oleh : Ariana Dewi, S.Gz & Tatu Ratna Sari, S.Farm., Apt
Tidak banyak pasien diabetes yang menyadari akan bahaya penyakit yang diidapnya. Contohnya saja, saya pernah bertemu dengan seorang pengidap diabetes yang usianya masih sangat produktif. Ketika dokter memvonisnya menderita diabetes, si orang ini tidak menampakkan ketegangan dirawut mukanya. Saat ditanya, apa yang sudah dilakukan untuk penyembuhan, dia menjawab hanya minum obat dokter, dan tetap menikmati pola makannya yang “jorok” dan kebiasaan merokoknya yang “rajin”
Aneh memang. Kenyataannya, kondisi di atas banyak terjadi disekeliling kita. Ketika pesakitan diabetes divonis “Anda sakit gula”, ada yang panik, ada yang bijak, namun ada pula yang mengganggap “yah….ini cuma penyakit umum kok!”. Begitu jawabnya.
Selang beberapa bulan tidak bertemu, saya pun secara tidak sengaja bertemu kembali dengan orang ini. Coba tebak, apa yang saya lihat dan dengar dari dirinya?
Orang ini mengalami kemunduran kesehatan yang drastis. Gula darahnya semakin tinggi, badannya makin “bengkak” dan satu per satu penyakit hinggap ditubuhnya. Salah satunya, kerusakan ginjal. Saya pun tertawa kecil, bukan karena merendahkan orang ini, tetapi sudah memperkirakan apa yang akan terjadi jika orang ini abai sama keadaannya. Pilihannya mudah, kontrol gulanya atau ginjalnya yang rusak! Sesederhana itu.
Mayoritas penyebab gagal ginjal dikarenakan gagal mengontrol penyakit gulanya. Perlu diketahui, seorang pengidap diabetes mengalami masalah komplikasi kronis karena kadar glukosa di dalam darah sangat tinggi. Padahal, kadar gluksa di dalam darah yang terlalu tinggi dapat membuat darah mengental
Nah, darah yang terlalu kental ini akan membuat banyak organ vital bekerja lebih keras. Salah satu organ vital yang dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya adalah organ ginjal. Ginjal akan mengalami kesulitan dalam menyaring racun di dalam darah jika darah di dalam tubuh mengental. Jika hal ini terus dibiarkan, maka tidak heran jika ginjal akan mengalami kerusakan.
Satu lagi yang belum diketahui khalayak adalah bahwa diabetes dengan obesitas dapat menyebabkan batu ginjal. Obesitas memainkan peran yang sangat besar dalam pembentukan batu ginjal. Pasien diabetes memilki metabolisme berbeda. Mereka cenderung mengeksresikan lebih banyak kalsium oksalat, asam urat, natrium, sulfat urin, dan memiliki pH urin rendah sehingga berisiko terbentuknya batu asam lebih besar.
Jika disertai dengan diabetes, maka akan terjasi resistensi insulin dan hiperinsulinemia sehingga menyebabkan ketidakseimbangan metabolik yang menyebabkan pembentukan batu kalsium (komponen batu ginjal)
Para peneliti di Mayo Clinic menyimpulkan bahwa orang-orang dengan diabetes berisiko 40% lebih besar batu asam urat di ginjal dibandingkan orang sehat non-diabetes. Orang dengan diabetes tipe 2 memiliki urine sangat asam, sehingga resiko batu ginjal semakin besar.
Agar tidak menderita kondisi yang sama seperti pasien di atas, kita bisa membiasakan diri untuk hidup sehat dan yang terpenting adalah mengontrol kadar gula darah. Langkah pertama untuk mengatasi batu ginjal yaitu dengan cukup minum air putih. Langkah selanjutnya adalah banyak konsumsi buah dan sayur yang kaya akan kalium seperti daun kemangi, bawang putih, dan daun seledri. Kalium akan membantu untuk meluruhkan batu ginjal.
Tidak hanya itu, pemicu batu ginjal seperti obesitas dan diabetes juga perlu diatasi. Caranya dengan pembatasan asupan dan pola makan. Pola makan yang disarankan adalah konsumsi buah-sayur 80% dan nasi-lauk pauk 20%; makan pada waktu yang ditentukan; kurangi asupan gula dan kafein.
Konsumsilah buah-buahan, sayur-sayuran dan rempah yang secara empiris bisa membantu pengobatan ginjal. Beragam produk kesehatan juga tersedia untuk membantu proses pemulihan ginjal Anda yang menggabungkan bawang putih, kemangi, dan seledri, serta buah dan sayuran berkhasiat lainnya. Tapi ingat, pilihlah produk kesehatan yang alami, tanpa efek samping, tanpa Bahan Kimia Obat (BKO), sehingga tidak memberatkan kerja ginjal Anda. (AF)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H