Mohon tunggu...
Galih Prasetyo
Galih Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - pembaca

literasi

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Menanti Arunika di Stade Bauer, Markas Klub Tertua di Paris

30 September 2018   21:55 Diperbarui: 1 Oktober 2018   09:40 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stade de Bauer | lprs1.fr

Baru pada 1898, USFSA menerima Red Star sebagai anggota dimasukan ke kasta ketiga kompetisi buatan USFSA. Pada 1904, klub ini bermain di divisi utama liga USFSA. Setelah liga buatan USFSA tak lagi jelas masa depannya, Red Star kemudian bergabung ke Ligue de Football Association (LFA) yang baru berdiri -- cikal bakal berdirinya Ligue 1.

Setelah federasi sepakbola Prancis pada 1919 terbentuk, perhelatan Ligue 1 mulai mendapat perhatian lebih. Kondisi ini membuat Red Star dan sejumlah klub lain begitu bersemangat untuk mengarungi liga.

Sejumalh gelar berhasil di raih Red Star di awal-awal bergulirnya Ligue 1, termasuk menjadi kampium Piala Liga Prancis pada 1926 setelah di partai final mengalahkan rival sekota, Olympique de Paris. 4 tahun kemudian, saat otoritas sepakbola Prancis mengeluarkan aturan baru soal klub sepakbola haruslah profesional, Red Star jadi klub pertama yang mendukung serta menjalankan aturan tersebut, Red Star pun menjadi klub profesional pertama yang diakui di Prancis.

Setelah masa-masa jaya itu, Red Star kemudian merasakan kepedihan usai musim 1974-75. Klub yang mengoleksi 5 gelar Coupe de France ini jatuh ke kasta kedua, Ligue 2. Tak hanya bermain di kasta kedua, Red Star juga sempat terjerembab ke kasta ketiga Liga Prancis. Bahkan pada 2005 lalu, Red Star tercatat bermain di kasta keempat.

Alasan klasik membanyangi, apalagi kalau bukan masalah finansial. Saat milioner Qatar datang ke Prancis untuk 'membuang' uang mereka, tak ada satu pun yang melirik klub bersejarah ini.

Meski berada di kondisi yang tak mengenakkan, klub ini tetap berdiri dan tak mengubah identitas dan spiritnya. Visi di awalnya berdirinya Red Star tak jua berubah meski mereka tengah dikepung oleh industrialisasi sepakbola. Langit di Stade de Bauer begitu kelam di era ini, padahal tak jauh dari sana beberapa waktu lalu jutaan pasang mata dari seluruh dunia terpakau dengan langit di Parc des Princes karena menghadirkan sosok pesepakbola dengan harga sebesar 200 juta euro, Neymar Jr.

Kesetiaan para pendukung Red Star juga patut diancungi jempol. Sadar bahwa klubnya saat ini tengah menunggu arunika yang tak kunjung datang, para suporter Red Star yang tergabung di Gang Green, Perry Boys atau Splif Brothers tetap setia kala swastamita menyapa di langit kota Paris untuk menyaksikan Edson Seidou cs beraksi. Kesetiaan ini yang menambah energi Red Star untuk terus bertahan di arus deras industrialisasi sepakbola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun