PRIHATIN
Mengamati banyak tulisan, pemikiran, dan perbincangan tentang BBM, tertampak sepertinya semua elit, akademisi, tokoh, dan politisi; sepakat menyeluruh bahwa tidak ada jalan lain kecuali menaikkan harga maka persoalan teratasi.
Terus terang saya (dan hanya sedikit orang yang) prihatin.
Jika pemerintah memilih untuk menaikkan harga BBM maka itu adalah sama dengan orang sakit kaki tetapi yang diobati adalah kepalanya. Cara menyelesaikan masalah dengan jalan yang sangat keliru.
BANDING
Menyambung dua tulisan berturut sebelum ini, saya sampaikan table bandingan berikut untuk membuka pikiran dan hati.
Jika pemangku Negara tidak peduli, yah, kebetulan saja masa ini adalah wewenangnya.
NOMOR
HARGA NAIK
SELEKSI PELAT
1
Menaikkan Rp 2000 menjadi Rp 8500 / liter
Tetap Rp 6500 / liter
bbm subsidi yang diskonsumsi oleh transportasi pelat hitam (mobil, motor) sejumlah 90,5%, dan dikonsumsi oleh rakyat banyak 9,5% (terdiri dari pelat kuning 6,8% dan tani nelayan rumahtangga dan lainnya 2,7%, sedangkan industri sejauh ini membayar bbm yang tidak subsidi).
jika subsidi setahun itu Rp 246,5 triliun, dan sistem pelat dilaksanakan, maka pemerintah tanpa perlu naikkan harga bbm, negara sudah menyelamatkan subsidi sebesar Rp 223.6 triliun di oktober 2014 - october 2015.
itu sama dengan pemerintah menaikkan harga bbm menjadi Rp 11.147/liter pada hari ini juga.
2