Mohon tunggu...
Gaya Hidup Pilihan

Terpenjara oleh Tubuh

17 Maret 2017   07:46 Diperbarui: 17 Maret 2017   16:00 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di balik Film Labuan Hati

“Mungkin buat dia, saya bukan yang terbaik Kak…” jawab Maria lemah.

Maria adalah gadis yang sedang terluka karena cinta. Kekasihnya berselingkuh dan pergi meninggalkannya. Ia tidak tahu alasan mengapa kekasihnya tega menyakiti hatinya dan memilih perempuan lain. Ketidaktahuan itu membuatnya bertanya-tanya apakah ada yang salah dengan dirinya atau sikapnya, yang kemudian berujung pada kesimpulan bahwa kesalahan terletak pada tubuhnya.

Wajar jika seorang wanita yang patah hati kemudian intropeksi diri tentang kesalahan yang pernah ia lakukan sehingga hubungan yang sedang ia jalani gagal. Apalagi jika mantan kekasih lebih memilih perempuan lain, maka otomatis ia akan membandingkan kualitas apa yang dimiliki perempuan tersebut yang tidak ia miliki. Namun adakalanya intropeksi tersebut menggiring pada opini destruktif tentang ketidaksempurnaan tubuhnya. Kenapa tubuh?

Sudah sejak dulu tubuh perempuan tidak pernah terlepas dari bentukan opini. Wanita tidak pernah bisa bebas mendeskripsikan tentang tubuhnya sendiri karena representasi tubuh wanita yang ideal sangat dipengaruhi oleh jaman, masyarakat, media, dan iklan. Representasi tubuh wanita yang ideal mengandung mitos yang menandakan nilai tertentu, seperti nilai kecantikan, kemudaan, feminitas, sampai pada nilai baik dan buruk, benar dan salah, normal dan tidak normal.

Media dan iklan sangat berperan besar membentuk konstuksi tubuh wanita. Media dan iklan meniupkan kecemasan bahwa jika tubuh wanita tidak sesuai dengan imaji yang mereka suguhkan, maka ia tidak akan dicintai. Untuk itu kaum wanita dirayu untuk membenahi tubuh mereka sesuai apa yang diperintahkan oleh iklan kecantikan. Demi keinginan menjadi pribadi yang dicintai, banyak perempuan rela membentuk tubuh agar sesuai dengan kontruksi ideal yang dibangun oleh media. Hal inilah yang kemudian menggiring pada mitos kecantikan yang membuat mereka terpenjara dalam definisi cantik dan tidak cantik, ideal dan tidak ideal, 

Mitos kecantikan yang berkembang pada masyarakat Indonesia saat ini mengerucut pada sosok tinggi, langsing, kulit langsat, wajah oval, hidung mancung, dengan rambut hitam lurus. Sementara sosok Maria yang merupakan gadis asli kepulauan Flores adalah perempuan dengan kulit coklat karena terbakar matahari dan berambut keriting. Mungkin dari sinilah Maria menganggap bahwa tubuhnya tidak sempurna karena tidak sesuai dengan nilai kecantikan yang sedang menjadi tren. Tubuh yang menurutnya menjadi alasan sang kekasih berselingkuh dan meninggalkannya.

Isu tubuh perempuan inilah yang diangkat oleh sutradara Lola Amaria dalam film terbarunya yang berjudul Labuan Hati. Lewat sosok Maria yang diperankan oleh Ully Triani, Lola Amaria ingin mempertanyakan kembali definisi tubuh perempuan dan bagaimana perempuan memandang tubuhnya. Sosok Maria digambarkan Lola Amaria sebagai sosok wanita yang terperangkap dalam kecemasan akan ketidakidealan tubuhnya sehingga ia layak tidak dicintai dan ditinggalkan pergi. Pesan yang ingin disampaikan dalam film ini kepada para wanita adalah tidak peduli bagaimana bentuk tubuhmu, kamu layak dicintai.

Penasaran dengan kisah Maria selanjutnya? Bagaimana cara Maria menemukan pemaknaan baru tentang tubuhnya? Saksikan kisahnya dalam film Labuan Hati yang mulai tayang di bioskop tanggal 06 April 2017. Dibintangi oleh Nadine Chandrawinta, Ramon Y. Tungka, Kelly Tandiono, dan Ully Triani. Film ini mengajak Anda menelanjangi tubuh dan memaknai bahwa yang tidak ideal belum tentu tidak sempurna. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun