Banyak orang tua resah mengenai bully. Apakah anaknya terancam menjadi korban bully? Atau apakah anaknya menjadi bully?
 Dan orang tua pun sibuk melengkapi anak agar tak menjadi bully dan jangan sampai juga jadi korban bully.
Setelah pagi-pagi melengkapi anak, membekali dengan berbagai pesan, orang tua pergi menuju komunitas masing-masing. Apakah mereka pun siap untuk tidak menjadi korban bully atau menjadi bully?
Masih banyak orang yang setiap kali berkelompok mencari topik mengenai keburukan orang lain. Dan kalau si korban perbincangan muncul, mereka merasa hebat kalau bisa mewakili group nya untuk tampil judes atau berkata tidak enak pada si korban.
 Bully dewasa?
Dan sebagai korban, banyak pula yang tak mampu menghalau galau dan sedih, dan akhirnya menjadi korban abuse. Mereka merasa dikucilkan, merasa dibenci, dan akhirnya sakit.
Siapkah kita sebagai orang dewasa mencegah bully?
Yuk, jangan sampai kita jadi bully dewasa.
 Hati-hati kalau kita cepat tidak suka pada orang lain, merendahkan orang lain, membincangkan orang lain, larut dengan emosi orang lain yang negatif. Janganlah kita ikut pada keburukan. Orang cepat sakit hati, kita ikut-ikutan sakit hati. Orang sebal kita ikutan sebal.
 Padahal orang yang "dianggap menyakiti" atau "dianggap dzalim" atau sekedar jadi korban kekesalan, bisa saja orang baik yang menjadi korban salah faham. Ia tak mampu menjelaskan dirinya atau membela dirinya sendiri.
 Dan bisa saja sesungguhnya ia lebih baik, lebih mulia daripada kita di mata Sang Pencipta. Minimal dalam kasus ini yang menggunjing yang sudah pasti salah.
Dan marilah kita belajar untuk menang dari bully.
 Kalau ada orang yang menggunjing, memfitnah, menganggap kita dzalim, inilah kesempatan kita untuk introspeksi. Apa benar kita dzalim? Apa sesungguhnya kita memang kita telah menyinggung?
 Kalau ya, minta maaflah sesegera mungkin.
 Berusahalah perbaiki diri.
 Mereka tetap jadi bully?
 Bukan urusan kita. Biarkan Sang Pencipta yang menilai.
Bahagialah menjadi korban gunjingan. Syukuri.
 Karena kita sendang menabung pahala.
 Bahagialah menjadi orang yang berusaha menjalin persahabatan tapi ditolak.
 Bersyukurlah kalau kita merentangkan tangan tanpa dibalas
 Atau memberi salam tanpa disambut.
 Karena Allah yang akan membalas dan menyambut.
 Jadikan keburukan yang menimpa kita sebagai kesempatan belajar
 Menjadi manusia yang lebih kuat
 Lebih tangguh
 Dan lebih siap menjadi khalifahNya, rahmatan lil alamin.
 Karena Rasulullah saw pun seumur hidupnya ditempa dengan berbagai jenis bully.
Yuk,
 Bersihkan hati dari rasa tidak enak apapun.
 Jaga mulut dari kata apapun yang tak berkah
 Jaga perbuatan agar selalu membawa keutamaan akhlak
 Insya Allah segala hal yang muncul di hadapan kita
 Baik itu kesempatan menggunjing menjadi bully
 Atau digunjingkan dan dikucilkan sebagai korban bully
 Adalah kesempatan untuk mengasah jiwa, hati dan lidah
 Untuk selalu menjaga kesucian hati, pikiran dan kata
 Untuk selalu mendekat padaNya
 Meraih ridloNya
 Sampai kita masuk istana surgaNya.
Aamiin yra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H