Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar dari Sepasang Mualaf di Padang Arafah

3 September 2017   08:55 Diperbarui: 3 September 2017   09:20 2064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Benar, dalam Kristen kami juga diajarkan sembahyang, bahkan sembahyang malam juga. Namanya dalam Islam tahajud kan?" gumamnya sambil tersenyum.

"Saya tidak pakai mukena, memang, tapi suatu malam, saat saya sedang ibadah sendirian, saya liat di cermin saya sedang duduk pakai mukena. Padahal kan waktu itu saya sedang pakai baju biasa. Saat itulah saya tahu saya harus masuk Islam," tambah istrinya.

"Kami iri pada Bapak Ibu sekalian yang sudah Muslim sejak lahir. Kami menjadi Muslim saat kami dewasa. Kami jauh sekali tertinggal. bapak sudah banyak dzikir sejak kecill. Kini kami harus mengejar saudara-saudara kami. Itulah sebabnyak kami tak mau berhenti berdzikir sampai tua, sampai kami dipanggil dan meninggal," seru si suami.

Jemaah lain pun tercengang. Tak pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa status Islam sejak kecil adalah sebuah karunia luar biasa yang membuat iri banyak mualaf. Tapi status istimewa memang kadang menjadi kelemahan, karena status ini yang membuat para Muslim sejak lahir jadi lalai dan lupa mensyukurinya.

Justru mereka yang baru masuk dalam Islam lebih mampu menghargai keIslamannya, dan tak mau membuang-buang waktu. Amal ibadah dinilai di akhir. Bukan yang awal. Jadi orang yang di akhir hidupnya mampu memanfaatkan waktu dan tak membuangnya untuk melakukan hal di luar jalanNya, tentu akan mendapat ganjaran lebih mulia, daripada mereka yang lebih lama ada dalam keimanan tapi tak memanfaatkannya, serta lalai di akhir hidupnya.

Nah, sahabat Miraj, bagaimanakah kita bisa belajar dari kedua pasangan suami istri ini dengan lebih baik lagi?

Bagaimanakah agar kita bisa memanfaatkan setiap detik dalam hidup kita dengan lebih khusuk lagi? karena esok belum tentu ada.

Yuk, daftar umrah bersama Miraj Umrah yuk. Jangan sampai kita tercatat sebagai makhluk yang lalai dalam agama.

Source: Catatan Haji - Guru spiritualku di Padang Arafah mualaf Cina

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun