Mohon tunggu...
Indira Susetyawati
Indira Susetyawati Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan swasta

Saya adalah ibu dua anak laki-laki yang gemar mengisi waktu dengan hal-hal bermanfaat, seperti travelling, mengikuti seminar pengembangan diri dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pengalaman Mengurus Visa USA

15 November 2022   11:33 Diperbarui: 30 November 2022   00:40 4127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mendapat undangan pernikahan sepupu di USA menggelitik hati saya untuk pergi. USA yang menjadi latar belakang berbagai film yang saya tonton sejak kecil membuat seakan akrab dengan ikon kota-kota di sana. Kebetulan pada Februari itu ada pameran Travel Fair, setelah bertanya-tanya saya membeli tiket PP ke LA untuk saya dan keluarga. 

Sebelum mengajukan visa USA saya browsing sana-sini, tanya teman, akhirnya memberanikan diri untuk urus sendiri. Mengurus sendiri tentu saja alasan utama saya adalah untuk berhemat, karena biaya visanya sendiri sudah cukup mahal dan saya pergi berempat. Tetangga belakang rumah saya baru berhasil setelah apply yang ketiga kalinya.

Di awal kita perlu buat akun dulu di apply visa US, dan kemudian baru isi form D160. Lakukan pembayaran dan buat janji temu. Yang diisikan di form D160 itu semuanya hanya kita yang tahu, jadi tidak berguna juga minta diisikan orang lain atau mencontek karena isinya data pribadi semua.

Saya bepergian 4 orang, dengan suami dan 2 anak balita. Di awal saya isi form punya saya dulu, pengisian secara online. Ditanya data umum nama, tanggal lahir, alamat, kemudian ditanya pekerjaan. 

Di tempat kerja terakhir masa kerja saya 11 tahun, setelah saya isi ini. Form langsung selesai dan berganti ke pertanyaan lain, saya ikuti sampai selesai tidak ada pertanyaan tentang pendidikan ataupun pertanyaan pernah kemana saja.

Beralih ke punya suami. Dia ada perubahan tempat kerja, jadi di tempat yang baru baru 3 tahun. Nah di sini formnya berubah, jadi muncul pertanyaan kerja dimana sebelumnya, dan sebelumnya lagi, kemudian ditanya pernah bepergian kemana saja selama 5 tahun berakhir.

Sementara untuk 2 anak saya, form yang diisi lebih pendek. Jadi form ini bisa berbeda tergantung data yang kita isikan di awal ya. 

Ada poin mengenai akun sosial media, saya tuliskan semua yang kita punya. Terkait dengan ini, saya yang semula ragu mau menuliskan punya saudara di US atau tidak. Akhirnya menuliskan lengkap, beserta alamat, email, pekerjaan dan nomor hape saudara saya tersebut.

Karena saya beberapa kali chat via Instagram dengan dia, takutnya mereka bisa deteksi kalau saya ada hubungan dengan saudara saya di US (terpengaruh film-film Hollywood nih).

Tiba saat hari wawancara, saya interview di Konsulat Amerika di Surabaya yang terletak di Citraland. Begitu masuk, kita harus melepaskan semua perhiasan, jam tangan, dan semua bawaan dititipkan kepada petugas termasuk lip gloss. Kecuali berkas-berkas dalam satu map bisa dibawa, saya bawa dokumen setumpuk: Sertifikat rumah, tiket, hasil print tabungan, dan print out tiket yang sudah saya beli.

Saat interview saya hanya berdua dengan suami, karena untuk anak kecil di bawah 12 tahun bisa diwakilkan oleh orangtua. 

Di dalam kedutaan saya merasa seperti di dalam benteng, setelah dari pemeriksaan pertama kita pindah ke gedung sebelah, menunggu dulu di bangku di luar sembari menunggu dipanggil masuk di tempat wawancara. Setelah ada yang keluar, kita dipanggil masuk ke dalam ruang wawancara. 

Di sana ada banyak kursi-kursi tunggu, dan beberapa loket. Tampak beberapa orang sedang diinterview di loket-loket. Interview dilakukan perorang ataupun serombongan yang mengajukan visa bersama. Saya berdua dengan suami, pertama kami dipanggil ke loket pertama untuk memberikan sidik jari dan kemudian dipersilakan duduk kembali. 

Sambil menunggu kita bisa mendengar proses wawancara yang terjadi di samping, terdengar ada satu ibu sendirian yang sebelumnya mengajukan di Thailand dan ini mengajukan lagi, dicecar dengan pertanyaan kenapa yang bersangkutan berangkat sendiri dan meninggalkan anaknya.

Mendengar proses wawancara ini membuat saya deg-degan, karena nyata benar bahwa bisa saja tidak di ACC dan melayanglah 4 tiket PP yang sudah saya beli. Iya, dari 4 grup yang wawancara saat itu, setidaknya saya mendengar ada 2 penolakan.

Ketika giliran saya dan suami maju, satu yang saya ingat dari blog yang pernah saya baca jelaskan ke interviewer bahwa kita mau berlibur dan spend banyak uang di sana.

Jadi, walaupun tujuan utama saya menghadiri pernikahan sepupu saya, ada undangannya tapi tidak saya bawa dan tidak saya ceritakan juga.

Pertanyaan pertama: Apa tujuan Anda ke USA? Saya langsung jawab dengan mantap, mau merayakan ultah di Disneyland, kebetulan nanti saat trip itu juga hari ultah saya.

Selanjutnya yang ditanya adalah tentang pekerjaan saya, suruh menjelaskan sepintas tentang pekerjaan saya.

Pertanyaan beralih ke suami, ditanya pekerjaan juga, penghasilan berapa. Dan kemudian, enjoy your holiday! Kagetlah saya, dokumen setumpuk itu ngga ada yang ditanyakan, dilihat saja nggak.

Saat isi form D160 pun sebenarnya tidak ada pertanyaan spesifik mengenai kondisi keuangan. Tidak juga ditanya tiket pesawat, walaupun saya beli duluan (ini gambling banget, baru beli tix baru nyadar bahwa visa US sulitnya minta ampun dan TIDAK mensyaratkan tiket pesawat maupun penginapan).

Setelah keempat visa saya beres. Eh kedua orang tua saya mau ikut juga.

Buatkan visa mereka ini juga pusing karena pekerjaan mereka menjaga cucu dan tidak punya media sosial apapun, terus mereka akan menilai berdasarkan apa ya. Tiket saya belum belikan, tunggu visa keluar dulu. Belajar dari pengalaman saya.

Jadi saat orangtua saya maju untuk interview, cuma bawa selembar surat janji temu dan penerimaan berkas aja.

Ditanya jumlah anak dan jumlah cucu, tujuan ke mana di US, pergi sama siapa. Di form saya tuliskan bahwa mereka akan bepergian bersama saya. Eh lolos juga, dapat multiply entry 5 tahun.

Tips:

1. Isi sendiri form D160 dan isilah dengan cermat, setelahnya bisa disimpan dan dicetak atau difoto pakai hape. Untuk dibaca lagi, karena kita bisa lupa detil kecil seperti tahun berapa kerja di mana. Lebih baik berjaga-jaga. Pelajari sekali lagi sebelum wawancara, sehingga bisa menjawab dengan tepat.

2. Sebelum isi form D160 siapkan pas foto 5x5 background putih dengan pencahayaan yang cukup, dalam bentuk file karena nanti harus diupload. Untuk peraturan detil lihat di website ya https://ustraveldocs.com/id/

3. Saat pengisian form D160 ini ada batasan waktu sekitar 90 menit, jika lebih dari itu harus keluar tetapi bisa login lagi dengan memasukkan email, kata sandi dan menjawab pertanyaan. Sebaiknya siapkan semua data sebelum memulai isi. Tapi jika ada yang kurang masih bisa kembali lagi, selama kita belum sampai bagian terakhir. Jika sudah di bagian terakhir dan save, form ini tidak bisa kita utak atik untuk edit lagi

4. Jika punya saudara disana dan sudah legal, dan pernah interaksi via sosial media baiknya dituliskan detil. Daripada tidak ditulis kemudian mereka mengetahui sendiri (misal memang kayak di film-film bisa akses database sosmed).

Pertimbangkan sendiri tentang ini ya, karena situasi tiap orang beda. Saya berani tulis juga karena saudara saya warga negara US dan kerja di Target, jabatannya cukup lumayan.

5. Jawab semua pertanyaan dengan yakin dan apa adanya saja. Jawab secukupnya, ga perlu menjelaskan semua hal yang ujung-ujungnya melenceng dari pertanyaan. Atau malah bisa menimbulkan pertanyaan baru

6. Interviewer terdiri dari beberapa orang, saya dapat yang model Whoppie Goldberg tapi dia agak bete karena orang sebelum saya ditanya jawabannya mbulet. Saya ditanya bahasa Inggris tapi jawab bahasa Indonesia dan dia mengerti. Walaupun Inggris saya lumayan lancar, tapi sambil nunggu sempat baca majalah di situ. Ada suatu cerita tentang penerima beasiswa orang China, saat apply visa dia salah menjawab saat ditanya tentang tempat tinggal di US. Intinya salah menjelaskan, jawaban dia diterima berbeda. Akhirnya visa ditolak dan gagal berangkat.

7. Karena saya domisili di luar kota, jika VISA sudah jadi saya minta dikirim saja. Daripada repot ke Surabaya cuma ambil saja. Toh tidak ada tambahan biaya lagi. Saya minta kirim ke kantor, karena selalu ada yang standby daripada dirumah. Penerima diminta menunjukkan KTP dan difoto sama kurirnya.

8. Beli tiket belakangan saja setelah di VISA ditangan

dokpri
dokpri

Demikian pengalaman saya mengajukan VISA USA di tahun 2019, sebelum era Covid. Semoga masih relevant dan bisa membantu yang mau mengurus visa USA. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun