Ada sebuah perusahaan yang didirikan oleh pengusaha terkenal yang sedang naik daun di Taiwan, Guo Tai Ming. Perusahaan ini diprotes oleh seorang insinyurnya. Insinyur ini berkata, "Saya mengorbankan seluruh daya upaya, kesetiaan, tenaga, waktu saya untuk perusahaan ini, tapi kenapa hanya pemiliknya yang jadi kaya?"
Guo Tai Ming merespon protes ini dengan berkata bahwa ada tiga hal esensial yang menyebabkan hal itu terjadi.
"Pertama. Tiga puluh tahun yang lalu saya mengorbankan semua harta untuk membangun perusahaan ini. Kamu hanya mengorbankan mungkin puluhan lembar CV untuk datang melamar pekerjaan dan sewaktu-waktu kamu akan pergi.
Perbedaan aku dan kamu adalah: Aku membuat pekerjaan dan kamu mencari pekerjaan.
Kedua. Aku memilih untuk turun lapangan mencari kesempatan sampai pada akhirnya Apple bekerja sama karena aku membuat keputusan besar. Kamu bekerja di departemen sesuai ijazah dan nilai sekolah.
Perbedaan aku dan kamu adalah: Memilih dan dipilih.
Ketiga. Dua puluh empat jam sehari aku memikirkan bagaimana menciptakan keuntungan. Semua keputusanku, sekecil apapun itu, akan mempengaruhi mata pencaharian banyak individu. Kamu hanya menunggu kapan pulang kantor untuk menjaga keluargamu.
Perbedaan aku dan kamu adalah besar kecilnya tanggung jawab."
Sahabat, seringkali kita hanya melihat apa yang ada di permukaan. Padahal di balik satu kesuksesan, ada ratusan pengorbanan, kegagalan, penderitaan, dan berbagai hal lain yang tak bisa kita lihat. Ada banyak nilai yang dibangun sebelum sukses bisa terlihat. Kesabaran, ketangguhan, solidaritas, toleransi, kasih sayang. Ini semua tak terlihat dari luar.
Lihat saja Colonel Sanders yang baru sukses di penghujung usianya. Tak banyak penikmat ayam Kentucky yang tahu bahwa ayam itu ada setelah berbagai pengorbanan beliau, passion beliau terhadap ayam goreng yang tak pernah padam oleh penolakan banyak orang.Â
Keringat, darah dan air mata tersebut belum tentu diceritakan. Dan banyak orang iri terhadap kesuksesan tersebut tanpa mau membangun nilai dengan menjalani pengorbanan dan kesabaran di baliknya. Nah kalau iri terus ada di hati, gimana mau sukses?
Jadi, marilah kita belajar membangun nilai-nilai sukses dari setiap kisah sukses, bukan hanya melihat suksesnya saja. Apalagi iri dan protes, mengeluh mengapa mereka beruntung sekarang, dan kita tidak mendapat apa yang mereka dapatkan.
Bangunlah kedekatan dengan Sang Pemilik Sukses, tauhid orang sukses, spirit sukses, kepribadian sukses, cara pikir sukses, ketangguhan orang sukses, kesabaran orang sukses.Â
Sukses sesungguhnya hanya datang kalau niat awalnya adalah untuk mendekatkan diri padaNya. Sukses yang benar adalah sukses dalam rangka ibadah, karena tugas kita di dunia murni hanya untuk ibadah.Â
BE x DO = HAVE. Bekerja saja tidak menjamin sukses. Apa yang ada di dalam hati, otak, dan setiap sel tubuh harus dibangun dulu untuk membuat apa yang kita kerjakan efektif membawa kesuksan, sampai akhirnya kita menikmati sukses tersebut. Cek apa yang kita fikirkan mengenai sukses, cek apa sikap kita, perilaku kita terhadap sukses. Ini yang prioritas harus dibangun.
Kalau kita ingin sukses tapi bolak balik berkata, "Aku mah siapa?" atau sering iri melihat orang sukses, atau merasa semua orang sukses itu licik, jahat, dan jauh dari kebaikan... wah... sukses akan jauh dari kita.
Tapi kalau kita merasa dekat dengan sukses karena Allah itu dekat, bahwa Allah mendengar impian kita, akan membukakan jalan kita menuju sukses kalau kita serius minta padaNya, dan impian itu menjadi alat kita mendekat padaNya, insya Allah sukses akan datang lebih mudah.
Nah, apa hal yang paling sederhana yang bisa kita lakukan sekarang juga untuk membangun pribadi sukses?
Sumber: Catatan Mbak Dian Ekawati
Ditayangkan juga di: Sukses itu yang ada di dalam, bukan yang terlihat di luar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H