Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Salam guru penggerak.
Bapak dan ibu guru hebat, apa kabar? Tak bosan kita menguatkan diri untuk selalu belajar, meningkatkan kompetensi agar kita mampu memberikan pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan untuk murid-murid kita.Â
Koneksi Antar Materi Modul 2.3 ini mengangkat tema tentang Coaching untuk Supervisi Akademik. Coaching merupakan prosedur dari sebuah pembinaan untuk guru dalam mendorong rekan guru lainnya untuk mampu memberdayakan potensinya dengan menstimulus guru tersebut agar mampu mengembangkan diri dan praktik kinerjanya. Â Coaching mempunyai tujuan untuk menuntun coachee (murid atau guru) dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan keinginan dari coachee itu sendiri. Â
Supervisi akademik dengan menggunakan tehnik coaching menurut Maryanti (2023) menjelaskan  bagaimana seorang kepala sekolah melakukan program supervisi sebagai bagian dari tugas pokok dan fungsinya untuk mendorong guru untuk melakukan proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, berpikir kritis, dan mampu meningkatkan kompetensinya. Jadi tehnik coaching untuk supervisi akademik merupakan  strategi untuk meningkatkan kinerja guru dengan menumbuhkan kondisi yang mendukung guru dalam menggali semua potensi yang dimilikinya.Â
Tujuan Pembelajaran Khusus dari Koneksi Antar Materi Modul 2.3 ini adalah CGP dapat menyimpulkan dan menjelasakan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media.Â
1. Â Pemikiran Reflektif Terkait Pengalaman BelajarÂ
Pengalaman dan materi pembelajaran yang saya peroleh dalam mempelajari modul ini adalah bahwa pelaksanaan supervisi akademik merupakan sebuah proses dalam pengembangan kompetensi diri seorang guru.  Dalam coaching kita mengenal 3 prinsip yaitu Kemitraan dimana dengan kemitraan maka coach akan menyetarakan posisi dengan coachee sehingga coachee mampu membuka dirinya dengan menggali potensi melalui tuntunan dari coach.  Prinsip berikutnya adalah proses kreatif dimana coach harus mampu  memantik coachee sehingga muncul ide-ide kreatif dari coachee tanpa coach memberikan solusi. Prinsip terakhir dalam coaching adalah memaksimalkan potensi coache dengan cara menstimulus coachee agar menyusun suatu rencana untuk tindak lanjut yang kemungkinan besar akan berhasil jika dilakukan.
Selain itu seorang coach harus memiliki kompetensi coaching yaitu kehadiran penuh (presence) dimana seorang coach harus memiliki kemampuan untuk bisa hadir secara sepenuhnya kepada coachee. Seutuhnya dimaksud adalah badan, pikiran, hati semua tertuju pada percakapan coaching. Kompetensi berikutnya adalah mendengarkan aktif yang merupakan kemampuan dimana seorang coach harus fokus terhadap percakapan coaching sehingga coach mampu memahami sepenuhnya apa yang disampaikan oleh coachee. Hal ini bisa ditunjukkan melalui sikap coach kepada coachee. Kompetensi yang terakhir yang harus dimiliki adalah mengajukan pertanyaan berbobot, pertanyaan dimaksud adalah hasil dari mendengarkan secara aktif dan coach mendapatkan kata kunci untuk mengajukan pertanyaan selanjutnya.Â
Percakapan coaching tentunya menggunakan alur yang disebut dengan alur TIRTA yang terdiri dari Tujuan, identifikasi, Rencana aksi dan Tanggung Jawab. Dalam supervisi akademik dengan menggunakan metode coaching terdapat 3 tahapan yaitu  pra observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan) dan pasca observasi (tindak lanjut).
Emosi-emosi yang saya rasakan ketika saya mempelajari modul ini adalah pada awalnya saya merasa ada kecemasan dalam diri saya, saya merasakan pembelajaran ini cukup sulit dipahami apalagi saya harus mampu memahami dan menerapkan supervisi dengan percakapan coaching yang merupakan hal yang baru untuk saya. Akan tetapi saya mulai merasa tertantang untuk memahami apa yang menjadi kelebihan dari supervisi akademi dengan menggunakan tehnik coaching ini. Hal ini terjadi ketika saya mulai mengerjakan eksplorasi konsep modul 2.3, mengikuti ruang kolaborasi, dan bergabung dalam elaborasi pemahaman. Ketika melaksanakan tugas demonstrasi kontektual saya mulai merasakan gembira karena terdapat interaksi yang mengesankan dengan teman CGP dan sayapun optimis bahwa saya akan mampu menerapkan dalam keseharian saya sebagai guru di lingkungan sekolah.Â
Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan diri dalam proses belajar? menjawab pertanyaan ini, saya merasakan bahwa saya sudah merasa mampu berkolaborasi dengan rekan sesama CGP, mulai dari ruang kolaborasi sampai pada saat pembuatan tugas demostrasi kontekstual. Dari sini terlihat bahwa saya melibatkan diri dalam proses belajar untuk mempraktikkan alur TIRTA dalam percakapan coaching yang saya lakukan. Pada demonstrasi kontekstual saya pun merasakan mendapatkan pengalaman belajar dengan terlibat dalam percakapan coaching dengan CGP lain baik sebagai, coach ataupun coachee.
Akan tetapi saya merasa masih ada kekurangan dalam mempraktikkan percakapan coaching ini yaitu saya merasa bahwa saya masih kurang memahami bagaimana cara memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot kepada coachee saat saya menjadi seorang coach.
Sedangkan dalam keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi adalah setelah mempelajari tentang modul ini saya akan mengoptimalkan diri saya  sebagai seorang guru dan pemimpin pembelajaran yang mampu menjadi coach dan melakukan coaching bagi seluruh warga sekolah.Â
2. Analisis untuk Implementasi dalam Konteks Calon Guru Penggerak
Dalam memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi modul 2.3 ini, saya membahas cara bagaimana agar prinsip dan kompetensi yang ada pada coaching dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi akademik di sekolah.  Pada hal ini kepala sekolah harus sudah memahami tentang prinsip dan kompetensi coaching. Pengetahuan yang dimiliki Kepala sekolah tentang coaching dapat diimplementasikan pada para guru dalam supervisi akademik. Tujuannya adalah agar guru tersebut dapat memecahkan masalah yang ditemui dalam pembelajaran dengan solusi dan kreatifitas dari guru itu sendiri melalui percakapan coaching yang dilakukan kepala sekolah.  Kegiatan supervisi ini bukan saja melakukan penilaian kinerja guru saja, akan tetapi kesempatan ini Kepala Sekolah memfasilitasi guru untuk meningkatkan kompetensi akademiknya. Dalam tehnik coaching untuk supervisi akademik terdapat 3 tahapan. Dimulai ari percakapan pra observasi dimana supervisor (Kepala Sekolah) melakukan percakapan coaching untuk dapat mengetahui dan menebalkan pemahaman agar coachee dapat menerapkan prisip dan kompetensi coching serta menggunakan alur TIRTA dalam percakapan dengan coachee. Tahapan selanjutnya supervisor mengobservasi bagaimana coach dan coachee melakukan percakapan coaching.  Dalam pengamatan coach diobservasi oleh kepala sekolah sesuai dengan rubrik penilaian yang sudah disepakati pada percakapan pra observasi sebelumnya. Tahapan ketiga yaitu tahapan pasca observasi, dimana supervisor memberikan umpan balik/tindak  terkait pelaksanaan observasi yang sudah dilakukan oleh guru.Â
Menerapkan coaching merupakan salah satu cara mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (Insigth) baru dalam pemikiran yang saya terima. Dalam pemikiran saya Coaching dalam supervisi akademik akan menghasilkan pemimpin-pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid untuk dapat menerapkan hal tersebut pada lingkungan sekolah. Untuk mewujudkannya, seorang  pemimpin harus memiliki kompetensi yang mumpuni terutama di dalam hal pembelajaran,  tidak hanya ilmu pengetahuan saja yang diberikan kepada siswa akan tetapi karakter serta sosial emosional siswa. Dengan percakapan coaching seorang pemimpin pembelajaran mampu mengembangkan potensi dan meningkatkan kreatifitasnya dalam menyelesaikan permasalahan yang ada dalam kegiatan pembelajaran.Â
Setelah menerapkan percakapan coaching, saya mencoba untuk menganalisis tantangan yang sesuai dengan keadaan sekolah saya. Tantangan yang terberatnya adalah saya harus menyamakan pemahaman tentang coaching dalam supervisi akademik. Hal ini disebabkan karena tehnik coaching dalam supervisi akademik merupakan hal yang baru. Perubahan paradigma rubrik penilaian supervisi akademik yang sudah ada membutuhkan tahapan yang harus dilakukan secara kontinue, sehingga supervisi akademik menggunakan tehnik coaching ini dapat diterapkan secara menyeluruh.Â
Setelah saya melihat tantangan yang ada, maka saya akan melakukan pengimbasan dan desiminasi  kepada rekan sejawat tentang tehnik coaching dalam supervisi akademik baik prinsip, kompetensi serta tahapannya. Dengan pengimbasan saya berharap kegiatan supervisi akademik dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu meningkatkan praktik kinerja, kompetensi dan kreatifitas guru dalam menyelesaikan tantangan yang ada di  dalam kelasnya. Alternatif lain yang akan saya lakukan adalah memberikan video praktik percakapan coaching dalam supervisi akademik melalui media sosial dan membuka akses agar seluruh rekan-rekan guru bisa mengakses dan mempelajari tehnik coaching ini.
3. MEMBUAT KETERHUBUNGAN
Pengalaman masa lalu yang saya rasakan saat disupervisi oleh kepala sekolah merupakan pengalaman yang mendebarkan, rasa cemas apakah saya mampu menunjukkan yang terbaik sesuai dengan rubrik penilaian kepala sekolah. Supervisi yang saya lakukan merupakan agenda rutin
Saya pernah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah, akan tetapi kegiatan tersebut hanya sebatas menjalankan kewajiban saja tanpa mengetahui makna supervisi yang sebenarnya. Kegiatan supervisi yang sebenarnya. Kegiatan supervisi akademik hanya dilakukan saat kepala sekolah/pengawas melakukan observasi kelas saja tanpa adanya kegiatan pra observasi dan pasca observasi. Sehingga hanya sebatas pemberian nilai guru saja.
Â
Untuk kedepannya setelah memahami tentang coaching dalam supervisi akademik ini, maka penerapan kegiatan supervisi ini menjadi bagian dari peningkatan kopetensi guru untuk lebih menggali dan memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh guru. Hal ini diharapkan dapat dilakukan secara kontinue agar hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Keterkaitan konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul 2.1 sebelumnya yang sudah saya pelajari adalah dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi yang melakukan pemetaan atau membagi kelompok sesuai minat belajar siswa yang bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan pengetahuan siswa dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Begitu juga dalam percakapan coaching ini, dengan menerapkan percakapan caoching menggunakan alur TIRTA, diharapkan coachee mampu menggali secara maksimal kemampuan dan potensinya sesuai dengan apa yang menjadi harapan saat coachee menghadapi suatu permasalahan dalam pembelajaran.
Sedangkan dalam modul 2.2, saya mempelajari tentang pembelajaran sosial emosional. Pembelajaran sosial emosional sangat diperlukan dalam melakukan tehnik coaching, seperti pada saat kita mendengarkan aktif coachee saat menjawab pertanyaan-pertanyaan kita atau sedang menceritakan permasalahannya, maka kita sebagai coach haris memiliki mindfullness (kesadaran penuh dimana kita harus memberikan perhatian penuh kepada coachee dilandasi rasa ingin tahu. Manajemen diripun juga bisa kita lakukan dengan tehnik STOP ketika coachee sudah merasa terbawa emosi dan merasa "stuck" dalam percakapan coaching. Diharapkan setelah melakukan tehnik STOP coachee bisa lebih rileks dan lebih santai dalam menceritakan permasalahannya sehingga potensi dan kreatifitas coachee dalam menyelesaikan masalah dapat terlihat secara maksimal.
Pada bagian akhir ini, informasi yang saya dapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar CGP adalah tentang bagaimana kesadaran kepala sekolah akan pentingnya memiliki pengetahuan tentang coaching merupakan faktor utama dalam kegiatan supervisi ini yang kemudian diterapkan dalam supervisi akademik untuk para guru. Â Hal ini akan memberikan pengaruh positif dalam proses pembelajaran selanjutnya. Â Dengan memberikan informasi tentang rubrik penilaian dan kompetensi yang akan dikembangkan oleh guru yang akan diobservasi saat pra observasi, membuat guru yang akan disupervisi lebih siap dan mengetahui kompetensi apa yang akan dia kembangkan. Begitu juaga pada saat pasca observasi, dimana supervisor memberikan umpan balik dari supervisi yang dilakukan. Dengan umpan balik maka guru akan mengetahui apa yang harus lebih dikembangkan dalam kompetensi mengajarnya. Prinsip dalam coaching yaitu kemitraan membuat kegiatan supervisi berjalan dengan nyaman akan membuat guru akan lebih mampu mengeksplorasi kemampuannya dalam praktik mengajar saat supervisi.
Cukup sampai disini artikel tentang Koneksi Antar Materi Modul 2.3 ini, semoga dapat bermanfaat untuk kita semua.
Terima kasih
Salam guru penggerak.Â
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H