Saat seorang milioner asal Amerika Serikat, Malcolm Glazer mengambil alih Manchester United, kegelisahan menyeruak di kalbu sebagian kecil suporter. Para suporter merasa bahwa kehadiran Glazer bakal membuat akar budaya dari klub yang didirikan oleh kaum buruh kereta api akan tergerus.
Bertempat di Methodist Hall Odlham Street, Inggris, para suporter duduk bersama membicarakan langkah-langkah apa yang harus mereka lakukan. Langkah konkrit pertama ialah mengajak seluruh suporter Manchester United untuk urunan mengambil alih saham Glazer.
Sayang, langkah ini tak berjalan mulus, tak semua suporter Manchester United memiliki pemikiran serupa soal kehadiran Glazer. Buat mereka yang pro kedatangan Glazer menganggap bahwa Manchester United bakal menjadi klub besar karena gelontoran dana besar dari milioner yang meninggal dunia pada 2014 lalu.
Tak patah arang, suporter yang kontra kehadiran Glazer memutuskan langkah lebih revolusioner. Mereka pindah haluan tak lagi jadi penyokong Manchester United, namun mendirikan klub sepakbola sendiri bernama FC United of Manchester.
Kehadiran FC United bagi seorang kolomnis kenamaan Inggris, Oliver Holt dari Daily Mail sebagai secercah kecil harapan untuk sepakbola yang sekarang sudah terjajah kepentingan bisnis.
Meski didasari rasa 'sakit hati' pada manajemen klub, bagi pendiri FC United kehadiran klub baru tersebut bukan semata untuk mempertahankan sejarah klub. Maka kemudian tak mengherankan jika FC United seperti sebuah klub kloningan Manchester United.
Kemunculan FC United sempat membuat para petinggi Old Trafford berang. Pasalnya hal itu membuat pemasukan klub dari tiket sempat melorot akibat cukup banyaknya suporter Manchester United yang menyebrang ke klub anyar tersebut. Bahkan seorang Sir Alex Ferguson sampai ikut bersuara soal kehadiran FC United.
Fergie begitu sapaan akrabnya menyebut bahwa suporter Manchester United yang sejati ialah mereka yang setia pada Old Trafford bukan beralih datang ke Stadion Gigg Lane --markas FC United yang hanya berkapasitas 3000 tempat duduk.
Tak hanya Fergie, sejumlah mantan pemain Manchster United juga ikut bersuara. Bahkan alumni dari Class of 92, David Beckham cs justru memberikan 'perlawanan' kepada FC United dengan cara membeli saham mayoritas dari sebuah klub yang juga berbasis di Mancheter, Salford City. Klub yang hanya berjarak 5 mil dari markas FC United.
Padahal hampir sama dengan FC United, Salfrod City ialah klub amatir namun bagi mantan penggawa Manchester United, tindakan membuat klub baru sebagai bentuk protes kepada klub merupakan tindakan salah.
Kehadiran para alumni Class of 92 di Salford pun seperti tamparan untuk manajemen FC United, pasalnya klub tersebut dikelola sesuai dengan era industri sepakbola saat ini, hal yang sangat tabu bagi manajemen FC United. Akibatnya, FC United harus melihat dengan sakit hati bagaimana laju Salford City secara prestasi dan model bisnis lebih kencang dibanding mereka.
Selain itu, manajemen Manchester United juga berusaha menampik statment kehadiran FC United ialah bertujuan untuk meluruskan dan mempertahankan sejarah Manchester United.
Manajemen Man United menilai bahwa suporter harus sadar bahwa zaman telah berubah, sejarah Manchseter United di era sebelum kehadiran Glazer yang coba digaungkan oleh FC United salah kaprah.
Romantisme Man United di era 70 dan 80-an yang coba dibangun FC United menurut manajemen ialah kesalahan besar karena di era tersebut Red Devils ialah klub bobrok yang suporternya identik dengan kekerasan dan infrastruktur klub yang sangat buruk.
Pada awal berdirinya, FC United melakoni pertandingan di kasta ke-10 Liga Inggris alias North West Counties. Dua musim mereka bergelut di North West Counties, kemudian mereka mencicipi bermain di National League North, kasta ke-6 kompetisi sepakbola Inggris pada 2015 lalu.
Di musim 2018/19, layaknya klub kecil yang tak memiliki dana finansial besar, FC United berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Pada musim ini mereka masih bermain di National League North, namun kendala finansial membuat klub ini bermain sangat buruk. Kabar teranyar menyebut FC United harus ditinggalkan oleh Karl Marginson, manajer yang sudah mengabdi selama 12 tahun.
Tanda-tanda masa kegelapan FC United di tahun-tahun mendatang sepertinya sudah mulai tercium. Sejumlah suporter kemudian balik arah ke Old Trafford.
Cita-cita untuk membangun klub yang bisa eksis di tengah kepungan industri sepakbola tak berjalan mulus, mereka pada akhirnya tergerus juga oleh hal yang mereka benci, finansial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H