Awalnya hal ini tak masalah namun kemudian jadi problematika negara saat terjadi kerusuhan rasial yang menewaskan 7 orang pada 1999 silam setelah klub sepakbola berlatarbelakang Muslimm FC Creole meraih kemenangan kontroversial atas klub yang mayoritas pendukungnya beragama Kristen, Fire Brigade SC.
Pemerintah pun turun tangan dengan menerapkan kebijakan penghentian liga. Pemerintah pun meminta agar klub-klub tersebut menghilangkan identitas rasial mereka. Langkah ini kemudian tepat karena mampu mengurangi konflik sepakbola berlatar rasial.Â
Namun bagi mayoritas publik sepakbola Mauritius sangat mempercayai bahwa kebangkitan sepakbola negara itu hanya terjadi jika identitas kedaerahan dan rasial yang ditonjolkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H