Jika mau jujur, Indonesia sudah lama punya predikat sebagai negara pengikut, pengekor, atau apalah. Tapi tentu tak semua. Satu yang patut dipresiasi yaitu dari dunia arsitek, terkhusus dalam kontruksi. Sebuah teknik bernama sosrobahu begitu melegenda di kalangan konstruktor dan ahli bangunan lain.
Lalu, apa itu teknik sosrobahu? Dan apa pula yang membuatnya jadi sebuah penemuan penting? Dalam dunia konstruksi modern, tentu ada beragam teknik yang dipakai, bergantung pada jenis bangunan yang akan dibuat.
Terkhusus untuk sosrobahu, teknik ini biasanya banyak dimanfaatkan membuat jalan layang atau jembatan, umumnya di kota-kota besar. Tapi tak menutup kemungkinan teknik sosrobahu juga bisa diterapkan saat membuat bangunan berskala masif.
Apa Itu Sosrobahu?
Mendengar kata sosrobahu, yang ada di benak pasti tak jauh dari nama salah satu tokoh pewayangan dalam epik Mahabarata. Dan memang demikian adanya. Sosrobahu merupakan pendekar yang memiliki kekuatan luar biasa.
Mungkin inilah maksud kenapa nama sosrobahu lalu dipakai sebagai nama teknik pembangunan jalan layang yang mana penyangganya mirip dua bahu dan lengan. Dari perspektif arsitek sipil, sosrobahu punya pengertian lain.
Sosrobahu biasa dimaknai sebagai teknik memutar bahu beton saat membangun jalan layang. Pada praktiknya, setelah tiang penyangga jalan selesai dibuat, maka bahu jalan diletakkan di atas tiang searah jalan yang dibangun. Setelah diletakkan, barulah bahu diputar 90 derajat yang nantinya dibuat sebagai penopang jalan layang.
Di tanah air, teknik sosrobahu mulai populer sejak tahun 1980 yang mana saat itu sedang gencar pembangunan nasional. Teknik ini makin mendunia setelah proyek pembangunan jalan tol dari Cawang menuju Tanjung Priuk dinilai sukses. Banyak negara lalu mengadopsi teknik sosrobahu, terutama dari kawasan Asia Tenggara.
Karya Anak Bangsa
Apa yang makin membuat spesial dari teknik sosrobahu yaitu tentang penemunya. Adalah pria bernama lengkap Tjokorda Raka Sukawati, yang merupakan lulusan departemen sipil dari ITB dan asli kelahiran Bali. Yang unik, teknik ini sebelumnya tak bernama.
Nama sosrobahu diperoleh Tjokorda secara tak sengaja, yaitu saat membangun tiang pancang ke 85. Cerita diawali saat kota Jakarta yang mulai penuh sesak tahun 1980 harus membangun ruas jalan baru. Kurangnya lahan terbuka mengharuskan jalan baru dibuat melayang, atau biasa disebut dengan fly over.
Memang, jalan layang merupakan solusi paling masif yang bisa diterapkan di sejumlah kota besar untuk mengatasi masalah kemacetan. Masalahnya, pembangunan jalan layang ternyata tak mudah karena harus menutup dua ruas jalan yang harusnya masih berfungsi.
Pertama, tiang pancang harus dibuat dengan teknik pengecoran yang rumit. Dan kedua, baru membuat dudukan yang nantinya digunakan untuk menyangga jalan. Dari persoalan ini, Tjokorda lalu menemukan teknik sosrobahu, atau biasa dikenal dengan pier head technique.
Awal Mula Teknik Sosrobahu
Yang unik, teknologi sosrobahu sebenarnya ditemukan secara tak sengaja oleh Tjokorda. Ide berawal saat Tjokorda memperbaiki mobilnya yang rusak disela-sela tugasnya sebagai kepala proyek PT. Hutama Karya untuk pembangunan jalan.
Saat mengangkat ban depan dengan dongkrak hidrolik, mobil lalu begeser memutar dengan dongkrak sebagai porosnya karena tumpahan oli. Prinsip dasar ini mengacu pada Hukum Pascal yang mana jika cairan yang ditekan pada ruangan tertutup maka tekanan akan diteruskan ke segala arah.
Dengan prinsip dasar ini, Tjokorda langsung membuat desain keseluruhan yang lalu dipraktikkan saat pembuatan jalan tanpa uji coba lebih dulu. Meski banyak yang menolak, Tjokorda meyakinkan akan menanggung kerusakan apapun jika tak berhasil.
Pada praktiknya, teknik sosrobahu memakai dua piringan yang diletakkan di ujung tiang dan di bawah lengan penyangga. Piringan ini berbentuk cakram yang saling mengunci dan mampu menahan bobot 625 ton. Piringan dilengkapi pengunci, yang mana setelah lengan diputar maka langsung bisa dikunci. Untuk memutar lengan, Tjokorda memakai minyak pelumas bertekanan 78 kg/cm.
Keistimewaan Sosrobahu
Sebagai penemuan penting, teknik sosrobahu pasti punya suatu keistimewaan. Satu yang pasti, teknik sosrobahu sangat hemat waktu karena hanya butuh waktu dua hari untuk instalasinya. Bisa dibayangkan bagaimana macetnya lalu lintas jika jalan layang dibangun masih dengan cara konvensional.
Belum lagi jika menghitung kerugian tak langsung akibat arus jalan yang ditutup guna membangun jalan layang. Meski dibuat dengan teknik sederhana, tapi keamanan dari teknik sosrobahu bisa diandalkan. Yang luar biasa, hasil jalan layang yang dibangun dengan teknik sosrobahu bisa tahan hingga satu abad.
Karenanya, teknik ini masih tetap dipakai sampai sekarang karena memang terbukti sangat aplikatif dan ekonomis. Dan yang pasti, tidak mengganggu lalu lintas di jalan yang sedang dibangun. Dengan segala keistimewaan dari teknologi sosrobahu, pantas jika teknik ini banyak dipakai di negara lain semisal Singapura, Jepang, dan negara di kawasan asia lainnya.
Karena penggunaannya semakin meluas, teknik sosrobahu akhirnya dipatenkan atas nama Tjokorda sendiri. Meski begitu, sejumlah negara seperti Korea Selatan bersikeras ingin membeli hak paten Tjokorda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H