2. Indonesia dengan segala potensi lokal budaya (wisata budaya), keanekaragaman agama (wisata religi), dan potensi alam (wisata alam) yang begitu besar seharusnya dapat menjadi peran utama dalam industri kepariwisataan.
Sangat disayangkan, di Indonesia sendiri belum ada kesadaran kolektif tentang arti penting industri pariwisata bagi ekonomi kerakyatan. Terlihat, jaminan keamanan kepada turis asing atau wisman masih sangat sangat memprihatinkan. Para wisman kerapkali justru menjadi korban kejahatan. Padahal, jaminan keamanan kepada para wisman adalah comparative advantage dan added valuedalam industri pariwisata.
Beberapa waktu lalu misalnya, dua orang wisman asal Korea Selatan (Korsel) dan Inggris, yang sedang berbelanja di Mangga Dua dan Atrium Senen, Jakarta Pusat, telah menjadi korban aksi perampokan. Kasus di Bali lebih tragis lagi, turis wanita Jepang bukan saja menjadi korban pemerasan namun juga menjadi korban pelecehan seksual.
Budaya leluhur kita yang sangat ramah terhadap pendatang perlu ditingkatkan kembali. Kita harus selalu sadar bahwa wisatawan asing (wisman) yang berkunjung ke Indonesia adalah urat nadi perekonomian rakyat menengah kita. Di tempat pariwisata kita harus membuat citra yang positip agar para wisman berbondong-bondong datang ke Indonesia.
Tentu saja langkah ini tidak akan berhasil apabila ini tidak didukung oleh semua pihak, dari elit politik, aparat kepolisian sampai  masyarakat luas. Semakin meningkatnya kunjungan wisman ke Indonesia maka ekonomi kerakyatan juga akan berkembang. Dukungan itu sendiri harus diwujudkan dalam bentuk kesadaran kolektif berupa pemberian jaminan keamanan kepada wisman.
Ada 2 point yang harus segera diperbaiki dalam mewujudkan misi besar ini. Pertama, para elit politik harus sadar untuk tidak terus-menerus menciptakan krisis politik yang dapat menciptakan instabillitas keamanan nasional sehingga berimbas pada terganggunya kunjungan wisman.
Point yang kedua adalah aparat kepolisian dan masyarakat luas harus bertindak tegas terhadap siapa saja yang mencoba atau akan melakukan tindak anarkhis, kejahatan, kekerasan antar-agama, dan aksi terorisme (peledakan bom)  yang dapat menggangu keamanan dan kenyamanan para wisman. Termasuk memberikan jaminan keamanan kepada para wisman hingga pasar-pasar tradisonal atau tempat berbelanja, bukannya membiarkan mereka menjadi sasaran (korban) kejahatan.
Pada akhirnya, semua pihak harus berpikir panjang dan jernih. Harus disadari, jika bisnis pariwisata terus terpuruk bahkan runtuh lantaran ketakutan dan kecemasan wisman tentu akan mengancam kelangsungan hidup ekonomi kerakyatan khususnya yang selama ini menggantungkan diri pada sektor ini.
3. Industri Pariwisata adalah urat nadi perekonomian rakyat kecil menengah
Sektor pariwisata penghasil devisa nomor tiga di Indonesia, setelah tambang dan migas.  Data Kantor Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata (Menneg Budpar, 2000), memperlihatkan, sektor usaha termasuk sektor UKM yang terkait langsung dalam bisnis pariwisata memang cukup banyak. Tenaga kerja yang terserap di dalamnya juga cukup besar, mencapai 2.781.891 orang.
Adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
- Sektor jasa (transportasi dan jasa lainnya) tercatat 1.288.024 orang,
- Perdagangan (901.023 orang),
- Usaha sayuran dan buah-buahan (184.644Â orang),
- Usaha hasil pertanian (127.063 orang),
- Usaha makanan (108.143 orang),
- Industri tekstil, pakaian dan kulit (88.604 orang),
- serta industri kerajinan bambu, kayu, rotan dan kerajinan lainnya tercatat 84.390 orang.