Terbongkarnya sel mewah mantan Ketua DPR, Setya Novanto di LP Sukamiskin makin memperburuk kinerja Departemen Hukum dan HAM dibawah kepemimpinan Yasonna Laoly. Suara-suara meminta agar pria kelahiran Tapanuli Tengah itu untuk mundur dari jabatannya sudah mulai nyaring terdengar.
Yasonna dianggap tak cakap memimpin Departemen Hukum dan HAM. "Lapas ini berulang kejadian (fasilitas mewah), ini menyangkut orang-orang berpengaruh. Ini menyangkut ketidakkepercayaan masyarakat pada Kemenkumham.
Menterinya saya tidak percaya, teman-teman sudah minta mundur tuh Yasonna itu. Karena apa? Sistem sudah jelas, programnya diakui," kata akademisi hukum pidana, Asep Iwan Iriawan seperti dikutip dari cnnindonesia.com
Suara untuk Yasonna mundur memang cukup wajar, masyarakat tentu gerah dengan temuan sel mewah para koruptor ini. Ada mosi tak percaya yang jelas tercipta di tengah masyarakat pasca temuan Sidak Ombudsman ke Lapas Sukamiskin beberapa waktu lalu itu.
Memang harus ada terobosan program untuk bisa mengikis praktek buruk ini di penjara. Program yang ada seharusnya bukan program seremonial belaka juga program tak berbobot yang hanya membuang uang negara. Yasonna sepertinya bisa belajar banyak untuk urusan program pengelolaan penjara di negara Afrika.
Di Uganda misalnya, salah satu penjara dengan level maksimum di negara Afrika Timur tersebut, penjara Luzira memiliki program tak biasa untuk para napinya. Seperti dinukil dari laporan Ben Ferguson dari vice.com, penjara Luzira memiliki progam kompetisi sepakbola.
Program ini sepenuhnya didukung oleh pengelola penjara. Para napi yang mayoritas merupakan pelaku pembunuhan dan perampokan ini mampu menghabiskan waktu mereka dengan kegiatan berguna. Sepakbola di penjara Luzira memang jadi hiburan termewah napi.
"Ada kegembiraan dari para napi ini saat mereka bisa menendang bola di lapangan. Hiburan yang sangat mewah bagi mereka yang berada di tempat yang begitu mengerikan ini," kata Ben Ferguson.
Yang menarik dari sepakbola di penjara Luzira ini ialah cara para napi berkompetisi tak biasa. Sangking niatnya mereka membuat tim dengan nama klub di Liga Inggris, ada tim bernama Manchester United, Arsenal, Liverpool dan lain sebagainya.
Tak sekedar nama tim, mereka pun menggunakan jerseynya juga. Sepintas kita seperti melihat pertandingan Liga Inggris dengan level yang jauh berbeda. Di video vice.com yang berdurasi kurang dari 11 menit tersebut, kompetisi sepakbola antar napi itu berlangsung sangat seru.
Semua narapidana yang ada di dalam penjara tersebut menonton pertandingan. Semua sisi lapangan terisi penuh para napi yang sangat antusias menonton pertandingan, sangat mirip dengan pertandingan tarkam di negeri ini.
Jika di penjara Uganda kita seperti menyaksikan laga Liga Inggris dengan gaya dan lapangan tarkam, maka di penjara Afrika Selatan juga memiliki program serupa.
Penjara Krugersdorp sejak 2017 lalu memiliki kompetisi sepakbola yang wajib diikuti para warga binaan. "Penjara tidak selalu berisikan hal-hal negatif. Kita di sini, harus membuat sesuatu yang bernilai positif. Seperti sebuah kompetisi sepakbola," kata salah satu sipir di Krugersdorp, Linda de Klerk.
Kompetisi sepakbola di Krugersdorp tiap tahunnya selalu dihadiri oleh delegasi pemerintah pusat dan daerah untuk menikmati jalannya kompetisi.
"Kompetisi sepakbola ini membantu kita untuk merasa lebih diterima oleh dunia. Kita dibantu dengan menyibukkan diri di sepanjang kompetisi," kata salah satu warga binaan.
Nah dengan merujuk pada penjara di Uganda dan di Afrika Selatan, kira-kira apakah bisa PSSI atau Kemenpora bersinergis dengan Depkumham untuk membuat kompetisi serupa di penjara Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H