Memutuskan untuk ke Jepang pada liburan kenaikan kelas tahun ini, setelah berburu tiket dan dapat yang termurah jatuh di harga 8 juta per orang.Â
Petualangan dimulai setelah tiket pesawat sudah di tangan. Mengatur rencana perjalanan adalah hal yang menyenangkan buat saya, suatu tantangan yang menambah keseruan dari liburan itu sendiri.Â
Keuntungan dari perjalanan sendiri, kita memiliki waktu yang fleksibel dan tidak terikat. Bepergian dengan anak-anak, mengeksplorasi suatu tempat baru jika ditentukan durasinya seperti kita mengikuti tur yang sudah terjadwal rapi akan membatasi keseruan liburan. Di suatu tempat, anak bisa asik lebih lama di satu tempat, atau bosan dan ingin segera pindah lokasi.Â
Langkah kedua adalah mengecek paspor apakah masih aman dalam batasan 6 bulan sebelum expired saat kita berangkat, hal ini karena saya beli tiket supaya murah biasanya sekitar 4 bulan sebelum tanggal keberangkatan.Â
Oleh karena itu masa kadaluarsa paspor harus dicek lagi, 6 bulan dari tanggal beli tiket atau 6 bulan dari tanggal berangkat.Â
Setelah paspor aman, bergegas foto pas foto dengan ukuran 3.5 x 4.5 cm dengan latar belakang putih untuk pengurusan visa.Â
Jika Anda memiliki e-passport, pengurusan visa Jepang bisa dilakukan online dengan gratis. Paspor saya, suami dan anak-anak semuanya masih model lama, akhirnya kami urus sendiri.Â
Setelah mendownload formulir pendaftaran visa, isi selengkap mungkin, lengkapi dokumen yang diminta. Berkas-berkas tinggal disetorkan ke Kedubes Jepang, yang di Surabaya terletak di Jalan Sumatera.Â
Kedubes Jepang tidak seramai dan seketat Kedubes USA, setelah melapor, dipersilahkan masuk tanpa perlu menitipkan berbagai barang. Masukkan berkas, setelah dicek, akan diberikan lembaran untuk bukti pengambilannya sekitar 4 hari kerja kemudian.Â
Enaknya, untuk mengambil visa dan paspor ini kita tidak perlu ambil sendiri. Bahkan tidak perlu membuat surat kuasa, cukup memberikan tanda terima permohonan visa tersebut dan menyiapkan biaya pengurusan visa dalam bentuk tunai. Tidak ada cara pembayaran lain selain tunai.Â
Lanjut berikutnya adalah mencari penginapan, ini yang bikin pusing karena walaupun pernah ke Jepang di tahun 2016 waktu itu saya hanya eksplor Kyoto dan Tokyo saja dan pergi berdua dengan suami jadi mengenai penginapan kami lebih fleksibel.Â
Kali ini perginya dengan anak-anak saya yang berusia 8 dan 9 tahun, hotel di Jepang kebanyakan sempit-sempit jadinya harus cermat cari hotel karena bepergian berempat tentu saja bawaan kami juga lebih banyak.Â
Saat mencari penginapan saya masukkan 2 dewasa dan 2 anak sesuai dengan usianya, untuk anak usia di bawah 13 tahun tidak dikenakan biaya saat tidur bersama orang tua pada ranjang yang tersedia. Tapi perhatikan baik-baik, karena setiap hotel memiliki persyaratan yang berbeda.Â
Lebih baik teliti di awal, daripada sampai di sana ternyata berbeda dengan persepsi kita. Pedoman utama saya mencari hotel adalah berapa jauh dari stasiun karena Jepang transportasi utamanya adalah kereta.Â
Kedua fasilitas di dekat hotel ini apa, karena saya membawa anak-anak saya mencari yang dekat minimarket. Karena anak saya gampang lapar, dan minimarket di Jepang adalah surganya berbagai makanan dan camilan.Â
Ketiga adalah luas kamar, dari pengalaman saya, carilah luasan kamar sekitar 25m2 dan pesan ranjang ganda.Â
Andalan saya adalah Agoda.com dan Booking.com, kenapa dua aplikasi karena entah bagaimana alogritmanya tapi jika kita mencari di satu daerah ada hotel yang hanya muncul di Agoda atau hanya di Booking. Enaknya beli di kedua aplikasi tersebut, ada pembatalan gratis sebelum tanggal tertentu. Juga ada opsi pembayaran di hotel.Â
Saya sangat memanfaatkan fitur ini, jadi saya booking beberapa alternatif hotel, jika ternyata saya menemukan yang lebih baik atau lebih murah. Yang pertama saya batalkan. Untuk memilih yang terbaik, rajin-rajinlah membaca review dari orang yang sudah pernah mencoba hotel tersebut.Â
Tips dari saya, selalu pilih dengan nilai minimal 8. Dan jangan mudah terseret oleh review negatif, karena saya pernah menemukan satu review jelek pada hotel, ternyata karena dia minta hotel membantu untuk reservasikan di restauran (di luar hotel) dan ternyata hotel tidak mereservasikan dengan tepat.Â
Jika membaca tidak cermat, di awal pasti Anda menganggap hotel ini jelek, padahal banyak review lainnya yang positif.Â
Kalau menurut saya pada kasus tersebut, karena memang bukan tugas utama hotel (mereservasikan restoran), maka saya abaikan review negatif tersebut. Tips lainnya, chat hotel yang dimaksud melalui fitur chat di aplikasi. Gunanya memastikan reservasi kita, minta request khusus seperti kamar non smoking, twin bed, dll.
Yang terakhir untuk tujuan wisata, karena belajar pada pengalaman tahun 2016, saya berangkat SUB-KIX dan pulangnya HND-SUB. Jadi saya memulai perjalanan saya dari Osaka, dan pulang dari Tokyo.Â
Dengan demikian saya tidak membeli JR Pass, karena saya hanya naik shinkansen 1x dan sisanya saya naik metro atau bus. Osaka karena anak saya ingin ke Universal Studios Japan.Â
Saya pilih hari biasa, dengan harapan lebih sepi. Saya pergi di hari Senin, karena membaca prakiraan cuaca bahwa hari itu akan hujan, saya persiapan membawa jas hujan. Sampai di USJ jam 7.30 pagi, ternyata antriannya sudah cukup panjang.Â
Maklum saja karena di dekat Universal ada beberapa hotel, jadi yang menginap di dekat situ bisa datang sepagi mungkin. Dari hotel saya 20 menit menggunakan kereta. Jam buka hari itu adalah 9 pagi, tapi karena antrian sudah panjang jam 8.30 sudah bisa masuk.Â
Saya membeli tiket USJ via website resmi berbahasa Jepang, karena jika ada anggota keluarga yang berulang tahun di bulan kita pergi, maka dapat diskon 500 yen per orang. Caranya mudah saja, saat masuk ke website tinggal translate ke bahasa Inggris.Â
Dari pembelian, kita akan mendapat tiket berupa barcode untuk ditunjukkan saat masuk. Ke Universal Studios Japan, kita boleh membawa botol minum selama isinya adalah air putih. Juga saya membawa camilan, karena saat mengantri lama tentu anak-anak akan bosan dan lapar. Begitu masuk, saya segera berlari ke area depan wahana Jaws, yang gampang dicari karena ada patung ikan hiu besar.Â
Ada petunjuknya mengarah ke mesin Timed Entry Ticket Super Nintendo World. Karena terhitung baru, memang wahana Super Nintendo World ini merupakan wahan terfavorit di USJ, sehingga diberlakukan sistem tiket antrian.Â
Saat saya sampai, di situ tidak terlalu ramai, dan saya bisa dapat kesempatan masuk ke Super Nintendo World di jam 9.20.Â
Jika Anda tipe yang mau aman, utamanya jika pergi di high season, pertimbangkan untuk membeli fast pass. Karena teman saya ada yang tidak keburu, dan akhirnya tidak bisa masuk ke area Super Nintendo World ini. Seharian mendung, untunglah tidak hujan deras, jadinya jas hujan saya pakai lepas.Â
Bersikap realistis, saya memilih antrean wahana yang paling menarik, dan skip antrean wahana yang anak-anak saya kurang tertarik. Alhasil sampai jam 5.30 sore, bisa dibilang kita sudah main mayoritas wahana, makan siang, dan jajan aneka jajanan lucu di USJ. Akhirnya kita pulang kembali ke hotel.
Highlight dari Osaka adalah USJ, kemudian Dotonbori dan Shinsaibashi. Jika Anda hobi belanja, bisa dipuas-puasin disini. Saran saya jangan terpaku mencari makanan-makanan viral di tiktok atau reels. Karena mayoritas makanan di Jepang itu enak, saya lebih suka berjalan-jalan santai dan mencari makanan terdekat yang menarik hati. Daripada harus ke suatu lokasi spesifik, kemudian mengantre lama untuk makan apalagi bepergian dengan anak-anak yang tidak betah lapar ya.Â
Selepas dari Osaka, kota tujuan kedua adalah Kyoto. Di perjalanan ke Kyoto, saya menitipkan kopor di stasiun dan turun di Nara.Â
Nara ini terkenal dengan rusa yang dilepas liarkan, Nara ini kota kecil untuk eksplorasi disana cukup 4-5 jam saja. Jajanan terkenal di Nara adalah rice crackers dan juga mochi viral yang digepuk-gepuk buatnya.Â
Mochi viral ini dekat dengan berbagai obyek wisata, istilahnya pasti akan ketemu dan antreannya masih manusiawi jadi bolehlah dicoba.Â
Eksplor Nara bisa jalan kaki, tapi saya beli tiket bus di stasiun yang sifatnya all in jadi kita bisa naik turun bus seharian tanpa bayar lagi jadi anak-anak tidak capek.Â
Oiya saya mengirimkan 2 koper besar saya ke Tokyo, kirimnya via hotel di Osaka, dan dikirim ke hotel di Tokyo. Biayanya sekitar 80rb-120rb memakai jasa pengiriman Yamato yang berlogo kucing. Ini memudahkan sekali dan juga lebih hemat daripada menitipkan di loker di stasiun, utamanya di beberapa stasiun loker besar suka penuh.Â
Setelah Nara, selanjutnya adalah Kyoto. Di Kyoto ini area yang terkenal adalah Arashimaya, Kiyomizudera Temple, Gion dan Fushimi Inari.Â
Jika Anda ingin mencoba pakai kimono ala Jepang, sekalian foto bersama dengan keluarga. Saya menyarankan di Kyoto ini, karena opsi lokasi fotonya banyak. Saat memakai kimono, Anda akan dipinjami juga kaos kaki dan sandal yang matching dengan kimono.Â
Saran saya setelah selesai foto, kaos kaki dilepas dan disimpan di tas saja. Karena berjalan dengan kaos kaki menggunakan kimono benar-benar merupakan suatu tantangan tersendiri, apalagi jika jalanan menanjak atau menurun. Persewaan kimono ini banyak tersedia, di lokasi-lokasi wisata, tapi jika Anda mau praktis bisa beli vouchernya via aplikasi Klook.Â
Selepas dari Kyoto, saya naik shinkansen ke Hakone. Anak-anak sangat bersemangat untuk naik shinkansen ini, walaupun sebenarnya saat kita naik rasanya ya seperti naik kereta api biasa tapi lebih cepat sampai.Â
Hakone merupakan salah satu alternatif untuk melihat gunung Fuji. Di area Hakone ini juga tersedia tiket terusan untuk mengeksplor, tiket terusan termasuk bus, kereta, ferry, dan juga ropeway.Â
Menarik juga opsi ini karena dalam 1 hari, anak-anak mendapat kesempatan mencoba berbagai jenis transportasi. Trip Hakone ini memakan waktu sekitar 5 jam, dan di penghujung hari kami mampir ke Hakone Open Air Museum. Yaitu instalasi seni 3D yang tersebar di penjuru taman.Â
Senangnya adalah untuk anak dibawah 12 tahun, gratis biaya masuk. Anak-anak senang sekali karena ada instalasi seni berupa playground. Hakone ini masih 1 jam perjalanan via kereta ke Tokyo.
Terakhir kami menghabiskan waktu 6 hari di Tokyo, dimana satu hari di Disneysea. Kenapa 1 hari, karena percayalah seharian di taman bermain itu capek. Kami memilih Disneysea karena hanya ada di Jepang.Â
Menginap di salah satu hotel rekanan Disney Resort, yang hanya beberapa langkah dari stasiun kereta. Hotel ini adalah opsi terbaik, selain dekat dengan stasiun, ada minimarket di lobby hotel, ada mall di seberang hotel, juga tersedia shuttle bus gratis ke theme park. Terbaik lagi, di kamar juga tersedia alat pijat kaki buat kaki lelah setelah seharian di theme park.Â
Untuk eksplor Tokyo, saya membeli Tokyo Metro Pass, ini bisa digunakan seharian untuk naik turun kereta metro di Tokyo.Â
Jika Anda ingin tahu Akihabara, Shinjuku, Shibuya, Harajuku, membeli pass ini sangat bermanfaat. Tapi jika Anda ingin pergi ke satu destinasi saja, lebih baik beli tiket kereta satu kali jalan. Aktifitas unik yang kami lakukan di Tokyo adalah mengunjungi Capybara Cafe, di mana kita bisa bercengkerama dengan hewan capybara yang sangat jinak dan lucu.Â
Kemudian ke Ueno Zoo, di mana lagi-lagi anak di bawah usia 12 tahun gratis. Di Ueno Zoo ini kita bisa melihat panda yang merupakan hadiah dari pemerintah China untuk pemerintah Jepang.Â
Kemudian saya berkesempatan untuk mencoba onsen di public bath, lokasinya dekat dengan hotel saya. Bayar 52rb saja, kita bisa mandi berendam sepuasnya. Sampai tutup di jam 00.30 malam. Onsen ini merupakan budaya Jepang ya, sepertinya mandi berendam air hangat merupakan hobi.Â
Jadi di public bath tersebut, ramai sekali, bahkan di jam 10 malam banyak yang baru masuk. Disini terpisah antara laki-laki dan perempuan, dan semua orang melepas baju. Karena tidak ada yang kenal, saya santai aja.
Rencana perjalanan yang saya buat lebih berupa highlight dan tidak detil, karena saya juga menyesuaikan dengan cuaca dan kondisi anak-anak. Walaupun untungnya anak-anak tetap sehat selama bepergian. Dan tidak perlu khawatir karena semua di Jepang bisa dijangkau dengan kereta, bus ataupun jalan kaki. Tinggal gunakan Google, akan muncul rekomendasi arah dan kereta apa yang harus kita naiki.Â
Kereta-bus di Jepang sangat tepat waktu, dan interval kedatangannya pendek. Jadi kita bisa santai pergi kemana saja, kecuali perlu diperhatikan karena pada malam hari ada jam berhenti beroperasi. Untuk membaca tulisan atau petunjuk, tinggal gunakan Google Lens untuk capture tulisan dan terjemahkan.Â
Kebanyakan orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris, Anda tinggal ketikkan apa yang ingin ditanyakan dan translate ke bahasa Jepang. Mereka akan mengetik dalam bahas Jepang dan translate kan juga ke bahasa Inggris.Â
Yang paling membuat saya cinta dan kangen Jepang adalah toiletnya. Toilet yang mayoritas dudukannya otomatis panas saat kita gunakan, tersedia penyiram otomatis, juga ada efek suara untuk menyamarkan aktifitas kita di toilet, dan tissue yang selalu tersedia.Â
Dari sekian banyak toilet yang saya singgahi selama di Jepang, bahkan toilet umum di pinggir jalan dan di kebun binatang, semuanya bersih.Â
Jadi kita tidak perlu cemas setiap mau ke toilet, karena pasti bersih. Demikian sepintas perjalanan saya dalam 13 hari di Jepang, sebagai bahan referensi jika Anda merencanakan untuk berlibur ke Jepang dengan keluarga.Â
Jangan kuatir pergi sendiri tanpa tur, karena dengan transportasi Jepang, keramahan orangnya, dan keamanannya -sangat mudah mengatur trip ke Jepang. Selain kebebasan waktu, tentu juga dapat menghemat pengeluaran.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H