Mohon tunggu...
Lyfe

Bia, Cinta yang Dikikis Waktu - di Balik Film Labuan Hati

23 Februari 2017   03:34 Diperbarui: 8 Maret 2017   06:00 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Tertawa, memegang, memeluk, bebas ke manapun kamu mau…” (Bia)

Jika banyak orang mengatakan bahwa menikah adalah sarana meletupkan cinta antara pria dan wanita. Mereka salah. Adalah Bia, perempuan berusia 40an tahun. Ibu dari satu anak perempuan. Setelah sekian lama berumah tangga, Bia merasakan ada yang hilang, yang perlahan terenggut dari jiwanya. Ia telah mendampingi suami dan menjalankan peran sebagai ibu dengan sempurna, tapi Bia merasa ada yang salah dalam dirinya.

Ia ingin jeda. Sejenak menekan tombol pause dalam kehidupannya sebagai istri dan ibu. Ia ingin berhenti. Ia ingin lepas dan bebas, mencari sesuatu yang telah lama pudar dalam dirinya.

Bia berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan batinnya. Apa makna dirinya di balik baju-baju rancangan desainer ternama miliknya? Apa yang ia inginkan dalam hidup? Mengapa buku-buku self-development yang sudah dia hafal di luar kepala tidak juga membantunya? Dan pertanyaan paling penting, masihkah ia memiliki cinta?

Ke Labuan Bajo ia berlabuh, menyepi sejenak dari hiruk pikuk kisruh hatinya. Bia memilih kepulauan Komodo karena kerinduannya pada dunia alternatif di bawah laut sana. Sudah lama Bia tidak menyelam, praktis sejak anak pertamanya lahir. Kesibukan mengurus keluarga dan anak telah mengalihkannya dari dunia bawah laut yang sangat ia cintai. “Semua yang berhubungan dengan laut, udah lama nggak gue lakuin…” sesal Bia.

Di Labuan Bajo, Bia berjumpa dengan Indi dan Maria. Selama perjalanan tersebut, Bia menjalin persahabatan dengan keduanya. Bersama mereka, ia menyelami lautan, mengagumi warna-warni karang, menghirup bau samudera, dan menjelajahi habitat asli binatang langka komodo. 

Bia kemudian merasa terbangun, seolah api dalam sekam yang kembali menghangat. Apalagi dengan kehadiran sosok Mahesa, lelaki yang meletupkan sisi lain Bia yang selama ini dia pendam. Bia ingin terus menikmati hidup yang bebas dan lepas seperti yang sedang dinikmatinya di Labuan Bajo sekarang.

“Bisa nggak ya kita terus di sini?” tanya Bia pada Indi saat mereka berbaring di tepi pantai dengan tubuh berbalut pasir.

Indi bertanya balik, “Suami lu?”

“Bapaknya anak-anak maksud lu?” koreksi Bia. 

Bagi Bia, relasi yang dimilikinya dengan suaminya saat ini hanyalah karena anak. Cinta yang dulu pernah hadir di antara mereka sudah lama memudar, terkikis oleh waktu, rutinitas, dan kesibukan masing-masing. Sekian lama Bia berusaha menjalani peran sebagai ibu dengan sebaik-baiknya. Tapi entah mengapa hal tersebut tidak bisa memuaskan dahaganya akan cinta. “Perempuan bisa menjadi ibu yang luar biasa. Tapi kadang lupa bagaimana menjadi istri yang baik,” ujar Indi pada Bia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun