Kuliner khas suatu daerah selalu punya cerita. Begitu pula dengan kuliner Betawi, yang seringkali tenggelam di balik gemerlapnya modernitas Jakarta.
Namun, novel Delicious Lips karya Zulfairy membuktikan bahwa warisan kuliner Betawi dapat menjadi latar menarik untuk kisah remaja yang sarat emosi.
Novel bercerita tentang Zakia, si siswi teladan sekaligus wakil ketua OSIS pengganti, ditugaskan untuk mencari Aro, si siswa cupu yang sudah bolos dua minggu. Dalam usaha baiknya ini, Zakia bukan hanya menemukan fakta mengejutkan tentang Aro, tetapi juga menikmati berbagai hidangan Betawi yang memperkaya perjalanan emosionalnya.
Kuliner Betawi sebagai bintang utama
Salah satu daya tarik utama novel ini adalah deskripsi kuliner Betawi yang menggugah selera. Penulis dengan cermat membawa pembaca mencicipi soto Betawi yang gurih, bir pletok yang segar, hingga makanan tradisional lain yang mungkin jarang dikenal generasi muda.
Melalui novel ini, pembaca diingatkan bahwa Jakarta, meskipun modern, memiliki kekayaan budaya yang tak boleh dilupakan.
Big applause to Zulfairy for successfully integrating local culinary into a compelling narrative!
Gaya penceritaan yang asyik dibaca
Dengan gaya bahasa yang santai, khas anak muda, dan penuh humor, novel ini sukses membuat pembaca terus ingin melanjutkan halaman demi halaman. Narasi dan dialog, terutama yang menggunakan bahasa khas Betawi, menambah warna cerita.
Selain itu, sudut pandang pertama dari Zakia juga membuat pembaca merasakan dinamika emosi seorang remaja Gen Z yang penuh energi dan rasa ingin tahu.
Kekurangan dalam pengembangan karakter dan plot
Cerita ini secara keseluruhan baik. Hanya saja ada kelemahan dari sisi pengembangan karakter dan penyelesaian plot.
Penggambaran tokoh Zakia, Aro, dan tokoh-tokoh pendukung sudah cukup baik namun karakter utama seperti Zakia dan Aro kurang diberi ruang untuk berkembang secara natural, sementara beberapa subplot terasa tidak memiliki tujuan yang jelas.