Edi Rusyandi lahir di Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat, 19 Januari 1982. Terlahir dari pasangan orang tua, H. Istila dan Hj. Imas Nurhayati.
Edi menghabiskan masa kecil dan remajanya di lingkungan pesantren dengan suasana kehidupan pedesaan yang kental. Kakeknya KH. Mohammad Omo, seorang pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikmah di Cipongkor.
Pendidikan formal Edi baik dari tingkat dasar, menengah, dan atas dilalui di Bandung Barat. Edi lulus Madrasah Ibtidaiyah pada tahun 1993. Dilanjutkan di SMPN 1 Cililin, lulus Tahun 1996, dan SMA Al Bidayah Batujajar tahun 1999. Kemudian selepas lulus SMA tahun 2001 Edi melanjutkan pendidikan di Fakultas Tarbiyah UIN SGD Bandung.
Sementara untuk pendidikan non formal, Edi menempuhnya di Pondok Pesantren Al Hikmah yang tak lain merupakan pesantren asuhan kakeknya. Di pondok ini, Edi belajar pendidikan agama tingkat dasar sampai khazanah keilmuan klasik berupa kitab kuning.
Selanjutnya, ketika kuliah di UIN SGD Bandung, Edi juga mondok di Pesantren Mahasiswa Al Ihsan Cibiru Hilir dibawah asuhan KH. Tantan Taqiudin, LC. Selain diajarkan kitab klasik, di pesantren ini juga diajarkan kitab kitab modern karya ilmuwan muslim.
Saat menjadi mahasiswa, Edi Rusyandi aktif di organisasi intra dan ekstra kampus. Edi tercatat pernah menjadi Anggota Majelis Permusyawaran Mahasiswa (MPM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) UIN SGD Bandung, Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Bandung tahun 2005-2006, Ketua Umum PMII Cabang Kabupaten Bandung Tahun 2007-2008, dan Ketua Umum Pengurus Koordinator Cabang PMII Jawa Barat Tahun 2012-2014.
Pasca organisasi kemahasiswaan, selanjutnya Edi aktif di organisasi kepemudaan diantaranya sebagai Wakil Ketua PW GP Ansor Jawa Barat 2015-202, Wakil Ketua DPD KNPI Jawa Barat 2014-2017 dan Bendahara PW IKA PMII Jawa Barat periode 2022-2027.
Saat aktif di organisasi kampus dan kemahasiswaan inilah pergulatan dunia aktivisme dan politiknya mulai terasah. Saat dimana euforia reformasi masih cukup gegap gempita dirayakan mahasiswa dan kelompok civil society. Era yang menandai peralihan alam otoriterianisme ke alam demokrasi.Â
Selama itu pula, Edi turut aktif dalam berbagai forum kajian ilmiah, pendampingan masyarakat terpinggirkan dan juga memimpin aksi jalanan dalam merespon kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak pro rakyat.
Selepas kuliah, Edi kembali ke habitatnya di kampung halaman. Sesuai dengan basic akademiknya di bidang pendidikan, selama hampir 20 tahun mengabdi dengan mengajar pada madrasah yang didirikan orang tuanya yaitu Yayasan Syarif Hidayatulloh.
