Mohon tunggu...
Indonesia Berakhlak
Indonesia Berakhlak Mohon Tunggu... -

Indonesia Berakhlak merupakan blog resmi dari Yayasan forsil Indonesia Bangkit dan Berakhlak (YfIBB). Diharapkan melalui media jejaring sosial ini YfIBB dapat berperan dalam upaya memperbaiki akhlak dan moral bangsa yang sedang didera krisis multidimensi ini. Kami berharap Anda berminat bergabung untuk menyukseskan program kerja utama kami, yakni memperbaiki akhlak moral dan bangsa. Salah satu caranya dengan memasyarakatkan budaya malu : "Aku Malu...!!! www.indonesiaberakhlak.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Masjid dalam Mengatasi Krisis Multidimensi

2 April 2013   04:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:53 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat kondisi umat Islam pada masa kini, hati ini terasa sesak. Sebab seakan tiada jalan keluar yang mampu menyelamatkan umat ini dari krisis multi-dimensi. Seakan Allah enggan menyelamatkan umat ini dari jurang kehancuran peradabannya. Namun janganlah kita berputus asa. Sebab jika kita tetap berusaha mentaati Allah dan Rasul-Nya, senantiasa memelihara persatuan umat, dan tetap bersabar, niscaya Allah akan memberikan pertolongan-Nya.

Taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang akan menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang, dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. {Qs. Al-Anfaal (8) : 46}

Tak dapat dipungkiri, umat Islam telah begitu banyak menguras waktu dan tenaga, hanya untuk berselisih dan berdebat pada hal-hal yang tidak substantif. Sementara pada saat bersamaan pihak-pihak yang anti-Islam justru telah membentuk barisan yang kokoh dan rapi, dengan tujuan untuk memudarkan pengaruh Islam. Jika fenomena negatif ini tetap terjadi, niscaya umat ini akan semakin terpuruk, sebab tantangan dakwah di masa depan akan jauh lebih berat. Oleh karena itu, tak ada jalan lain, semua kelompok dalam Islam harus lebih mengutamakan persamaan dibandingkan mempertajam perbedaan yang ada.

Alhamdulillah, langkah-langkah perbaikan menuju persatuan umat kini semakin gencar dilakukan. Usaha mulia ini memang bukanlah pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu, pengorbanan dan kesungguhan hati untuk memperkuat ukhuwah Islamiyyah.Diperlukan sinergi dan kerja sama yang saling memperkuat satu terhadap yang lainnya. Sehingga, umat Islam akan tegak dan kokoh berdiri seperti sebuah bangunan yang memiliki pondasi, tiang, dinding dan ornamen lainnya yang saling melengkapi. Allah berfirman,

Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. {Qs. Ash-Shaff (61) : 4)

Tempat yang paling strategis dan tepat untuk mempersatukan umat Islam ialah masjid. Buktinya, Rasulullah saw. mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar di masjid.

Di zaman Rasulullah SAW. masjid berfungsi sebagai pemersatu umat Islam dalam satu ikatan persaudaraan yang lebih erat daripada keturunan dan kesukuan. Hilanglah rasa kesukuan dan hilang pula perasaan permusuhan antara kaum Anshar dan Muhajirin. Semuanya menyatu dalam ruku’ dan sujud semata menghadap ridha’ Allah. Masjid juga berfungsi sebagai pemersatu sekaligus penghubung antara kelompok umat yang memiliki kadar lebih (ilmu, harta, dan sebagainya) dan mereka yang termasuk dalam kelompok dhuafa (lemah ilmu, harta, dan sebagainya).

Di zaman Rasulullah saw masjid benar-benar berfungsi sebagai kekuatan perekat hubungan manusia dengan Allah dan dengan sesamanya (hablun minallah hablun minannas). Masjid telah menjadi tempat yang sangat dicintai dan dirindukan kehadirannya oleh masyarakat pada saat itu.

Hal ini pulalah yang harus kita lakukan sekarang ini, menjadikan masjid sebagai tempat yang nyaman dan menyejukkan, agar umat kembali berbondong-bondong masuk ke dalamnya.

Di dalam masjid, di samping kita ruku’ dan sujud bersama-sama, juga bisa berdialog, berinteraksi sekaligus melakukan aksi-aksi sosial yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar masjid.[i]

Umat Islam sekarang ini harus direkat dan diorganisasikan pada masalah-masalah yang konkret. Solidaritas umat harus dibina melalui solidaritas sosial ekonomi. Sebagai contoh, ada lingkungan masjid yang tidak mampu menyekolahkan anaknya maka jamaah masjidlah yang harus menyantuninya, baik berupa beasiswa atau dengan cara mencarikan pekerjaan untuk orang tuanya. Kalau ada yang sakit, jamaah masjid berusaha untuk mencari obatnya atau membawanya ke dokter dengan dana gotong-royong dari jamaah… Kondisi masyarakat lingkungan masjid harus mendapatkan perhatian dalam rangka menyusun program kegiatan.[ii]

Dr. Ir. H. Nana Rukmana D. W. MA., dalam bukunya “Manajemen Masjid: Panduan Praktis Membangun dan Memakmurkan Masjid” mengungkapkan:

Masjid sebagai salah satu elemen pemenuh kebutuhan spiritual sebenarnya bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat saja, melainkan juga merupakan pusat kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.. Beberapa ayat dalam AlQur’an menjelaskan bahwa fungsi masjid adalah sebagai tempat yang di dalamnya banyak disebut nama Allah (tempat berdzikir), tempat beriktikaf, tempat beribadah (shalat), pusat pertemuan umat Islam untuk membicarakan urusan hidup dan perjuangan.[iii]

Membangun masjid sudah banyak dilakukan oleh masing-masing komunitas. Tetapi, memfungsikan masjid secara optimal untuk keperluan dakwah dan aktivitas sosial kemasyarakatan, rasanya belum semua melakukannya. Padahal, masjid yang dibangun dengan dana jutaan bahkan miliaran rupiah akan sangat sayang tanpa dimanfaatkan secara optimal.

Penguatan ekonomi umat agar tidak tergantung dan dimanfaatkan oleh orang kafir pada saat ini juga penting untuk dilakukan. Keterpurukan ekonomi berupa kemiskinan telah membuat umat akhirnya melalaikan dakwah. Iklim perkotaan yang hedonis dan individualis membuat masyarakatnya berusaha siang malam mencari uang, lupa kepada lingkungan. Kegiatan dakwah akhirnya ditinggalkan. Alih-alih berdakwah, ibadah yang berguna buat diri sendiri saja sering tidak dilakukan.[iv]

Prof DR. KH. Didin Hafidhuddin mengungkapkan bahwa pada hakikatnya dakwah Islam merupakan upaya untuk mengubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik, menurut tolak ukur Islam. Sistem dakwah memiliki fungsi mengubah lingkungan secara lebih rinci. Ahmad Watik Pratiknya berpendapat sistem ini memiliki fungsi meletakkan dasar eksistensi masyarakat Islam. Di samping itu, dakwah Islam akan menanamkan nilai-nilai keadilan, persamaan, persatuan, perdamaian, kebaikan, dan keindahan, sebagai inti penggerak perkembangan masyarakat.

Tidak sekedar itu, dakwah Islam juga membebaskan individu dan masyarakat dari sistem kehidupan zalim (tirani, totaliter) menuju sistem yang adil. Menyampaikan kritik sosial atas penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat, dalam rangka mengembangkan tugas nahi mungkar dan melaksanakan amal ma’ruf. Meletakkan sistem sebagai inti penggerak jalannya sejarah. Memberikan dasar orientasi keislaman kegiatan ilmiah dan teknologi. Merealisasikan sistem budaya yang berakar pada dimensi spiritual yang merupakan dasar ekspresi akidah. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menegakkan hukum. Mengintegrasikan kelompok-kelompok kecil menjadi suatu kesatuan umat. Merealisasikan keadilan dalam bidang ekonomi dengan mempertemukan golongan aghniyaa dengan golongan ekonomi lemah. Dan memberikan kerangka dasar keselarasan hubungan manusia dengan alam lingkungannya.[v]

Program dakwah harus dilakukan secara terencana untuk mengatasi krisis akhlak yang merembet pada krisis multidimensi. Satu per satu masalah dibenahi. Agar umat bisa berbenah diri memperbaiki akhlaknya perlu beberapa tindakan menuju ke sana. Beberapa langkah yang harus dilakukan antara lain, sebagai berikut:

1.Mengakrabkan umat dengan Al-Qur’an.

2.Memperkuat pendidikan agama di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.

3.Menjadikan diri kita masing-masing (orang tua, guru, tokoh masyarakat, dan lainnya) sebagai contoh dan suri teladan yang baik.

4.Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat (fisik dan moral).

5.Membiasakan bacaan dan tontonan yang mendidik.

Memang krisis akhlak saat ini sudah demikian parah. Tidak menutup kemungkinan cara-cara di atas yang ditawarkan tidak mempan. Namun, konsistensi untuk terus memperbaiki akhlak umat akan membantu mencegah keparahan lebih lanjut. Diharapkan kesadaran akan mulai muncul tatkala semuanya merasakan bagaimana hidup di tengah-tengah hancurnya moral dan akhlak yang rusak. Kemudian dakwah akan mulai berkembang dengan lima langkah di atas.[vi]

Menurut Prof. DR. K.H. Didin Hafidhuddin, menghadapi penyakit yang sudah kronis ini, apalagi menyangkut penyakit hati, tidaklah perlu membuat kita pesimis dan berputus asa. Bagaimanapun juga namanya penyakit harus disembuhkan. Ada beberapa cara mengobati penyakit hati yang diidap seseorang, antara lain:

1.Selalu berusaha menegakkan sholat dengan sebaik-baiknya. Seseorang yang mempunyai penyakit hati, terutama riya’ harus memaksakan diri sholat dengan benar. Apa yang dihadapinya hanya antara dia dan Allah. Lamban laun dia akan merasakan kehadiran Allah di hatinya. Dengan kesadaran semacam ini, insya Allah kekhusyuan tercapai dan hilanglah penyakit hatinya.

2.Membiasakan berinfak. Kemudian ditanamkan kesadaran arti pentingnya ikhlas dalam infak. Dari sini akan masuk sifat-sifat yang positif seperti dermawan dan suka membantu. Kehadiran sifat positif dalam diri akan mengikis penyakit hati lain yang bersarang dalam dirinya.

3.Selalu mengharapkan ridha Allah dan takut akan azab-Nya. Sudah menjadi tabiat manusia menghindari celaka dan ingin mendapatkan nikmat. Hal ini dapat dipupuk dengan selalu ingat kepada azab Allah. Dengan demikian, rasa takut akan menyelimutinya apabila dia bertindak buruk. Mengharap ridha Allah juga merupakan upaya untuk mengejar kenikmatan dunia akhirat, terutama pada saat mengerjakan sesuatu. Kedua hal ini akan membuat penyakit hatinya menjadi lumpuh.

4.Menjaga atau memelihara kehormatan, tidak mau berzina.

5.Menjaga atau memelihara amanah.

6.Menjaga atau memelihara janji.

7.Menegakkan kesaksian yang benar.

8.Banyak mengingat mati.

Dan masih banyak lagi cara untuk mengobati penyakit hati. Satu saja dilaksanakan insya Allah akan memberikan pencerahan bagi hatinya. Kemudian seiring waktu berjalan, hati akan terbuka untuk menerima suatu kebenaran.[vii]

Masjid di zaman Rasulullah (masjid Quba dan Nabawi) di samping dibangun fisiknya secara baik (bersih, suci, menyejukkan, dan menyehatkan), juga ditekankan pada pembangunan orang-orang yang memakmurkannya. Jadilah masjid tempat pembinaan kaum muslimin yang memiliki kekuatan akidah, ibadah, akhlak, berjamaah, berukhuwah, dan kekuatan berkorban untuk menegakkan nilai-nilai kejujuran, kebenaran, dan keadilan di luar masjid dan ditengah-tengah masyarakat. Allah berfirman,

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. {Qs. At-Taubah (9) : 18}

Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. {Qs. At-Taubah (9) : 108}

Dengan demikian, kembali ke masjid dan berusaha memakmurkannya sebagaimana yang diteladankan oleh Rasulullah saw, merupakan cara terbaik dalam mengatasi keterpurukan peradaban Islam. Sebab sebagian besar dakwah dilakukan di masjid.

[i] Prof. DR. K.H. Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang (Upaya Menyelamatkan Umat), Jakarta: Gema Insani, hlm 54.

[ii] Ibid, hlm 196-197.

[iii] Dr. Ir. H. Nana Rukmana D. W., MA, Manajemen Masjid: Panduan Praktis Membangun dan Memakmurkan Masjid, Bandung: MQS Publishing, 2009, hlm. 37.

[iv] Prof. DR. K.H. Didin Hafidhuddin, Agar Layar Tetap Terkembang (Upaya Menyelamatkan Umat), Jakarta: Gema Insani, hlm 59 - 60.

[v] Ibid, hlm. 32.

[vi] Ibid, hlm. 128.

[vii] Ibid, hlm 132-134.

Catatan Penting : Artikel ini merupakan bagian dari buku berjudul “Kebangkitan Islam Berawal dari Masjid”. Bagi Anda yang berminat untuk memilikinya dapat menghubungi M. Sulthon Abdullah : 021-98584369 atau indonesia.berakhlak@yahoo.co.id

Bagi Anda yang berminat untuk berperan serta dalam program “Wakaf Buku untuk Masjid Idaman”, dengan berwakaf Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah), dapat mengirimkan wakaf Anda ke Bank Syariah Mandiri Nomor Rekening 7049257826, atas nama FORSIL IND Bangkit Berakhlak YAY MJ.

Melalui program wakaf buku ini, Kami akan mewakafkan buku “Kebangkitan Islam Berawal dari Masjid” kepada pengurus/takmir masjid dan musholla secara gratis. Harapannya melalui wakaf buku ini mereka memiliki pedoman dan petunjuk dalam mengelola dan memakmurkan masjid, sehingga terwujudlah fungsi masjid sebagaimana pada masa Rasulullah Muhammad SAW. Masjid yang kita idam-idamkan selama ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun