Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Maulana
Muhamad Rifki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just write

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar pada Nobita dan Spongebob

19 April 2014   00:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:30 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa hebatnya pria berkacamata dengan kaos kuning yang tidak pernah ganti-ganti setiap harinya? Betapa bodohnya dia selalu mendapatkan nilai 0 dari skala 0-100 di sekolahnya. Apa yang bisa kita pelajari dari pemuda jepang bernama nobita ini? Lalu apa hebatnya pegawai krusty krab yang tidak jelas omongannya, workaholics, bahkan rela membayar bos-nya hanya untuk bekerja 24 jam?Apa yang kita bisa pelajari dari makhluk kuning ini?

Pelajarilah cara mereka berteman. Mereka berteman dengan siapa saja tidak peduli siapa yang ia kawani. Misalnya nobita, ia punya teman bernama giant dan suneo. Kita tahu bagaimana liciknya giant dan suneo terhadap nobita, tapi apa? Nobita tak ambil pusing, mereka tetap bermain bersama bahkan sampai tersesat ke pulau matahari bersama-sama. Nobita juga berteman dengan shizuka, walau nobita menyukai shizuka dan sialnya shizuka lebih memilih dekisugi, tapi mereka sah-sah saja berteman, tanpa status tanpa apa-apa.

Contoh yang lebih ekstrim ada di makhluk laut ini. Temannya super bodoh, kadang merugikan dia, tapi dia selalu mau mengakui kalau patrick sahabatnya walaupun kadang dia menyusahkan. Spongebob juga punya tetangga yang skeptis bernama squidward si jago nyinyir, tapi spongebob tak ambil pusing dan seringkali squidward yang menyesal karena telah berlaku sentimen ke spongebob. Hubungan dengan bos-nya? Kita tak usah pura pura lupa bagaimana kikirnya tuan krab.

Duo kuning ini tidak ambil pusing tentang bagaimana teman mereka, sikap teman mereka terhadapnya, atau apapun. Yang mereka pikirkan, adalah menjadi baik untuk temannya bukan manfaat apa yang bisa diambil dari temannya. Melihat semakin tua seseorang, kadang kadang orang hanya memikirkan untung-rugi dari suatu pertemanan. Orang hanya memikirkan bagaimana lingkungan harus menyesuaikan dengan dirinya, bukan dirinya yang menyesuaikan dengan lingkungan. Atau memang pertemanan ala-ala spongebob dan nobita di dunia nyata hanyalah sebuah imajinasi? Hanyalah sebuah fatamorgana?

Saya rasa tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun