Mohon tunggu...
Indira Tomiko
Indira Tomiko Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Indonesia

Halo! Saya senang berbagi opini saya mengenai kesehatan!

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sampai Kapan HPV Menjadi Musuh Tersembunyi Wanita?

7 November 2023   11:00 Diperbarui: 7 November 2023   12:16 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by vectorjuice on Freepik

Ketika berbicara mengenai masalah kesehatan reproduksi, hampir semua pemikiran tertuju pada HIV/AIDS. 

Namun, seberapa familiar kah Anda dengan Human papillomavirus (HPV) yang merupakan penyebab kanker serviks, penyebab kedua tertinggi kematian akibat kanker di Indonesia, dan salah satu beban finansial terbesar dalam sistem kesehatan Indonesia?

Human papillomavirus (HPV) merupakan kelompok virus yang dapat menyebabkan masalah kesehatan reproduksi, seperti kutil kelamin dan kanker serviks. 

Ganasnya transmisi HPV merupakan momok bagi kaum wanita. Pasalnya, pada tahun 2018, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperhitungkan terdapat 13 juta infeksi HPV baru di seluruh dunia. 

Berdasarkan data World Health Organization (WHO), HPV telah menyumbang 9,3% kasus kanker serviks baru dan 8,8% dari keseluruhan kematian akibat kanker di Indonesia. 

Setiap wanita yang aktif maupun tidak aktif secara seksual berisiko untuk mengidap HPV jika tidak mendapatkan vaksinasi.

WHO telah menentukan beberapa target untuk mengeliminasi HPV yang berlaku secara global, dimana 90% remaja usia 15 tahun mendapatkan vaksinasi HPV dosis lengkap, 70% wanita melakukan screening di usia 35 dan 45 tahun, serta 90% wanita yang mengidap kanker serviks mendapatkan pengobatan.

Image by Freepik
Image by Freepik

Vaksinasi merupakan salah satu langkah paling cost-effective untuk mencegah infeksi HPV. Sayangnya, program vaksinasi wajib HPV hanya diberlakukan bagi siswi SD kelas 5 dan 6. 

Bagaimana dengan wanita-wanita muda yang ingin menjaga kesehatan reproduksinya dan lebih berisiko? Mereka harus merogoh kocek mulai dari Rp 750.000 hingga Rp2.700.000 hanya untuk 1 dari 3 kali dosis vaksin HPV tanpa ditanggung BPJS. 

Terlebih, banyak terdengar berita simpang siur mengenai dampak buruk vaksin HPV yang bisa menyebabkan kemandulan dan menopause dini, membuat perbaikan kesehatan masyarakat terkesan jalan di tempat. 

Hal tersebut menyebabkan cakupan vaksinasi HPV di Indonesia tahun 2018 hanya sebesar 0,5% dibandingkan dengan Amerika Serikat (sebesar 46%) dan Inggris (sebesar 80,6%).

Walaupun demikian, vaksinasi tidak memberikan perlindungan 100% terhadap semua jenis HPV berisiko tinggi sehingga screening rutin dengan metode pap smear diperlukan untuk wanita berusia 21 tahun ke atas. 

Kali ini masyarakat bisa sedikit bernafas lega karena pap smear adalah layanan yang ditanggung oleh BPJS, walaupun WHO berpendapat pap smear kurang efektif dibandingkan dengan HPV DNA-based test yang harganya lebih menguras kantong. Seperti vaksinasi, tentu saja persepsi masyarakat berperan penting dalam pelaksanaan screening HPV ini. 

Tidak sedikit wanita yang merasa pap smear tidak diperlukan karena merasa tidak memiliki gejala ataupun malu karena pemeriksaan dilakukan oleh dokter laki-laki. Faktor sosial seperti pendidikan, pendapatan, budaya, dan kepercayaan juga mempengaruhi keputusan seseorang atas kesehatan dirinya.

Dari segala permasalahan terkait vaksinasi dan screening HPV yang ada, tidak ada alasan lagi bagi Indonesia untuk menutup mata. 

Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan tenaga kesehatan untuk mempromosikan screening dan vaksinasi HPV kepada masyarakat, terutama pada kelompok yang berisiko, serta didukung dengan kebijakan yang berlaku.

Indira Tomiko dan Adelia Pramesti Zahra
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun