Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaya dan Sederhana Itu Baru Hebat

25 September 2017   05:02 Diperbarui: 25 September 2017   05:45 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baginya keindahan tak hadir dari kepemilikan atas barang-barang, tapi pada hati yang penuh syukur.
Ia mampu mensyukuri alam semesta yang indah, dan ini sumber bahagia dan kedamaiannya. Barang dan kepemilikan apapun itu malah bahaya baginya. Barang dan kekayaan bisa menjauhkannya dari apa yang sesungguhnya penting dalam hidup, yaitu menciptakan manfaat bagi orang banyak. Ini yang penting, ini yang esensial. Ini investasi sesungguhnya yang ia cari. Dan apapun yang mengancam hal ini terjadi dijauhinya, terutama barang dan merk.

Ia tak dikendalikan barang, tak pula dikendalikan "apa kata orang" dan "gengsi" karena bisa punya ini dan itu. Merek mobil dan apapun yang dipakai bukanlah penanda kemakmuran baginya. Karena makmur dan sejahtera baginya dan istrinya datang dari dalam hati dan lubuk sanubari yang paling damai.

Banyak orang yang bilang "Saya bahagia kalau saya punya barang A, barang B, barang, C, atau berpenghasilan sekian.." atau bilang, "Kalau saja saya bisa berpenghasilan.... pasti saya bisa merasa damai dan tenang." Ada pula yang mengatakan, "Kalau aku punya mobil A, B, C, pasti aku lebih menarik banyak orang" atau "Kalau pakai tas merk ini dan itu, pasti aku lebih dihargai."

Percayalah, Sang Maha Pencipta sudah mengatakan bahwa gunung emas pun tak akan cukup bagi manusia. Jadi kalau sekarang mengejar 50 juta untuk bahagia, percayalah kalau 50 juta datang, belum tentu juga bahagia datang. Mungkin akan ada target baru, mengejar 100 juta untuk bahagia. Inilah pencarian bahagia yang tak ada ujungnya, karena yang dicari sesungguhnya bukan sesuatu yang membawa bahagia. Bahagia datang dari diri sendiri. Cinta ada dari diri sendiri. Penghargaan yang datang karena kita tarik dengan uang, bukanlah penghargaan yang membawa bahagia. Tapi penghargaan yang cetek dan dangkal. Coba kalau tak ada lagi tas merk A atau mobil merk B, apakah mereka masih menghargai? Apakah kita mau mendapatkan penghargaan model itu? Apakah yang seperti itu yang bawa bahagia?

Nah, sahabat, apa yang bisa kita pelajari dari tulisan di atas? Kita tak pernah tahu bagaimana mereka ke depan, dan bagaimana mereka tumbuh sebagai seorang milyuner. Kalau kita fokus saja pada kebaikan baik-bait kata-kata milyuner sederhana ini di atas, pelajaran apa yang bisa kita ambil?

Bagaimanakah kita bisa menjadi manusia yang lebih baik belajar dari kata-kata di atas?
 Perubahan apa yang paling mudah dan paling membawa kedamaian diri, belajar dari kata-kata dan pesan seorang Mark Zuckerberg?

Apa yang selama ini kita kejar dan sesungguhnya tidak esensial? Bahagia seperti apa yang sesungguhnya kita cari?

Terima kasihku pada Mbak SB Mayaningsih, Group Indigo, yang berbagi tulisan di atas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun