TENGGELAM DALAM EFORIA
Tidak nampak hal yang kuat menerobos agar bisa menghancurkan batas yang mengikat Indonesia untuk tetap berjalan di tempat.
Yang nampak justru, pertunjukan kegembiraan sementara, yang sepengetahuan saya ini terjadi untuk ketiga kalinya di zaman reformasi ini, dan hasilnya adalah makin melemahnya rupiah yang tersembunyi dibalik eforia politik.
Saya kembali takutkan namakala pemerintah baru kita ini terjebak pada “kata” pertumbuhan ekomomi 7%, padahal jika Indonesia sungguh mengalami ekonomi bertumbuh, maka kurs Rupiah tahun 2019 ada pada Rp 1750/US$ tanpa sanering atau pengecilan angka matauang.
Dan apakah pemerintahan sekarang ini mampu memajukan Indonesia dalam lima tahun mendatang ini, hanya dengan mengharapkan rakyat yang bekerja keras sekeras-kerasnya menciptakan pekerjaan? Sementara BBM tetap direncanakan naik, lalu konsentrasi Negara hanya kepada laut, dan tetap mengandalkan luarnegeri memodali investasi?
Entahlah. Sementara ini saya hanya bisa mendoakan agar Indonesia maju sejati bukannya simulasi.
HARAPAN MASIH HARAPAN
Bagaimanapun juga, sementara pemerintahan mengejar statementnya, maka rakyat tentunya tetap berjuang untuk bisa mendapat makan sehari-hari; karena kebetulan segala upaya yang rakyat lakukan hanya mampu sedemikian.
Harapan rakyat yang tidak terlibat dalam eforia, semoga saja Presiden Joko Widodo dan pemerintahannya bisa membuktikan bahwa apa yang dijanjikan dan direncanakan itu adalah kenyataan.
Dan semoga nasihat ini boleh menjadi masukan positif, sebab solusi sudah disampaikan sebelum ini dan akan terus disampaikan sesudah ini.
Selamat memimpin Republik Indonesia