Mohon tunggu...
Dokter Bejo
Dokter Bejo Mohon Tunggu... -

Dokter Bejo, sumber referensi menarik seputar kesehatan, gaya hidup sehat, produk kesehatan, jasa kesehatan, menjawab fakta mitos kesehatan. Jadilah konsumen produk kesehatan yang cerdas! Salam Dokter Bejo

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Ada Pahit di Balik Manisnya Valentine

14 Februari 2017   09:59 Diperbarui: 14 Februari 2017   10:29 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tepat pada 14 Februari jutaan orang dimuka bumi bersolek merayakan hari kasih sayang tak terkecuali orang-orang disekililing saya yang sibuk menyiapkan kado dan reservasi tempat nongkrong untuk Valentine dinner.

Saya jadi teringat jawaban orang tua ketika saya tanya ‘”Ayah, kenapa aku gak boleh merayakan Valentine?. Bukankah mengekpresikan kasih sayang itu hal yang positif?” tanya saya ketika berusia setengah ABG.

Ada alasan yang dilontarkan dari mulut ayah saya. Meski nadanya tidak keras, tapi isi pesannya tegas. Pertama, “Nak, Valentine bukan budaya leluhur kita” jawabnya singkat. Saya pun masih belum puas dengan jawaban yang setengah ‘ngambang’ itu.

Belajarlah sejarah Valentine. Ketahui sejarah perjalanannya dan nanti kamu akan tahu makna Valentine sesungguhnya. Agama kita tidak menurunkan perayaan itu ke umatnya,” tandasnya kembali.

Oke, saya sedikit lebih puas dengan jawaban itu. Tapi, sebagai anak Millenial yang rasa ingin tahunya tinggi, saya pun balik bertanya untuk kesekian kalinya. “Kalau dirayakan bersama keluarga, boleh donk?”

Mmmh… ayah terdiam. Senyumnya tersungging seraya berkata singkat “Yah, boleh lah. Asal jangan berlebihan!,” sarannya.

Arti “berlebihan” ini sesungguhnya masih ambigu dalam pikiran saya. Apakah “berlebihan” yang dimaksud adalah perayaan yang menghabiskan banyak duit atau ada makna lain. Tak lama saya berfikir, ayah menyambung ucapannya “Berlebihan itu… gak boleh mewah-mewah, apalagi makan makanan serba manis, minuman manis, kue manis, snack manis. Ada pahit dibalik manisnya gula, Nak! ”imbuhnya.

Ternyata ada pahit dibalik manisnya momen Valentine. Kue, makanan, minuman, camilan serba manis bisa menjadi malapetaka bagi orang-orang yang sensitif naik turun gula darahnya.

Ayah saya adalah pengidap diabetes sejak lama dan memang “anti” pesta dengan kudapan serba manis. Pola makannnya dijaga ketat, gak boleh ini, gak makan itu. Serba terkontrol pokoknya.

Dia pun menganjurkan anak-anaknya agar tidak ‘terlena’ dalam hinggar bingar hari kasih sayang. Kue, makanan, minuman yang mengandung gula, karbohidrat tinggi, akan menjadi pemicu naiknya gula darah. Belum lagi bingkisan coklat yang biasa menjadi simbol diperayaan itu yang memiliki kadar gula yang sangat tinggi. Ayah menjaga anak-anaknya agar tidak mengidap diabetes seperti dirinya.

Gula atau glukosa yang berasal dari makanan yang seharusnya dipergunakan oleh sel sebagai energi untuk beregenerasi dan memperbaiki diri tidak bisa masuk ke dalam sel karena insulin yang bertugas membawa glukosa ke dalam sel kurang atau tidak berkualitas.

Seringnya makan makanan manis dan karbohidrat sederhana akan menyebabkan lonjakan kadar glukosa di dalam darah. Glukosa yang tidak dapat masuk ke dalam sel akan ikut dalam peredaran darah keseluruh tubuh. Glukosa akan ikut ke pembuluh darah besar  seperti jantung akan menyebabkan penyakit jantung koroner. Jika ke otak akan menyebabkan stroke.

Glukosa juga ikut ke pumbuluh darah kecil seperti mata akan menyebabkan kebutaan. Glukosa juga akan ikut ke persyarafan menyebabkan berkurangnya atau hilangnya sensitivitas syaraf pada kulit, sehingga menimbulkan gejala kebas, kesemutan, baal hingga mati rasa terutama pada anggota gerak terutama daerah jari-jari tangan dan kaki.

Akibatnya penderita diabetes rentan terhadap luka pada daerah kaki dan tidak disadari,  ditambah kondisi kadar gula darah yang tidak terkontrol sehingga menyulitkan proses penyembuhan luka dan menyebabkan infeksi bakteri dan jamur pada akhirnya menyebabkan pembusukan dan kematian jaringan yang dapat berujung pada amputasi.

Penyakit ginjal bocor adalah satu dari sekian banyak gangguan atau kerusakan organ ginjal. Organ yang berfungsi sebagai penyaring darah ini bisa terganggu akibat banyak faktor, salah satunya karena komplikasi diabetes.

Penjelasannya seperti ini, ketika kadar gula meningkat akibatnya sekresi insulin berkurang atau menurunnya kepekaan sel terhadap insulin, maka akan dapat mempengaruhi kerja ginjal. Hal tersebut disebabkan karena tubuh secara otomatis akan membuang kelebihan glukosa dalam darah melalui urin, yang menyebabkan ginjal harus menyaring glukosa dalam darah.

Sejumlah penilitian menyebutkan, kematian akibat penyakit jantung dan stroke disumbangkan karena komplikasi diabetes. Kadar gula yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah saraf yang memungkinkan seseorang lebih rentan mengalami gangguan jantung hingga stroke.

Untuk,  merayakan Valentine harus penuh kebijaksanaan. Artinya, rayakanlah bagi yang ingin merayakan. Jika hari kasih sayang dirayakan, sajikan makanan dan minuman yang tidak membawa efek buruk bagi kesehatan. Bila perlu Anda bisa mengonsumsi obat untuk mencegah naiknya gula darah.

Saat ini banyak obat atau produk herbal yang bisa membantu mengontrol kadar gula darah. Ada yang bersifat sintetik ataupun berbahan dasar alam dengan kandungan buah, sayur, dan rempah.

Saat ini yang menjadi perbincangan banyak orang adalah Sozo Formula Manggata 1 (SoMan) yang efektif menurunkan kadar gula darah. SoMan telah teruji klinik di Universitas Gadjah Mada dalam mengobati diabetes dan penyakit penyertanya. 

SoMan akan memberikan nutrisi pada sel-sel beta pankreas agar regenerasi sel beta pankreas berjalan optimal dan terjadi perbaikan pada sel yang rusak. Setelah terjadi proses perbaikan, SoMan juga akan merangsang sel beta prankreas untuk menghasilkan insulin yang berkualitas dan cukup untuk mengendalikan gula darah. Dosisnya 10 tetes 3x sehari setiap bangun tidur, sebelum makan, dan sebelum tidur. Tetap sehat dihari kasih sayang! (AF)

oleh : Ario Fajar, S.Ik & Pramesti Nindyaningrum, AMG., S.Sos

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun