HASIL PENDIDIKAN ILMU TANPA MORAL
Indonesia setiap hari berjalan dengan gonjang-ganjing. Peristiwa semakin ekstrim yang diwartakan, maka kuantitas semakin tinggi menjadi perhatian orang. Bahkan sensasi menjadi pendorong kuat motivasi hidup di Indonesia.
Bukan hal istimewa jika berita yang berisi perlakuan tanpa moral menjadi konsumsi utama rakyat Indonesia setiap hari.
Indonesia dengan gembira memperbincangkan korupsi pejabat, perselingkuhan tokoh, pembunuhan dalam tawuran, lalu pemerkosaan perempuan tak berdaya. Entah kejahatan apalagi yang tidak mengisi hidup Indonesia ini.
Lalu, apakah semuanya itu diajarkan oleh orangtua di rumah? Atau guru di sekolah? Atau dosen di universitas?
'Kan tidak. Sepanjang usia saya bersekolah, saya tidak pernah mendengar dari mulut ayah ibu, guru saya yang mengajarkan saya untuk melakukan korupsi, dan kejahatan lainnya.
Tetapi 98 % waktu belajar yang digunakan guru-guru mengajar saya adalah untuk berilmu dengan pintar, dan hanya 2 % sisanya guru mengajarkan bagaimana mengolah segala sesuatu dengan bijak yang selanjutnya menyuruh saya untuk mengembangkannya sendiri. Pula itu hanya sedikit dari banyak guru saya, dan itu juga hanya bersifat nasihat yang disampaikan sekilas waktu, tidak regular dan bukan berbentuk matapelajaran.
Syukur saya tidak korupsi atau melakukan kejahatan lainnya lalu jadi populer. Namun bukan berarti saya tidak pernah berbuat jahat. Dan untuknya, saya harus berjuang sendiri supaya saya jangan jadi penjahat.
INDONESIA SUDAH IDEAL (?)
Masakah saya fitnah jika bilang Indonesia tidak ideal? Bukankah dominasi berita yang dikonsumsi rakyat sehari-hari bukan perbuatan moral? Lha, jika itu bukan yang terjadi, masakah pemberitaan Indonesia menyampaikan dusta? Berapa % berita berkategori moral muncul di setiap hari?
Jika koruptor tertawa bangga, sementara orang yang takut dipalak lalu lari, tapi malah diteriaki pencuri lalu dihakimi masarakyat tanpa bijak, kemudian putusan hukum para ahli hukum yang cuma canda-canda saja tanpa berdosa, maka sungguh Indonesia ini bukan hanya panggungnya sandiwara tetapi juga pelakunya hanya cerita. Indonesia ini cuma sinetron yang jadi tontonan bangsa lain bahkan jadi tertawaan makhluk alien.
Sangat kasihan saya pada orang yang jujur hati, sehat akal, dan moral kelakuan, yang sama tamat dalam pendidkan ilmu, namun hilang ditekan oleh dominasi manusia tidak bermoral disekitarnya.
Hal begini tidak bisa dibiarkan berkepanjangan dan menjadi jiwa bangsa Indonesia. Jika pemerintah tidak melakukan tindakan yang menolong moral bangsa Indonesia di masa depan, maka pemerintah generasi sekarang ini harus bertanggungjawab walau sudah ada di kubur dan tidak berfaedah lagi bagi generasi mendatang.
Jangankan antisipasi, rencana, atau program, terpikirkankah keadaan di masadepan seperti itu dalam benak pemerintah Indonesia sekarang?
PEMERINTAHAN JUJUR, IA BERTANGGUNGJAWAB PADA GENERASI
Jika pemerintahan Presiden Joko Widodo di generasi 2014-2019 ini “tidak sempat” memikirkannya, saya beri masukan untuk dilakukan. Ini solusi bukan hanya kritik.
Bukan hanya untuk disimak. Kecuali memang pemerintah tidak bertanggungjawab atas apa yang terjadi di masadepan; kecuali pemerintah sekarang ini tidak punya keturunan satupun yang harus dipedulikan olehnya di masadepan. Kecuali juga pemerintah sekarang ini memang hanya pikir diri sendiri saja sebelum ia mati.
Tetapi juga sebagai orang yang sudah "didudukkan" oleh dominan rakyat di "kedudukan" sekarang, maka ia harus tahu pikir dan sadar diri bahwa ia bertanggungjawab pada Indonesia, bukan hanya berjanji di mulut tapi melakukan dengan tangan. Jika ia melakukan dengan tangan, maka ia peduli akan masadepan Indonesia yang sejahtera. Dan dia mau jaga keNKRIan Indonesia supaya langgeng generasi ke generasi
Pendidikan adalah pintu gerbang masuk ke jalanraya berbangsa dan bertanahair. Semua sisi kehidupan bergerak melalui hasil pendidikan, dan sungguh-sungguh keterlaluan jika pendidikan Indonesia hanya menghasilkan koruptor, tawuran, panahwayer, perkelahian antarkampung, perang antaraparat, KDRT, sensasi, dan kemerosotan akhlak manusia Indonesia.
Mengapa pemerintah tidak menemuka jalan keluar? Masakah adat-istiadat yang buruk harus menekan pemerintah untuk diam melempem seolah harimau hilang gigi?
REPUBLIKASI PENDIDIKAN, POTONG GENERASI
Indonesia tidak bisa diperbaiki seperti membalikkan telapak tangan. Betul demikian. Itu sebabnya pemerintah harus bertindak dengan berani, tegas, dan dengan cara yang benar untuk memulihkan kelakuan Indonesia yang carut-marut begini.
Cara yang paling benar hanya satu jalan. Ini jalan utama, lalu jalan-jalan penopang dibangun mengikutinya,
Caranya yaitu potong generasi.
Potong gerenasi mampu memulihkan Indonesia dari bangsa dan negara sandiwara menjadi bangsa dan negara yang bermartabat, berbudaya dan berperadaban, serius berwibawa, dan senang gembira sejati yang sehat.
Pelaksanaan potong generasi ini tidak membutuhkan waktu yang panjang, namun selama itu Indonesia bergerak cepat memulihkan diri dalam mencapai kesejahteraan keseluruhan.
Sebaliknya jika tetap seperti sekarang, maka sejumlah waktu yang digunakan untuk pelaksanaan program ini, secepat itu Indonesia terpuruk pada hilangnya Indonesia sebagai Indonesia. Sebab, Indonesia saat ini bangga diiming-iming dengan pertumbuhan ekonomi yang superwah; dengan memuji-muji melalui prediksi PDB Indonesia tahun 2030 yang tiba di US$ 6.793 T (setara dengan Rp 68.000 Triliun kurs 10.000). Dan itu berarti setiap manusia dewasa Indonesia saat itu yang dihitung sederhana 250 juta, menyumbang pendapatan negara Rp 22 juta/bulan kurs 2013. Apakah akan benar demikian jika pendidikan Indonesia menghasilkan rata-rata hasil yang diketahui seperti sekarang ini? Mercusuarnya, entah mencapai berapa % penjualan singkong dan hasilbumi sejenis yang menghasilkan PDB setingkat itu? Atau berapa % tanahair yang tersisa sebagai milik Indonesia?
Diakui, pendidikan Indonesia menghasilkan orang pintar dan bermutu ilmu. Tetapi harus lebih diakui, kepintaran yang tersertifikat itu memproduksi korup, dan berbagai tindakan tidak bermoral lainnya. Ini fakta. Tetapi juga, bukankah seharusnya orang terdidik jangan bikin Indonesia capek percuma?
Sebelum Indonesia semakin rusak, pemerintah Indonesia harus berinisiatif tinggi, segera lakukan program republikasi pendidikan dengan memotong generasi.
(BERSAMBUNG)
Salam Indonesia sejahtera
Tuhan memberkati Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H