Masih ada kata yang tak terungkap diantara reruntuhan hatiku. Terhunus asa menghampiriku dan mendekap kilauan cahayaku. Bagiku rasa itu tak terbagi,mungkin untuknya, bukan untukku. Bkn pada apa yg menjamur dalam diriku,tapi tubuhku yg sekarat karna parasit mimpi. Lepas jiwa sontak bercermin. Tak bernyawa kosong berlari. Terasa dunia terbalik belati yang terjal hadapi tebing yang tinggi. Kental melayangkan imaji segar, bersih dan tertata rapih. Lapang dan luas untuk berkreasi dengan pijak terampil buatan mimpi. Inginku bebas mengerti dan pahami, kebutuhanku landai mengecil disini. Bukan salah mengerti batin berdalih,tapi ini nyata di dpn dahi. Kucoba siapkan senjata ampuh guna bertahan dan menyerang elegi keheningan malamku. Dan maju menelan hasrat bersama mentari yg slalu setia menemaniku. Musnah kesenangan malam dan gejolak embun menjelang pagi yg merengkuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H