Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Maulana
Muhamad Rifki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just write

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Alih Bentuk Perpustakaan

4 Januari 2023   01:53 Diperbarui: 4 Januari 2023   01:56 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"The only thing that you absolutely have to know, is the location of the library." -- Albert Einstein

Genap satu caturwulan kami tinggal di Michigan, Amerika Serikat, saya merasa cukup relevan dengan kutipan Albert Einstein tersebut. Percaya atau tidak, alih-alih kemajuan teknologi, megahnya indusri hiburan, ataupun keindahan musim semi, justru perpustakaan lah yang membuat kami betah tinggal di sini. 

Awal mulanya sederhana, anak kami ingin terus bermain, namun udara di Michigan saat musim gugur (fall) apalagi winter sangat dingin untuk dapat terus beraktivitas di luar rumah sepanjang hari, terlebih mengingat anak kami tumbuh besar di Kalimantan. 

Daripada kami harus terus bergelut dengan cuaca minus berkepanjangan, kami putuskan untuk membawa anak kami ke perpustakaan, terlebih anak kami sangat senang membaca dan stok buku kami di rumah semakin menipis.

Pada awalnya saya berpikir perpustakaan di sini hanyalah sebuah tempat untuk membaca, ada banyak buku dan mungkin ada beberapa mainan sehingga anak kami tidak akan bosan, that's it. 

Bayangan tersebut semata-mata dibentuk dari memori perjalanan masa kecil hingga dewasa saya akan pengalaman mengunjungi banyak perpustakaan baik untuk belajar ataupun sekedar beristirahat. 

Namun bayangan kami seketika berubah karena di sini perpustakaan lebih dari sekedar tempat membaca melainkan beralih bentuk menjadi 'media sosial'.

Dokpri
Dokpri
Pusat belajar, keberagaman dan interaksi sosial

Secara spesifik, kami tinggal di Kota Ann Arbor, Michigan, Amerika Serikat yang memiliki luas wilayah 73,09 km persegi dimana luas tersebut lebih kecil dibandingkan wilayah Jakarta Selatan sebesar 154,00 km persegi. 

Namun, di sini terdapat lima perpustakaan daerah (district library) yang terdapat di setiap sudut kota sehingga semua warga dipastikan mampu menjangkau perpustakaan.

Banyak hal inspiratif yang bisa dicontoh dari perpustakaan daerah di sini, salah satunya adalah bagaimana mereka punya misi untuk menjadikan perpustakaan sebagai pusat interaksi sosial. 

Dalam strategic plan tahunan mereka disebutkan bahwa visi utama perpustakaan ini adalah menjadi tempat bertemunya masyarakat yang berasal dari ragam berbeda untuk kemudian bisa saling mengenal, belajar, dan bermain bersama sehingga akan timbul sinergi harmonis antar masyarakat. 

Mereka menyebutkan bahwa diversity index di Michigan diproyeksikan mencapai 60% yang artinya latar belakang penduduk di sini sangatlah beragam, sementara di sisi lain mereka melihat bahwa fenomena isolasi sosial tengah menerpa masyarakat modern (epidemic of loneliness).

Lebih lanjut dari riset yang mereka kutip disebutkan bahwa masifnya penggunaan sosial media bisa menciptakan ilusi keterhubungan yang berujung kepada rasa cemas, kesepian, bahkan depresi. 

Oleh karenanya mereka hadir dan secara rutin terus membuat beraneka ragam kegiatan yang sebetulnya sederhana namun bisa mencerdaskan dan mempererat koneksi antar masyarakat. Benar-benar sebuah kesadaran akan kesehatan mental yang nyata dan bukan kaleng-kaleng.

Jadwal kegiatannya pun secara rutin dipublikasikan baik via email, website, maupun flyer dengan tanggal dan jam yang sudah dipastikan, sehingga pengunjung dengan mudah untuk mengatur jadwal. Contoh nyatanya adalah bagaimana kami secara rutin mengajak anak kami di hari kamis dan sabtu untuk mengikuti kegiatan story telling dan membuat prakarya. 

Selain dua hari tersebut, kami juga bisa memilih untuk mendatangi kegiatan lain yang kami inginkan. Hasilnya, tidak hanya anak kami yang memiliki pengetahuan dan teman main baru, kami selaku orang tua juga memiliki koneksi baru dengan pengunjung yang rutin datang kesini dan akhirnya kami tidak lagi merasa seperti alien.

Dokpri
Dokpri

Pengentasan ketimpangan ekonomi dan upaya replikasi

Tidak hanya manfaat sosial yang didapat, banyak penduduk juga merasakan dampak ekonomi dari kehadiran perpustakaan. Salah satu contohnya adalah bagaimana perpustakaan bisa menjadi alternatif orang tua ketika mereka tidak mampu memasukan anak mereka ke childcare. 

Laporan dari Child Care Aware menyebutkan bahwa data rata-rata biaya childcare di United States adalah mencapai 10,174 USD atau setara kisaran 158 juta rupiah per tahun. 

Di sisi lain, public school yang dibiayai pemerintah biasanya baru dimulai untuk anak usia 4-6 tahun tergantung kebijakan dari masing-masing state.

Perpustakaan pun sadar akan hal ini dan memang secara gamblang memasukan 'pengentasan ketimpangan ekonomi' sebagai salah satu misi di dalam strategic plan-nya sehingga mereka senantiasa menyesuaikan materi pembelajaran agar tetap relevan dengan perkembangan pendidikan.

Apa yang dilakukan oleh perpustakaan daerah di Ann Arbor ini bukan tidak mungkin untuk direplikasi di Indonesia, bahkan mungkin Indonesia bisa jauh lebih baik.

Hal yang bisa ditiru disini adalah bukan tentang kemajuan teknologi ataupun inovasi nan njelimet, namun lebih kepada membangun kesadaran akan kehadiran perpustakaan itu sendiri. 

Butuh kesadaran bersama baik dari pemerintah, pengelola perpustakaan, akademisi, bahkan masyarakat untuk meramaikan dan menghidupkan kembali marwah perpustakaan di Indonesia yang kini hadir di 10,794 titik. 

Contoh mudahnya adalah bagaimana perpustakaan bisa mulai membuat program-program yang sederhana, menyenangkan nan edukatif untuk dilakukan secara konsisten dan sistematis. 

Setelah rutinitas terbentuk, program-program tersebut bisa diamplifikasi melalui mandatory program untuk berkunjung ke perpustakaan yang dibuat pemerintah dalam tiap jangka waktu tertentu atau lewat para influencers untuk membangun awareness masyarakat akan kehadiran perpustakaan.

Indonesia tidak pernah kesulitan dalam membuat tren, bahkan hal sesederhana jalan dan nongkrong di Sudirman bisa jadi trending topic berbulan-bulan. Sudah saatnya kita membuat tren yang baik, menyenangkan dan mencerdaskan. 

Bukan tidak mungkin dengan alih bentuk perpustakaan kita bisa memperbaiki tingkat minat baca di Indonesia yang memprihatinkan karena bertengger di peringkat 60 dari 61. 

Sudah saatnya kita sadar bahwa membaca bukanlah sesuatu kegiatan yang membosankan tapi hal menyenangkan dan membebaskan, sesuai dengan kutipan bung hatta:

"Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun