Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahagia Itu Menemukan Pemberian, Kita Adalah Jawaban Doa bagi Penerimanya

13 Juli 2018   11:43 Diperbarui: 13 Juli 2018   11:45 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jangan berkata-kata seperti itu, Sahib! Tuhan itu nyata, saya mendapatkan buktinya tiga bulan lalu."

"Saya sedang sangat kesulitan saat itu karena anak saya satu-satunya dipukuli hingga babak belur oleh teroris yang menginginkan informasi darinya, yang ia tak tahu. Saya menutup kedai saya, dan membawanya ke rumah sakit. Ada obat yang harus saya tebus, tetapi saya tak punya uang. Tidak ada satupun yang mau memberi saya pinjaman, karena takut akan teroris. Saat itu saya putus asa."

"Hari itu saya berdoa terus pada Tuhan, dan Tuhan datang ke kedai saya hari itu."

"Saat saya kembali ke kedai, saya menemukan gemboknya dirusak. Saya merasa hancur, saya kehilangan semua yang syaya miliki. Tetapi saya menemukan Tuhan meninggalkan Rs 1000 di bawah tempat gula. Saya tak bisa menjelaskan betapa berharganya uang itu pada saat itu. Tuhan itu nyata, Sahib."

Keteguhan keyakinannya terpancar dr matanya. 15 pasang mata semua melihat sang pemimpin rombongan yang dengan jelas memberikan kode, "Diam!"

Sang pemimpin rombongan kemudian bangun dan membayar tagihannya. Dia memeluk orang tua itu dan berkata, "Iya, Baba, saya tahu Tuhan itu nyata dan, tehnya sangat nikmat."

Kemudian ada 15 pasang mata yang hampir tak dapat membendung air mata melihat pemimpinnya itu, sungguh sebuah pemandangan langka.

Kenyataannya adalah, kita semua bisa menjadi "tangan Tuhan" mewujudkan doa-doa dan harapan-harapan penuh derai air mata bagi siapa saja.

Sahabat,

Kira-kira apa hal paling mudah dan paling sederhana yang bisa kita lakukan untuk menjadi tangan Allah hari ini?

Kenapa hal itu penting?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun