Ada seorang guru yang kelelahan dan datang ke rumah seorang saudagar kaya dengan pakaian seadanya. Saudagar kaya ini tak mau menemui sang guru dan menyuruh para pembantunya mengusirnya.
Kebetulan beberapa saat kemudian sang guru hadir dalam pertemuan dan jamuan makan untuk para saudagar di kotanya. Kebetulan pula saudagar kaya ini diundang. Suatu ketika dalam acara itu sang saudagar meminta sang guru duduk di sebelahnya.
Sang guru menanggalkan jasnya yang indah dan mahal, meletakannya di sebelah kursi sang saudagar. Ia pun berkata,
"Mungkin yang kaucari bukan aku tapi bajuku.
Kemarin aku datang ke rumahmu dengan baju kumal tapi aku diusir oleh pembantumu.
Adakah yang bisa dibantu oleh bajuku ini?"
Manusia sering sekali menghormati atribut
Dan melupakan esensi
Jadi jangan terlalu bangga kalau dihormati
Siapa tahu yang dihormati sesungguhnya bukan kita
Tapi baju kita, kekayaan kita, dan atribut lainnya
Saat semua itu tak ada
Mereka pun tak mau menghargai kita
Kalau kita tak lebih dari sekedar atribut
Dan kalau kita dihina,
Tak perlu kecil hati atau sedih
Karena mungkin yang dihina pun bukan kita
Tapi harta yang sedikit,
Baju yang kumal
Rumah yang tak besar
Pekerjaan yang tak prestis
Jabatan yang tidak tinggi
Atau hal-hal lain yang tidak esensial
Karena tanpa itu semua
Kalau kita menghargai diri kita
Dengan syukur yang ada pada setiap yang ada pada kita
Kita sangat kaya secara hakiki
Kita yang sesungguhnya, secara esensi
Bukan atribut atau yang terlihat saja
Khawatirlah kalau kita tak bisa tampil baik di hadapanNya
Resahlah kalau kita tak bisa berbagi dengan apa yang diberi
Sedihlah kalau kita hanya hidup dengan keluhan diri sendiri
Dan lupa bahwa kita hidup untukNya, sesama dan semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H