Pada April 2018 lalu, tepatnya saat laga Persebaya Surabaya vs PS Tira berlangsung di Bantul, Yogyakarta, sepakbola Indonesia kembali berduka. Salah seorang bonek, Micko Pratama harus merenggang nyawa karena di keroyok orang tak bertanggung jawab.
"Kejadian itu sangat-sangat seram. Kami dilempari batu," kata Anggun Yulianto. Mengapa tiba-tiba mereka dilempari batu? Menurut Anggun, hal itu disebabkan adanya rombongan bonek sebelumnya yang melakukan tindakan tidak terpuji dengan menjarah kios pedagang.
"Sebelumnya memang ada rombongan yang menjarah di sana, tetapi imbasnya kepada kami," kata Anggun. Malang bagi Micko, lemparan batu mengenainya dan terjatuh dari truck. Orang tak bertanggung jawab yang sudah kesetanan itu langsung mengeroyok Micko hingga berpulang ke Ilahi.
Darah segara kembali harus jatuh ke ibu bumi. Orang tak bersalah dan hanya berkeinginan untuk mendukung klub kesayangannya harus jadi tumbal. Siapa yang salah ? Siapa yang harus bertanggung jawab ? Entahlah.
Setelah kejadian Micko, ramai-ramai kedewasaan semu mendadak muncul di insan sepakbola nasional. Slogan stop permusuhan, nyawa lebih penting daripada kemenangan, bertebaran di sosial media. Hal sama pun kita lihat saat Ricko Andrean meninggal dunia pada Juli 2017 saat menonton laga Persib vs Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA).
Sempat tersebar virus perdamaian antar suporter, hal itu berlangsung prematur. Sebelum laga Persib vs Persija, Minggu 23 September 2018 lalu, saya sempat menulis di Kompasiana dengan judul "Salah Kaprah Berujung Jejak Berdarah Persib vs Persija dan Solusi Penyelesaiannya",
Saya menuliskan, seperti di laga-laga sebelumnya, selalu saja ada pematik yang membuat pertemuan Maung Bandung kontra Macan Kemayoran terasa panas. Perang urat saraf sangat terasa di dunia sosial media. Basis suporter kedua tim saling lempar hinaan dan kritikan.
Jauh sebelum sosial media menjadi bagian dari kehidupan suporter, pertemuan keduanya faktanya selalu hadirkan tensi tinggi. Betul saja usai laga kabar duka kembali datang dari Bandung.
Seorang suporter Persija, Haringga Sirila dikabarkan meninggal dunia akibat dikeroyok oleh orang tak bertanggung jawab di luar Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA). Berapa lagi nyawa yang harus dijatuhkan demi sepakbola? Miris!
Insiden meninggalnya Haringga Sirila menambah panjang korban tak berdosa di sepakbola Indonesia. Bentrok antara suporter atau bentrok dengan orang tak bertanggung jawab seperti jadi hal lumrah di sepakbola Indonesia.
Nyawa di sepakbola Indonesia seperti sedemikan murah sehingga jika kejadian itu terulang kembali hanya ada sepenggal kalimat penyesalan tanpa ada rasa ingin insiden jangan sampai terulang kembali.