Bigmatch bakal tersaji di pekan pertama Liga Champions musim 2018/19, Kamis 19 September 2018 di Stadion Anfield. Tim tuan rumah Liverpool bakal kedatangan tim kaya Prancis, Paris Saint Germain (PSG).
Berstatus sebagai runner up Liga Champions musim lalu, Liverpool tentu akan bermain habis-habisan demi meraih poin penuh pertama. Pun dengan tim tamu, bermaterikan pemain kelas wahid di semua lini, PSG juga berambisi bisa mempermalukan Liverpool di kandang sendiri.
Pertemuan kedua tim ini juga akan menguji kejeniusan dua pelatih muda asal Jerman, Thomas Tuchel di PSG versus Jurgen Klopp di Liverpool. Dua pelatih yang memiliki banyak kesamaan. Sama-sama gagal sebagai seorang pemain, sama-sama pernah melatih dua klub Liga Jerman yang sama, Mainz 05 dan Borussia Dortmund.
Ini juga menjadi pertemuan ke-13 keduanya. Klopp memiliki catatan head-to-head yang superior atas Tuchel. Dalam 12 pertemuan itu, Klopp menang delapan kali dan hanya pernah kalah sekali
Karier di Dortmund
Jika merujuk pada kemampuan Tuchel pasca meneruskan pekerjaan yang ditinggalkan Klopp di Dortmund, pelatih berusia 45 tahun itu sudah membuktikkan bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih dalam urusan taktik pertandingan.
Taktik Tuchel di Dortmund sebenarnya tak jauh berbeda dengan Pep Guardiola. Bagi Tuchel penguasaan bola ialah instrumen bukan filosofi permainan. Keyakinan Tuchel itu yang membuatnya mampu mengoptimalkan permainan anak asuhnya di Dortmund untuk lebih kreatif dan menciptakan banyak peluang.
Hal itu berhasil membuat Dortmund tampil lebih baik. Namun Tuchel datang ke Dortmund dengan pondasi yang sudah dibangun oleh Klopp selama 7 musim. Permainan cepat dan menekan yang jadi ciri khas Klopp tak ia gerus.
Tak heran jika Tuchel memiliki musim pertama yang baik dibanding Klopp. Datang ke Signal Iduna Park pada 2015, Tuchel langsung mendongkrak posisi Dortmund di klasemen akhir Bundesliga musim 2015/16.
Jika di musim 2014/15, musim terakhir Klopp ia hanya mampu antarkan Dortmud ke peringkat 7, maka Tuchel di musim pertamanya membuat Dortmud jadi runner up Bundesliga.
Namun yang jadi perbedaan mendasar di musim pertama Klopp dan Tuchel di Dortmund ialah, Klopp di musim pertamanya memiliki skuat yang tak lebih baik dibanding Tuchel. Dengan skuat 'seadanya', Klopp mampu membangun Dortmund dan memiliki skuat hebat yang tinggal dinikmati oleh Tuchel di musim pertama.
Bicara soal kiprah keduanya saat di Dortmund dan bermain di kompetisi Eropa, Tuchel sepertinya masih kalah dibanding Klopp. Pada musim lalu, Dortmund terlempar dari Liga Champions ke Liga Europa.
Sayangnya di Liga  Europa, Tuchel hanya mampu mengantar sampai babak 16 besar. Bertemu dengan wakil Austria, Red Bull Salzburg, Dortmund menyerah dengan agregat 2-1.
Sedangkan Klopp di kompetisi Eropa mampu membawa Dortmud menjadi runner up Liga Champions musim 2012/13. Dortmund ke partai puncak bukan dengan keberuntungan. Di fase grup mereka singkirkan Manchester City dan di partai semifinal, Real Madrid mereka permalukan.
Sayang di final mereka bertemu musuh bebuyutan di Bundesliga, Bayern Munchen. Dortmund menyerang dengan skor tipis 1-2 di Stadion Wembley, Inggris.
PSG vs Liverpool
PSG dan Liverpool sama-sama menorehkan hasil maksimal di kompetisi lokal masing-masing. Keduanya sama-sama meraih 5 kemenangan beruntun. Di akhir pekan lalu, The Reds sukses melewati hadangan Tottenham Hotspur dan menang 2-1 sedangkan PSG menang 4-0 atas St Etienne.
Hampir sama seperti saat masih melatih di Dortmund, Tuchel pun cukup beruntung melatih di PSG dengan memiliki skuat berkualitas peninggalan Unai Emery.
Ia pun tak kesulitan untuk meracik taktik dan formasi seperti saat masih melatih di Dortmund, malah lebih maksimal. Seperti saat masih di Dortmund, Tuchel acapkali memainkan bek sayap sebagai poros serangan.
Bek sayap bagi Tuchel wajib selalu berada di dekat garis tepi saat tim tengah melakukan penguasaan bola. Jika di Dortmund, Tuchel mengandalkan Schmelzer dan Piszczek, maka di PSG ia memiliki Meunier dan Bernat.
Taktik Tuchel ini tentu akan sangat seru dengan bertemu skema serangan balik cepat ala Klopp. Jika Tuchel sangat menekankan pada penguasaan bola, maka konsep kepelatihan Klopp merusak hal itu.
Konsep gegenpressing Klopp menekankan pada dua hal, merebut kembali penguasaan bola secepatnya atau mengacaukan skema serangan balik lawan. Saat Tuchel mengandalkan Rabbiot dan Veratti di penguasaan bola maka Milner dan Keita yang bakal merusaknya.
Jika bola berhasil direbut maka di ruang-ruang kosong lini belakang lawan, sudah menunggu Mohamed Salah serta Sane yang berkreasi menghancurkan gawang lawan.
Tugas dari Wijnaldum pun tak kalah penting, pemain yang akhir pekan lalu mencetak gol itu bakal membuat pemain lawan untuk keluar dari posisinya. Hal itu menimbulkan celah yang membuat serangan balik sangat menguntung kubu The Reds.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H