"Justru sekarang hambatan terbesar itu bukan dari dalam, tapi dari faktor eksternal. Orang-orang yang sok suci itu," kata pria yang mengaku tak mendapat bayaran dari ceramahnya di tempat hiburan malam.
Apa yang dilakukan oleh Gus Miftah sebenarnya juga pernah dilakukan oleh Ustad Khoiron di salah satu lokalisasi di Surabaya, Bangunsari. Pria jebolan  Pondok Pesantren Tebu Ireng pada 2014 lalu sempat juga jadi buah bibir karena melakukan dakwah di tempat prostitusi.
"Mereka (preman, pelacur, mucikari, dan pelanggan prostitusi) sesungguhnya butuh bantuan untuk bangkit mengalahkan tekanan hawa nafsu, jika kita berdakwah dengan main vonis, hati mereka justru akan semakin tertutup," kata Ustad Khoiron seperti dikutip dari hidayatullah.com
Hampir sama dengan Gus Miftah yang mendapat cibiran di usahanya tersebut, Ustad Khoirin pun mendapatinya. Ia sempat dijuluki 'Kiai Prostitusi', julukan yang sangat berkonotasi negatif.
Yang membuat Ustad Khoiron terasa istimewa saat berdakwah ialah, ia tak pernah menggunakan kata 'dosa' di tiap tausiahnya. Alasannya sangat sederhan dan mengena.
"Kalau di jelaskan tentang dosa, mereka justru sudah sangat tahu perbuatan mereka adalah dosa besar, justru dengan memberikan mereka harapan akan masa depan yang lebih baik, hati mereka akan perlahan-lahan menerima kebenaran," kata pria bertitel Drs tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H