourinho.

Meski ada juga sejumlah fans Manchester United yang memberanikan diri untuk bertarung sendirian di derasnya nyinyiran warganet. Patut diancungi jempol, meski kadang ujung-ujungnya ia menghilang juga bak ditelan bumi saat hasil akhir pertandingan membuat Manchester United memang layak untuk di-bully.

Usai mampu menang atas Burnley, Watford dan Young Boys, fans Mancheter United kembali seperti bermain di wahana Hysteria. Imbang 1-1 dengan Wolferhampton, masih berada di posisi mau turun ke bawah dengan kecepatan sedang, kalah adu penalti atas Derby County dan 3-1 dari West Ham United, wussssh. Anda bisa membayangkan wahana Hysteria saat turun ke bawah dengan kecepatan kuat. Bikin sport jantung.

Slogan-slogan dukungan ke Manchester United seperti GGMU pun yang awalnya jadi bahan cibiran para haters, kini oleh sebagian fans Manchester United juga dijadikan bahan hinaan untuk diri sendiri. GGMU yang merupakan akronim dari Glory Glory Mancheter United di-plesetkan menjadi Goa Goa Manchester United.

Ya, kami fans Manchester United di musim ini lebih sering masuk ke dalam goa, kalaupun keluar paling lama hanya satu pekan karena di pekan berikutnya kami sudah siap-siap masuk kembali. Sedih.

Entah apa yang salah dari Manchester United di musim ini atau musim-musim sebelumnya. Kalau dari sisi saya sebagai fans Manchester United yang karbitan melihat rapuhnya skuat Jose Mourinho di musim ini akibat gagalnya klub itu membeli sejumlah pemain penting untuk bisa memperkuat lini yang pada musim lalu keropos.

Dari sektor pemain belakang misalnya, pembelian Diogo Dalot menurut pendapat saya terkesan memaksakan. Jose Mourinho seperti banyak dirumorkan media Inggris di awal bursa transfer menginginkan klub mampu membeli pemain sekaliber Varane, Yerry Mina, serta Harry Maguire. Nama terakhir malah di detik-detik bursa transfer gagal ke Old Trafford karena gagalnya proses negosiasi dengan Everton.

Padahal sektor belakang Mancheter United musim lalu sudah terlihat tidak kokoh. Keberadaan Chris Smalling, Eric Bailly, Phil Jones, dan Marcos Rojo sebagai bek tengah tim masih belum bisa memuaskan Mourinho. Faktanya akhirnya Dalot pun tak banyak berkontribusi di musim ini, maklum saja masih pemain bau kencur.

Uang 73 juta poundsterling hanya untuk mendapatkan 2 pemain, Dalot dan Fred tentu saja sangat mubazir jika melihat perfomance keduanya. Fred pun bukan menjadi pilihan utama untuk memperkuat lini tengah Red Devils yang ditinggal Michael Carrick karena pensiun.

Argumen yang mengatakan bahwa pembelian pemain sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada satu tim di musim baru jika pemain lama sudah padu, ada benarnya juga. Tapi masalahnya di Mancheter United, utamanya di sektor tengah, pemain yang musim lalu paling konsisten penampilannya hanya seorang Nemanja Matic.

Faktanya di catatan pertandingan Manchester United, utamanya di 5 laga terakhir membuktikan kesalahan besar terletak pada lini tengah. Analisis sok tahu saya sebagai seorang fan yang suka pada klub ini sejak zamannya Denis Irwin melihat aliran bola ke depan tak maksimal hingga membuat lini depan jadi mandul, minim kreasi serangan, serta ketidakmampuan untuk merusak skema serangan lawan hingga lini belakang mudah diperdaya.

Berharap pada Fellaini, Herrera, Juan Mata, serta Paul Pogba yang lebih suka berkonfrontasi dengan Jose Mourinho pada musim lalu tentu bukan jadi pilihan bijak bagi klub mengarungi musim ini.

Kondisi tersebut diperparah dengan gaya Jose Mourinho menghadapai ini semua. Mourinho lebih suka untuk menabuh genderang perang dengan media, suporter dengan pemainnya sendiri. Paul Scholes bahkan sampai mengkritik bahwa mulut pria Portugal itu sudah tak bisa lagi dikontrol.

Nasi sudah jadi bubur, pilihan untuk merekrut pemain anyar di bursa transfer musim dingin pun sebenarnya tak banyak membantu perfomance klub di sisa musim ini.

Artinya mau tak mau kami sebagai fans Manchester United harus melalui musim ini dengan muka tebal, jiwa yang kuat, kesabaran ekstra, serta banyak-banyak memberikan analaisis sok tahu seperti tulisan saya ini. Soal apakah Jose Mourinho layak untuk dipertahankan atau tidak, kalau saya memilih untuk The Spesial One dipertahankan saja agar kami para suporter bisa melalui musim ini dengan rasa manis, asam, asin, ramai bully-annya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun