Bahlul mendekati sebuah bangunan yang telah ditinggalkan, lalu ia duduk. Syeikh Junaid pun datang mendekatinya. Bahlul kemudian bertanya lagi, "Siapakah engkau?"
"Syeikh Baghdadi yang bahkan tak tahu bagaimana caranya makan," jawab Syeikh Junaid.
"Kau tak tahu bagaimana cara makan, tetapi tahukah kau bagaimana cara berbicara?" tanya Bahlul.
 "Ya!" jawab syeikh.
"Bagaimana cara berbicara?" tanya Bahlul.
"Aku berbicara tidak kurang, tidak lebih, dan apa adanya. Aku tidak terlalu banyak bicara. Aku berbicara agar pendengar dapat mengerti. Aku mengajak orang-orang kepada Allah dan Rasulullah. Aku tidak berbicara terlalu banyak agar orang tidak menjadi bosan. Aku memberikan perhatian atas kedalaman pengetahuan lahir dan batin," jawab Syeikh.Â
"Lupakan tentang makan, kerana kau pun tak tahu bagaimana cara berbicara!" jawab Bahlul sambil berdiri, menyibakkan pakaiannya, dan berjalan pergi.
Sang Syeikh mengejar Bahlul lagi hingga mendekatinya. Bahlul lalu bertanya, "Apa yang kau inginkan dariku? Kau, yang tidak tahu bagaimana cara makan dan berbicara, apakah kau tahu bagaimana cara tidur?"
"Ya, aku tahu," jawab syeikh.
"Bagaimana caramu tidur?" tanya Bahlul.
"Ketika aku selesai salat Isya dan membaca doa, aku mengenakan pakaian tidurku," jawab sang syeikh. Kemudian ia ceritakan cara-cara tidur sebagaimana yang lazim dikemukakan oleh para ahli agama.
"Ternyata kau juga tidak tahu bagaimana cara tidur!" seru Bahlul ketus seraya ingin bangkit.