Mohon tunggu...
Indonesia Climate Change
Indonesia Climate Change Mohon Tunggu... Ilmuwan - ICCTF

ICCTF was established in 2009 by the Government of Indonesia as the National Trust Fund to support emissions reduction and Low Carbon Development.

Selanjutnya

Tutup

Money

Manfaatkan Potensi Udang 50,3 Ribu Ton Bappenas Rekomendasikan 68 Kapal di WPP 718

11 September 2020   16:05 Diperbarui: 11 September 2020   15:55 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10 SEPTEMBER 2020, JAKARTA -- Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) merekomendasikan maksimal sebanyak 68 armada kapal di Wilayah Pengelolaan Perairan (WPP) 718 Laut Arafura, untuk memanfaatkan potensi perikanan udang sebesar 50,3 ribu ton dengan nilai setara Rp10 triliun per tahun. Saat ini, WPP-718 dijadikan sebagai contoh kajian pengelolaan WPP Negara Republik Indonesia (NRI) berbasis perikanan udang untuk mendukung scientific base policy.

"Bappenas merekomendasikan maksimal 68 kapal untuk mengoptimalkan potensi udang di WPP 718 sebesar 50,3 ribu ton, atau setara Rp10 triliun per tahun," ujar Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, Sri Yanti dalam Workshop Hasil Kajian Bio Ekonomi Perikanan Udang di WPP 718, yang dilangsungkan secara daring, Kamis (10/09/2020).

Berdasarkan hasil kajian Bio Ekonomi WPP 718 RI di Laut Arafura, kata dia, saat ini produksi dari WPP 718 baru 11% dari total potensi yang mencapai 2.673,6 ribu ton. Sementara itu, belum ada kapal dengan ijin dari pemerintah pusat yang beroperasi karena masih ada moratorium.

"Pemerintah bermaksud membuka moratorium itu. Agar tidak terjadi overfishing, pemerintah membatasi jumlah kapal maksimal 68 armada," jelas Yanti.

Ia mengungkapkan, jika dibandingkan WPP lainnya, potensi WPP 718 merupakan terbesar, namun produksinya terkecil dibanding 11 WPP lain di seluruh Indonesia. Karena itu, perlu optimalisasi pemanfaatan yang berkelanjutan. Sebab, WPPNRI merupakan wilayah pengelolaan perikanan untuk penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, konservasi, penelitian, dan pengembangan perikanan, yang meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan zona ekonomi eksklusif Indonesia.

Prioritas RPJMN

Ia menjelaskan, ada 2 kegiatan prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pertama, menjadikan WPP sebagai basis spasial dalam pembangunan perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries), transformasi kelembagaan dan fungsi WPP, meningkatkan kualitas pengelolaan WPP, serta pengelolaan dan penataan ruang laut dan rencana zonasi pesisir. Kedua, mengelola ekosistem kelautan dan pemanfaatan jasa kelautan secara berkelanjutan.

"Meski demikian, jelas Yanti, kebijakan pengelolaan WPP tidak dapat diterapkan dengan perlakuan yang sama "fit for all", sebab masing-masing WPP memiliki produktivitas dan karakteristik tersendiri. Karena itu, Bappenas mengharapkan berbagai masukan dari stakeholders terkait dalam memperkaya penyusunan model bieokonomi agar hasilnya semakin produktif dan optimal," terang Yanti.

Ia menambahkan, upaya mewujudkan potensi perikanan udang sangat memerlukan kerjasama dari seluruh pihak terkait. Mulai dari pemerintah, pengusaha, akademisi, NGO, masyarakat nelayan, dan media massa.

"Semua pihak, termasuk media massa sangat berperan penting untuk mengawasi implementasi kajian dan kebijakan yang dihasilkan pemerintah. Sehingga dapat menciptakan kesejahteraan masyarakat, melalui pengelolaan perikanan berkelanjutan," tandas Yanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun