Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kanker yang menjadikanku lebih sabar, lebih ikhlas

5 Februari 2017   20:24 Diperbarui: 5 Februari 2017   21:15 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Afiana, Lavender Ribbon Cancer Support Group, dalam rangka #WorldCancerDay dan Ulang Tahun Kedua Lavender Ribbon Cancer Support Group

Penerima anugerah kanker, teruslah berkarya. Niatkan sebagai ibadah bagiNya.

20 Februari 2015, tepat sebulan satu hari dari ulang tahunku yang ke32, aku menerima diagnosa kanker, CA mamae invasive. Nyeri yang enam bulan aku rasakan, yang tadinya kufikir cuma pengaruh hormonal, ternyata adalah CA mamae. Allah berikan hadiah ini untuk saya.

Saat diberi tahu dokter aku menangis sedih. Kusalahkan Tuhan yang memberikan kanker. Kenapa aku? Aku tidak pernah ikut program KB hormonal, aku menyusui putriku sampai dua tahun, kenapa aku masih harus menghadapi kanker? Aku tak tahu apa yang Allah rencanakan bagiku. Tapi aku tetap yakin Allah punya hadiah yang spesial bagiku di balik semua ini. Aku yakin, tetap yakin.

Seminggu penuh aku mengurung diri dan menangis. Alhamdulillah Allah memberikan suami yang pengertian. Ia terus berusaha tegar di depanku. Tiap hari Minggu suamiku mengajak jalan-jalan ke mall untuk menghiburku. Tapi tetap aku tak mau. Aku menangis dan menangis. Suamiku pun mengalah. Dia tahu hobiku membaca. Dibelikannya aku buku-buku tentang Gus Dur. Ternyata inilah jalan Allah yang dibukakan melalui suamiku. Alhamdulillah.

Belajar dari Gus Dur dan bangkit

Dari cerita-cerita mengenai Gus Dur aku belajar bahwa penyakit apapun tak boleh menghalangi seseorang untuk tetap bersemangat hidup dan bermanfaat bagi orang lain. Gus Dur punya tumor pada matanya sejak kecil. Tapi Gus Dur tak pernah mengeluh. Gus Dur tetap bersemangat. Beliau mampu menjadi teladan bagi banyak orang, membawa manfaat bagi seluruh Indonesia, bahkan mampu menjadi presiden. Ia bisa menikmati hidup dengan bercanda dalam kondisi apapun. Setiap buku yang kubaca mengisahkan berbagai hal yang lucu, namun tetap menyentuh jiwa. Berkat cerita-cerita ringan inilah aku mulai bersemangat kembali.

Ya Allah, akhirnya pikiranku terbuka.

Dari situlah aku mulai bangkit. Aku mencoba untuk tegar. Aku mulai shalat istikharah, memohon petunjukNya, ikhtiar apa yang harus aku lakukan. Aku baca dalam Quran bahwa dalam lebah ada obat untuk berbagai penyakit. Dari situlah aku mulai mencoba berbagai produk lebah.

Kudengar juga dari adikku bahwa ada penemuan dari Dr. Warsito yang bisa membunuh sel kanker. Aku pun merasa bahwa inilah jawaban Allah untuk istikharah yang aku jalankan.  

Aku pun memeriksakan diri ke dokter onkologi di Malang dan disarankan untuk operasi. Kalau saat operasi terjadi kebocoran, aku pun harus kemo. Suamiku tak mengizinkan kemo. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Tangerang untuk mulai mencoba jaket ECCT, jaket listrik temuan Pak Warsito.

Alhamdulillah berkat doa dan dukungan semua saudara, Maret 2015 aku berhasil mendapat alat ECCT. Aku mendapat 1 bra ECCT dan 1 jubah ECCT. Mulailah terapi ECCT ku. Semiggu taka da rasa. Dua minggu pemakaian aku mual, muntah dan diare. Alat kupakai terus. Itulah dampak detox yang aku rasakan.

Teman-temanku penasaran dengan alat tersebut. Setiap orang yang mengunjungiku selalu bertanya soal jaket ini. Ada teman yang bilang, “Sebagai orang medis, carilah penyembuhan secara medis juga.”

Aku tahu ia khawatir dengan keadaanku. Aku tersebut. Kujawab, “Kita manusia. Allah yang maha tahu umur kita. Sakit bukan syarat mati. Yang sehat pun bisa meninggal. Jadi kita wajib ikhtiar. Aku tak tahu kapan matiku. Yang jelas di akhirat nanti kita akan mempertanggungjawabkan semua. Tanggung jawab saya sebagai istri, sebagai ibu, sebagai pegawai harus terus kujalankan. Aku tak mau disalahkan kalau lalai menjalankan tanggung jawab yang Allah berikan padaku. Maka dari itu aku memilih ECCT. Aku tetap bisa melayani suami, mengajari putriku dengan tugas-tugas sekplahnya dan tetap bisa menjalankan tugasku sebagai bidan, meskipun tentu tidak sesempurna biasanya.”

Temanku pun terdiam. Ia menyerah dengan kata-kataku dan berdoa untuk kesembuhanku. Aamiin.

Pola hidup baru

Kanker mengantarkanku pada pola hidup baru. Mulai saat itu aku berhenti makan protein hewani. Aku mulai membangun pola hidup yang tenang, santai, pelan-pelan tidak terburu-buru. Aku berusaha memaafkan semua yang menyakitiku. Aku berdamai dengan semua proses hidupku.

Alhamdulillah kondisiku membaik. Aku tetap fit. Pola hidup baruku benar-benar membantuku hidup lebih sehat lahir batin.

Propolis, madu, pollen dan royal jelly terus aku pakai. Untuk luka aku pakai aloe propolis cream. Aku akui aku kurang rajin, kurang telaten dan istikomah meminumnya. Meskipun demikian badanku terus fit, dan staminaku terjaga. Aku dapat menjalankan semua kewajibanku dengan baik. Alhamdulillah berkat semua yang kujalani kanker tak menghalangiku untuk terus berkarya dan bermanfaat bagi sesama.

Cobaan demi cobaan datang menjelang

Allah tak berhenti memberikan ujian bagiku. Di tengah prosesku menuju kesembuhan suamiku harus menjalani operasi batu ureter di pertengahan Ramadlan 2015. Lalu gentian aku mendapat rezeki putriku operasi usus buntu. Ya Allah, aku terus memohon kekuatan dariNya. Alhamdulillah aku terus diberikan kekuatan untuk merawat putriku.

Pada bulan Februari 2016 Allah beri aku hadiah kembali. Aku dipindah tugaskan dari desa yang dulu aku tempati. Desa sekarang lebih luas medannya, lenbih menantang di banding desa sebelumnya. Tapi kali ini mengurus putriku menjadi lebih repot. Tiap hari aku harus pulang ke rumah yang berjarak 30-an km untuk bisa terus mendampingi putriku bersekolah. Rupanya inilah ujian dari Allah, apakah aku tetap istiqomah untuk menjalankan pola hidup yang tenang dan sesuai kondisi tubuh.

Ternyata saat itulah aku lengah. Aku terlalu memforsir diri. Aku kelelahan. Aku lengah ketika kondisi sudah bagus, aku mulai bersepeda dengan jarak jauh. Akhirnya benjolan bertambah menonjol dan pecah.

Dengan pengalaman itu aku banyak belajar. Kini aku berusaha untuk kembali menata pikiran agar aku tak terlalu berambisi. Aku belajar tenang. Akhirnya demi kesembuhanku aku tinggal di tempat kerja suami dan anakku di rumah. Kami bertemu sekali seminggu. Sedih sekali, pasti. Tapi kalau ini yang Allah ingin aku jalankan, aku ikhlas.

Lavender bagiku, membuka hikmah di balik kanker

Alhamdulillah ketika galau datang, Allah kirimkan Mbak Indira dan teman-teman Lavender untuk terus berbagi hal-hal yang positif dan menenangkanku. Berkat apa yang dibagi dalam group aku sematkan dalam pikiranku bahwa dunia itu sementara. Dunia adalah ladang amal. Jika kita ikhlas bersyukur Allah berikan lebih dari yang kita duga. Berfikir positif itu kuncinya, tersenyum itu amalannya. Meski hati sedih, cobalah lebarkan bibirmu, tariklah ke atas dan tersenyumlah. Insya Allah dukamu beralih menjadi bahagia.

Kanker mengajarkanku untuk lebih sabar, taat pada orang tua, pada suami. Kanker menyadarkanku bahwa aku selama ini egois, merasa paling benar sendiri. Kini aku belajar sabar dan nrimo. Bagiku dukungan suamiku dan keluargaku sangat berarti dan sangat kusyukuri. Suamiku dan keluargaku benar-benar tahu apa yang aku sukai. Mereka terus berusaha membuatku selalu happy. Alhamdulillah. NikmatMu yang mana lagi yang hendak kudustakan, ya Allah. Semua begitu indah.

Terima kasih, Lavender. Terima kasih, Teh Indi dan teman-teman semuanya. Semoga terus bermanfaat bagi semuanya.

Bagi semua pendamping, sebisa mungkin buatlah para penerima anugerah kanker ini selalu nyaman agar mereka juga bisa lebih sabar dan tenang dalam menjalani pelajaran kankernya. Bagiku hal inilah yang benar-benar berperan dalam proses kesembuhanku.

Bagi teman-teman dan siapapun yang juga menerima anugerah kanker, tersenyumlah. Itulah hadiah terindah dari Allah bagi kita semua. Yakinlah Allah akan menyembuhkan kita pada waktu yang paling tepat dan indah. Yakinlah kesembuhan bukan dari dokter, bukan dari mahalnya obat tapi dari keyakinan bahwa Allah yang menyembuhkanmu. Jangan pernah putus asa dan jangan bersedih karena Allah selalu ada dan mencintai kita. Allah itu kun fayakun, kalau bilang “terjadi” maka akan terjadi. Mari kita tunggu takdir kesembuhan dengan sabar, doa dan tetap istikomah dalam berikhtiar.

 Tetaplah berkarya, manfaatkan umur. Selalulah merasakan sehat, pasti kita sehat. Aamiin.

-----

Ingin membantu teman-teman penerima kanker di Lavender? Silakan kirim donasi anda ke Yayasan Lavender Indonesia di Bank Mandiri nomor rekening 1270007342932. Kirim bukti transfer ke Indri Yusnita via wa atau sms di +62 815 8700930.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun