Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Maulana
Muhamad Rifki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hubungan Sedekah dengan Orang Tua dan Ekonomi

3 Juni 2017   15:24 Diperbarui: 3 Juni 2017   15:49 6344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://life.idntimes.com

Dan perkataan tadi saya pegang, karena saya tahu betul tempat cukurnya sudah berdiri sejak saya SD hingga sekarang. Rezekinya berkah..

Mungkin ujian itu diberikan demi menguji tingkat keikhlasan saya dalam bersedekah. Jika saya terus mengutuki diri sendiri atas peristiwa itu, berarti saya jelas tidak ikhlas dalam bersedekah. Yang harus saya lakukan adalah terus bersedekah dengan apa yang saya punya, tidak perduli apapun karena yang terpenting inti dari sedekah adalah keikhlasan. Bersedekahlah karena memang seharusnya kita bersedekah, bukan karena harapan nantinya rezeki dilipat gandakan. Takutnya kekecewaan yang didapatkan nantinya, jika sedekah tidak dilandasi keikhlasan. Berbuat baiklah karena memang sudah seharusnya.

—————————————————————————————————————Menurut saya pribadi, dengan adanya sedekah ini bisa menggerakan perekonomian secara perlahan namun berkelanjutan. Sederhananya seperti ini, sedekah yang kita beri kepada yang kurang mampu akan digunakan oleh mereka baik untuk makan ataupun berusaha. Anggaplah untuk makan, uang sedekah tadi dibelanjakan kepada warung makanan lalu uang sedekah tadi secara langsung meningkatkan penerimaan dari warung makanan tadi. Pemilik warung tersebut membelanjakan pendapatan tadi untuk membeli bahan bahan pokok. Skema ringkasnya saya gambar di bawah:

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Contoh: Mr Andi bersedekah lalu uangnya dipakai oleh kaum dhuafa untuk makan. Lalu uang tersebut dipakai pemilik warteg untuk membeli bahan masakan di pasar. Kemudian uang itu pun dipakai penjual bahan makanan di pasar untuk membeli hasil pertanian dari petani. Lalu terus berputar dan begitu seterusnya, jadi jangan biarkan harta kita mengendap dan biarkan harta kita berputar serta membawa manfaat kepada banyak orang. Secara agama pun sudah diatur terkait ini:

“ Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. (QS. Al Hasyr: 7).”

Dari sana saya sadar, mengapa zakat penghasilan ataupun zakat fitrah menjadi wajib dilakukan serta dipastikan besarannya karena tidak lain dan tidak bukan untuk kemaslahatan bersama. Untuk menggerakan perekonomian secara berkelanjutan.

—————————————————————————————————————-

*Jika tulisan saya diatas dirasa ada yang kurang berkenan ataupun keliru, mohon dimaafkan dan dibetulkan. Semoga kita tetap bersemangat bersedekah dan selamat menjalankan ibadah puasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun