Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Maulana
Muhamad Rifki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just write

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Terima Kasih David Moyes: Love United Hate Glazer

23 April 2014   01:35 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:19 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

sumber gambar:toxicfox.co.uk Peduli setan tentang statistik banding-bandingan, rekor yang dipecahkan moyes, dan blabla tentang moyes. Itu bisa anda cari di situs internet lainnya, bahkan ada rekor rekor yang dibikin bikin dan membuat orang lain terbahak-bahak, padahal rekor itu tidak pernah ada, hanya dikarang-karang. Ya, semua suka moyes sama halnya orang orang disekolah merasa lucu melihat ada anak ingusan yang dikerjai  oleh anak anak kelas lainnya. Awalnya buat mereka lucu, tapi lama lama ada yang merasa kasihan, tapi mereka hanya bisa menonton si anak ingusan itu dikerjai sambil tertawa, dan tidak lupa berdoa agar si anak ingusan itu bisa menang melawan anak kelas lainnya, tapi nyatanya tak pernah terjadi. Saya bukan seorang hal yang paham benar tentang statistik, tapi anak bocah yang baru masuk TK pun pasti tahu kalau permainan manutd di era moyes sangat membuat kesal daripada di era emas fergie. Saya tak tahu bagaimana permainan di era fergie ketika baru injak kaki di manutd, video yang menayangkan itu secara gamblang sangat sedikit di internet, haruskah saya menggunakan mesin waktu untuk kembali ke akhir 80an dan awal 90an? Dari statistik menjelaskan kalau permainan fergie di awal dia membangun kerajaannya, tidak bagus bagus amat. Wajarkah membandingkan era emas seseorang  yang dibangun 26 tahun lamanya, dengan sesorang yang setahun saja belum? "Skuadnya fergie kan waktu itu jelek!". Pasti ada yang bilang seperti itu. Memang apa yang anda banggakan dari skuad 2011/2012? squad peninggalan sir alex? Lini belakang rapuh. Lini tengah pas-pasan. Lini depan mungkin bisa dibilang lumayan dari kedua lini tadi. Terhitung hanya rafael, carrick, degea, van persie, dan rooney, buat saya yang masih ada kualitas. Tapi apa? di musim berikutnya, mereka semua cedera kecuali degea. Apa yang membuat squad 2011/2012? Sir Alex Ferguson. Itu kelebihannya, membuat squad sampah menjadi squad juara. Manutd bukan tim yang suka menumpuk pemain bintang dalam satu line up, tapi manutd adalah tim yang suka mengalahkan tim yang seperti itu. Itu yang saya tau hingga sekarang. Perlu diakui memang moyes terburu buru mengganti staff united yang lama, seperti mike phelan dan rene maulensteen, dengan staff yang baru. Tapi di sisi lain, dia pelatih, dia berhak menentukan dengan siapa dia nyaman bekerja. Dengan siapa dia bekerja. Walau hasilnya selalu buruk, bisa jadi kala itu moyes belum belajar, walau naif saya harus mengatakan "Dia masih butuh waktu". Jangankan moyes, saya yang bermain football manager menggunakan manutd sering mendapatkan tekanan super tinggi dari fans dan petinggi club. Mereka tak biasa kalah, mereka tak biasa tak juara, mereka ingin juara. Sementara pemainnya, malas-malasan, marah-marah. Ini nyata, coba saja pakai manutd di football manager. Mereka baru senang, dan mengelu-elukan nama saya ketika saya mendapatkan quadruple dengan mengalahkan barcelonanya pep guardiola di final. Saya kecewa melihat manutd bermain begitu sampah musim ini. Tapi diliat dari sisi lain, apa dengan bermain seperti sampah membuat moyes senang? apa dengan bermain seperti sampah membuat posisi moyes aman, gajinya naik? Dia juga "enggak ngerti kenapa kayak gini". Dosa besar, jika kita menyalahkan pelatih terus menerus. Pemain malas-malasan dan tidak punya mental kemenangan menurut saya juga punya andil untuk disalahkan. Lihat, banyak kekalahan united karena human error di lapangan, bukan karena tactical error. Banyak sekali gol gol deflect ke gawang david de gea. Banyak sekali gol gol karena telat turun. Bukti? Gol Mandzukic, sesaat setelah Gol evra! Saya menocba meletakan persepktif saya menjadi seorang david moyes. Meninggalkan klub lamanya yang setia dengannya. Mencoba mengambil pekerjaan terberat, menjadi pelatih manutd menggantikan sir alex. Dimaki-maki. Kalah dimaki, menang dimaki. Mempunyai tim yang pemalas, dan berlagak seperti tuhan macam wayne rooney. Tidak punya apa-apa, tidak punya siapa-siapa. Aduh, kasihan sekali. Pemikirannya yang konservatif menjadi bencana untuk dirinya. Aduh, moyes seperti pria yang dituduh macam macam oleh wanita. Dan dia iya iya saja. Moyes butuh waktu. Tapi 'waktu' itu dibeli oleh saham glazer yang sedang anjlok. Love United Hate Glazer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun