Seorang laki-laki melihat ada makanan-makanan lezat di tayangan media sosialnya. Setiap kali dilihatnya makanan itu, sakit hatinya. Sudah lama ia tak mampu membeli makanan-makanan enak itu. Istrinya hanya membawakan makanan-makanan yang murah didapat. Makanan di restoran? Lupakan. Dompetnya tak mampu menjangkau Dengan langkah gontai ia pulang ke rumah. Restoran di kanan kiri jalan sungguh sangat menggoda. Tapi ia tak mampu. Untuk dirinya sendiri pun tak bisa apalagi membawa keluarganya seperti yang ada di berbagai media sosial tersebut.
Tiba-tiba ia melihat ada seorang pengemis yang mendapatkan makanan bekas dari tempat sampah dan memakannya dengan senang. Ia terhenyak. Ia tak pernah sampai harus menggaruk tempat sampah. Meskipun tak bisa makan di restoran, ia masih bisa makan di rumah atau bawa bekal makanan murah dari rumah. Meskipun murah, bukan makanan bekas.
Masya Allah... Allah hadirkan pengemis itu untuk menyadarkan hatinya.
Betapa ia merasa menjadi manusia yang tak bersyukur. Ia pun segera mengucap ampunan padaNya. Disambutnya makanan di rumahnya yang sederhana dan jauh dari gemerlap restoran, dengan suka hati dan penuh syukur.
Seringkali kita fokus pada apa yang kita tak punya
 Padahal bahagia ada pada syukur atas apa yang ada
 Seringkali kita menginginkan yang orang lain miliki
 Padahal bisa saja itu buruk bagi kita
 Seringkali kita membenci apa yang Allah beri
 Padahal itu sudah pasti yang paling baik bagi kita
 Dan ada jutaan orang di luar sana yang mendambakan yang kita punya
Seringkali kekurangan kita anggap sebagai musibah
 Padahal bisa jadi kekurangan adalah nikmat
 Dan kemewahangan adalah ujian yang menenggelamkan
 Allah lebih tahu apa yang terbaik
 Ikhlas saja, dan nikmati saja apa yang ada.
Sekarang, apa rasa tak puas yang perlu kita ganti dengan rasa syukur?
 NikmatNya yang mana yang belum benar-benar kita syukuri?
 Bagaimana kalau nikmati-nikmat yang tak kita syukuri diambil kembali?
 Karena tak semua orang punya mata, telinga, dan tangan?
 Sudahkah kita syukuri?
 Apa lagi yang harus kita syukuri?
 Ketidakpuasan apa yang perlu kita ganti?
Dan untuk yang suka posting makanan enak di media sosial, ingatlah bahwa tak semua orang mampu menikmatinya. Bukan tidak mungkin ada yang sedih melihat apa yang kita tayangkan.Â
Marilah kita sampaikan hal-hal yang bisa membuat orang lain happy dan bersyukur, jangan sampai kata-kata kita, posting kita, membuat orang lain sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H