Tak enaknya menjadi pesepakbola muda yang memiliki skill dan talenta menawan ialah mendapat julukan the next pemain ini atau titisan pemain itu. Julukan itu memiliki dampak membahayakan karier si pemain muda.
Sudah banyak contoh kasus bagaimana pemain muda yang memiliki the next ini dan itu justru layu sebelum berkembang. Namun dari banyaknya kisah tak mengenakkan dari perjalanan pemain muda yang layu sebelum berkembang, ada satu kisah yang cukup miris yakni kisah Sonny Pike, talenta muda Inggris yang sempat dijuluki The Next Maradona.
Stadion Wembley, sore itu, 24 Maret 1996 disesaki ribuan penonton. Ada 77 ribu orang yang datang ke stadion kebanggan Inggris tersebut. Mayoritas ialah suporter dari Leeds United dan Aston Villa, dua tim yang bakal bertanding hari itu di ajang final Piala Liga Inggris musim 1995/96.
Sebelum laga yang akhirnya dimenangkan oleh Aston Villa dengan skor 3-0 itu, para penonton disuguhkan tontonan pembuka, seorang bocah berambut kriwil berusia 14 tahun tampak percaya diri menjuggling bola.
Bocah itu tampak tak canggung meski di tonton oleh ribuan pasang mata. Ia memainkan bola layaknya seorang pesepakbola profesional. Bola begitu lengket dengan kakinya.
Lewat pengeras suara, pihak penyelenggara pertandingan mengatakan, "Kita sedang menyaksikan talenta berbakat sepakbola Inggris, anak kecil ini disebut-sebut sebagai The Next Maradona,"
Melihat aksi si bocah tersebut, penonton bersorak dan bertepuk tangan mengagumi skill bocah itu. Keesokan harinya, disela-sela pemberitaan kemenangan Aston Villa pada laga itu, terselip berita 'The Next Maradona Lahir di Inggris'. Media lain seperti The Sun menyebutnya bahwa ia adalah penerus Ryan Giggs.Â
Sontak saja pemberitaan tersebut membuat bocah ini langsung jadi buruan banyak pihak, mulai dari jurnalis yang ingin mengangkat kehidupannya, agen sepakbola, hingga orang-orang jahat yang mencari keuntungan dari kepopuleran si bocah.
Bahkan usia pertunjukanya di Stadion Wembley, si bocah mendapat undangan untuk datang ke Istana Buckingham. Klub Liga Inggris, Tottenham Hotspur jadi klub pertama yang beruntung bisa melihat skillnya di sebuah pertandingan eksebisi.
"Saya sempat bermain untuk Tottenham Hotspur di laga persahabatan. Saya main di winger kiri saat itu. Saat itu, saya berpikir jalan untuk jadi pesepakbola dunia akan terbuka lebar," kata bocah ini seperti dikutip dari theguardian
Sebagai seorang anak yang belum memiliki kematangan, bocah ini larut dalam tingkat popularitas yang tak dimiliki anak seusianya. Sayangnya keluarganya pun ikut terjebak dalam bom waktu tersebut.