Mohon tunggu...
Indonesia Berakhlak
Indonesia Berakhlak Mohon Tunggu... -

Indonesia Berakhlak merupakan blog resmi dari Yayasan forsil Indonesia Bangkit dan Berakhlak (YfIBB). Diharapkan melalui media jejaring sosial ini YfIBB dapat berperan dalam upaya memperbaiki akhlak dan moral bangsa yang sedang didera krisis multidimensi ini. Kami berharap Anda berminat bergabung untuk menyukseskan program kerja utama kami, yakni memperbaiki akhlak moral dan bangsa. Salah satu caranya dengan memasyarakatkan budaya malu : "Aku Malu...!!! www.indonesiaberakhlak.org

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hilangnya Identitas Muslim

2 April 2013   04:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:53 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prof. DR. KH. Didin Hafidhuddin mengungkapkan bahwa awal mula dari krisis akhlak adalah adanya penyakit qalbu atau hati yang diidap seseorang. Penyakit ini tumbuh subur di tengah kancah dunia yang penuh dengan hedonisme dan materialisme. Penyakit ini merusak hati, yang pada gilirannya akan merusak diri. Sebab qalbu (hati) adalah pusat segala aktivitas manusia. Jika hati beres, maka akan beres seluruh perilakunya, dan jika rusak maka akan rusak pula seluruh perilakunya.

Rasulullah saw bersabda, “… ingatlah bahwa dalam tubuh (manusia) terdapat sepotong daging, apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuh itu, dan apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu. Ingatlah bahwa sepotong daging itu adalah hati. “ {HR. Bukhari dan Muslim}

Penyakit hati semakin parah jika seseorang terjangkit virus relativisme kebenaran. Terpaan virus relativisme kebenaran telah membuat kebanyakan kaum muslimin kehilangan identitas dirinya. Tanpa sadar, perlahan tapi pasti, segolongan umat Islam telah meleburkan diri pada budaya materialisme, kapitalisme dan hedonisme. Mereka berani menggugat kebenaran dan hukum Islam demi upaya pemisahan peranan agama terhadap kehidupan manusia. Bagi mereka, agama hanya memiliki peranan dalam masalah peribadatan saja.

Tak heran, jika budaya sekularisme dan pluralisme semakin menggerogoti pondasi keimanan umat Islam. Semakin banyak orang Islam yang berpandangan bahwa kebenaran semua agama itu sama. Mereka menganggap semua agama menuju tuhan yang sama, cuma jalannya yang berbeda-beda, sehingga semua agama itu sama-sama benar. Bagi mereka, seseorang tidak berhak meng-klaim kebenaran (truth claim) pada agamanya sendiri.

Vatikan tidak bisa menerima anggapan yang menyatakan kebenaran semua agama itu sama. Bahkan umat Katolik menjadikan pandangan hidup Barat (Western worldview) yang sekular dan berpegang pada nilai-nilai relativisme sebagai tantangan berat bagi mereka.

Secara demografis, jumlah orang Katolik lebih banyak di belahan “dunia selatan”: Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Krispurwana, SJ, menjelaskan Gereja di belahan dunia selatan “berkembang dari segi jumlah, pemikiran, dan dinamika”.

Di Barat, terutama di Eropa, yang terjadi adalah kemunduran. Jumlah penganut Katolik terus melorot. Biara-biara dan sebagian bangunan gereja ditutup karena ketiadaan umat dan panggilan imamat. Uskup Agung Wina Dr Christoph Schonborn, misalnya, setuju meminjamkan sejumlah tempat ibadah Katolik di ibu negeri Austria itu untuk kelompok Kristen non-Katolik agar fungsi bangunan bisa dimaksimalkan.

Di level lebih substansial, kita menyaksikan Eropa bergulat keras menata diri untuk hadir di tengah perubahan budaya, sosial, politik, dan ekonomi serta menderasnya arus sekularisasi.

“Bagi kami, ini aneh. Iman kami tumbuh, sementara mereka di Eropa meredup,” kata Akua, 25 tahun.” Padahal merekalah yang membawa agama Katolik ke Afrika.”

Gereja di benua ini memang berkembang pesat. Dua belas tahun terakhir, sejak 2000 hingga 2011, saat jumlah penganut Katolik sedunia naik 11,54 persen, kenaikan terbesar terjadi di Afrika. Di Eropa, jumlah pemeluk Katolik hanya bertambah 1,17 persen. Kini jumlah pemeluk Katolik dunia mencapai 1,2 miliar – 15 persen di antaranya ada di Afrika.[i]

Penyebab utama meredupnya Katolik di benua Eropa ialah perkembangan virus relativisme kebenaran yang menyebabkan membudayanya pemahaman sekuler, liberal dan pluralis. Memang terjadi peningkatan jumlah umat Muslim di Eropa. Tapi warga Eropa yang menjadi ateis, liberal dan sekuler justru lebih banyak lagi.

Dan kita tahu sekularisme Eropa – yang menular ke banyak belahan bumi – telah melahirkan kultur relativisme yang memandang segala sesuatu serba relative, termasuk dalam ihwal iman dan moral.[ii]

Menyadari dahsyatnya virus relativisme kebenaran dalam menghancurkan iman dan moral umat beragama, maka Paus Benediktus XVI tak ragu “bertempur” melawan relativisme dan sekularisme. Dia memprioritaskan programnya untuk melawan apa yang disebutnya sebagai “Dictatorship of relativism in the West”.

“Paus melihat di Eropa kini sedang terjadi bahaya besar yakni relativisme iman secara mendalam. Relativisme iman dapat membawa orang tidak lagi komitmen pada imannya. Ia mengatakan bahwa relativisme merupakan musuh terbesar yang bisa menghambat terciptanya toleransi kehidupan bersama.”[iii]

Pendahulu Paus Benediktus XVI, Paus Yohanes Paulus II membuat pernyataan, “The Revelation of Jesus Christ is definitive and complete.” (Ajaran Jesus Kristus adalah sudah tetap dan komplet). Paus juga menyatakan bahwa agama-agama selain Katolik memiliki kekurangan. Dan hanya Gereja Katolik yang merupakan jalan keselamatan yang sempurna menuju Tuhan. Tahun 2000 itu juga, Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dekrit “Dominus Jesus”yang secara tegas menolak paham pluralisme[iv].

Kaum Yahudi juga tidak akan mau jika kebenaran agamanya disebut sama dengan ‘Islam’. Banyak masalah hal mendasar yang sangat berbeda antara Islam dan agama Yahudi. Termasuk dalam soal konsep, nama, dan sifat-sifat Tuhan.[v]

Jika umat non-muslim saja bersikap tegas terhadap keyakinan agamanya, maka sangat ajaib jika umat Islam justru malu untuk menyatakan keyakinan akan kebenaran agamanya. Faktanya, ketika Dr. Adian Husaini mengedarkan serangkaian daftar pertanyaan, di sejumlah forum pengajian ada juga yang menjawab ‘setuju’ terhadap pertanyaan berikut: “Perkembangan Islam yang pesat di negara-negara Barat menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang universal dan juga merupakan indikasi bahwa sudah saatnya umat manusia berpikir lintas agama serta tidak berpikiran sempit dengan menyakini kebenaran agamanya sendiri.”[vi]

Jika seorang Muslim tidak menyakini kebenaran agama Islam, maka runtuhlah keyakinan dan keimanannya. Sebab konsep iman dalam Islam harus didahului dengan pengingkaran terhadap kekufuran dan kemusyrikan. Iman mensyaratkan satu keyakinan, ketiadaan keraguan terhadap perkara-perkara yang wajib diimani[vii].Bahkan Allah telah berfirman supaya kaum Muslim tidak ragu-ragu dalam mengimani kebenaran agama Islam,

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu temasuk orang-orang yang ragu-ragu.{Qs. Yunus (10) : 94}

“Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu.” {Qs. Ali Imran (4) : 60}

“...karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman.{Qs. Huud (11) : 17}

[i] Intermezo, Takhta Vatikan, Tempo, 3 Maret 2013, hlm 63-75.

[ii] Ibid, hlm 67.

[iii]DR. Adian Husaini. Virus Liberalisme Di Perguruan Tinggi Islam. Jakarta: Gema Insani, 2009, hlm 47. Dalam buku Paus Benediktus XVI : Palang Pintu Iman Katolik, Jakarta: Sinondang Media, 2005.

[iv] Ibid, hlm 129.

[v] Ibid, hlm 19.

[vi] Ibid, hlm 10.

[vii] Ibid, hlm 10.

Catatan Penting : Artikel ini merupakan bagian dari buku berjudul “Kebangkitan Islam Berawal dari Masjid”. Bagi Anda yang berminat untuk memilikinya dapat menghubungi M. Sulthon Abdullah : 021-98584369 atau abdullah_sulthon@yahoo.co.id.

Bagi Anda yang berminat untuk berperan serta dalam program “Wakaf Buku untuk Masjid Idaman”, dengan berwakaf Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah), dapat mengirimkan wakaf Anda ke Bank Syariah Mandiri Nomor Rekening 7049257826, atas nama FORSIL IND Bangkit Berakhlak YAY MJ.

Melalui program wakaf buku ini, Kami akan mewakafkan buku “Kebangkitan Islam Berawal dari Masjid” kepada pengurus/takmir masjid dan musholla secara gratis. Harapannya melalui wakaf buku ini mereka memiliki pedoman dan petunjuk dalam mengelola dan memakmurkan masjid, sehingga terwujudlah fungsi masjid sebagaimana pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Masjid yang kita idam-idamkan selama ini.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun