Sepuluh tahun telah berlalu, negeri itu makin lalim. Si pintar diangkat menjadi penasihat presiden di negeri lalim itu. Sementara, si pandir menjadi sipir di penjara yang dulu dia huni, setelah mendapat remisi.
Sedangkan anak si batu, matanya terus dibutakan dendam turun temurun. Berencana merubah negeri itu, dengan cara yang sama dengan ayahnya.
Kasihan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!