Kisah ini dikutip dari kitab yang berjudul "Orang-orang Gila Yang Berakal" mengenai Syech Bahlul di Bagdad.
Manusia, meskipun ia seorang sultan penguasa sekalipun, hanyalah seorang hamba. Kita, sultan, presiden, raja, sama dan sederajat. Bahkan kalau kita lebih taqwa, kita bisa lebih mulia dari seorang raja yang dzalim dan lupa pada Tuhannya. Sesungguhnya dunia ini hanyalah tempat manusia mempersiapkan hidup abadi di akhirat.
Di dunia ini manusia terbatas kemampuannya. Di surgalah ia bisa leluasa hidup dengan segala kenikmatan. Tapi dunia membutakan manusia sehingga manusia tak mampu mempersiapkan hidup abadi tersebut. Jabatan, kedudukan, kekayaan menjadi ujian yang melenakan. Melenakan pemiliknya, menipu yang disekitarnya.
Seringkali kita memuliakan seseorang sedemikian rupa karena kedudukan, jabatan atau hartanya, tapi lupa untuk memuliakan Yang Maha Mulia. Kita mengira kita bisa mulia karena manusia yang kita fikir mulia. Kita lupa bahwa kita hanya bisa mulia saat memuliakan Sang Maha Mulia. Dipanggil pejabat, langsung menyahut dengan penuh hormat. Dipanggil Allah melalui adzan tak bergeming sedikitpun. Sesungguhnya siapa yang harus kita utamakan? Siapa yang kita butuhkan?
Apakah pelajaran yang bisa kita dapatkan dari sini, sahabatku? Apa pesan yang Allah selipkan khusus untukmu dari kisah ini? Khusus hanya untukmu, dengan segala ujianmu? Bagaimanakah kita bisa #NaikKelas berkat pesan tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H