Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Maulana
Muhamad Rifki Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Just write

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Spanyol yang Setengah-setengah

20 Juni 2014   07:15 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak ada yang lebih mubazir daripada sesuatu yang dilakukan setengah-setengah.Spanyol adalah simbol kemubaziran di piala dunia 2014 kali ini, tak usah menjadi pengamat taktik sepakbola yang handal untuk melihat kalau spanyol mencoba melakukan revolusi gaya permainannya menjadi lebih direct . Entah karena ada diego costa atau memang vicente del bisque sudah jengah dengan permainan possesion ball yang mengantarkan spanyol ke pintu gerbang juara euro 2008, piala dunia 2010, dan euro 2012. Tapi sayangnya itu semua hanya setengah,-setengah karena jiwa mereka masih bernostalgia dengan gaya mereka yang lama.

Lihat bagaimana formasi spanyol tiba tiba menjadi 4-2-3-1 padahal dulu terbiasa dengan formasi 4-3-3nya, jika dilihat dari perubahan formasi maka sudah jelas bahwa spanyol ingin mengeksploitasi kemampuan dari diego costa sebagai penyerang tunggal. Tapi apalah daya itu hanya tinggal angan, costa bermain cukup buruk di 2 pertandingan spanyol di piala dunia kali ini. Costa tampak tidak click-in dengan gaya bermain gelandang gelandang spanyol. Yang paling parah adalah saat melawan belanda, kita lihat betapa costa sangat tidak nyaman dengan triangular pass yang dibentuk oleh xavi-iniesta sehingga ia harus beberapa kali salah paham dengan umpan visionernya xavi dan iniesta.

Lini tengah spanyol yang dulu menjadi kebanggaan kini menjadi acak-acakan, ya ini karena skema permainan yang dicoba menjadi lebih direct. Banyak pemain yang diplot untuk menjelajahi flank untuk memberikan crossing, maka jangan heran kalau azpilicueta dan jordi alba yang diplot menjadi fullback, karena kedua pemain ini punya kecepatan yang tinggi. Kecepatan tinggi para fullback nyatanya tak diimbangi dengan para gelandang yang sudah menua: Xavi,Xabi,Iniesta,Busquets bisa dibilang sudah berumur, mungkin hanya silva yang masih mampu adaptive dengan gaya permainan seperti ini.

1403198011597586687
1403198011597586687
Tapi spanyol tetaplah spanyol, mereka bukan tim yang bersenjatakan crossing. Lihat bagaimana betapa mubazirnya pergerakan mereka ke samping dan mengirimkan umpan ke tengah, tak ada gol satupun dari skema yang direncanakan. Satu-satunya gol hanyalah dari titik pinalti, itupun karena diego costa terjatuh saat mencoba mengejar umpan terobosan xavi. Crossing mereka layaknya crossingnya manchester united di zaman moyes, tidak ada gunanya bahkan lebih parah karena spanyol tampak ogah-ogahan untuk melakukan crossing. Mereka tak bisa bohong kalau mereka hanya cinta dengan tiki-taka.

Buruknya lini serang menyebabkan lini pertahanan yang dikambing hitamkan. Jujur, saya tak tega melihat cassilas merangkak-rangkak saat gol kelima belanda oleh robben padahal itu  adalah kesalahan dari jordi alba yang terlalu naik dan lupa turun sehingga ramoslah yang harus adu sprint dengan robben, kejadian ini mirip saat gareth bale yang memaksa bartra untuk adu sprint padahal dani alveslah yang bertanggung jawab, karmakah?. Keslahpahaman dan ketidakdisiplinan para bek inilah yang seringkali membuat casilas jadi bulan-bulanan walau harus diakui performanya jauh menurun dari 4 tahun lalu tapi buat saya cassilas masih cukup baik dalam menjaga gawang, walau seharusnya diego lopez yang dipanggil ke timnas atau valdes kalau tidak cedera.

Dan kekonservatifan del bosquelah yang paling berkontribusi dalam hancurnya spanyol di piala dunia kali ini. Ada ketidakjelasan dimana ketika mencoba bermain direct tapi otak permainan masih dipegang orang macam xavi dan busquets, jikalau mencoba bermain direct alangkah lebih elok kalau memasukan koke dan juan mata sedari awal. Dan andaikan jika masih percaya dengan skema lama, alangkah lebih baik kalau costa kita tendang dan diganti dengan fabregas yang sangat cocok bermain dengan skema seperti itu.  Saya rasa spanyol masih ingin kembali ke cinta lamanya yaitu 'tiki-taka', walaupun itu identik dengan barca tapi itulah yang membuat spanyol juara di 4 tahun lalu.

Saya rasa del bosque adalah orang yang sangat percaya dengan mitos karena dia tak bosan menggunakan muka lama. Saya berkeyakinan del bosque menganggap bahwa muka muka lamalah yang bisa membuat spanyol terus juara. Dan akhirnya mitos itu dihancurkan di maracana.

sumbergambar:dailymail.co.uk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun