Novel ini termasuk novel yang tebal, sekitar 400 halaman. Bagi orang-orang yang tidak biasa membaca buku tebal, kemungkinan besar akan cepat bosan. Pasti mau cepat-cepat ending saja.
Ditambah nama-nama tokoh Jepang yang sulit untuk diingat, membuat kemungkinan besar ada pembaca yang miss dalam memahami cerita.
Perlu diingat juga bahwa novel ini tidak mempunya konflik utama yang menggemparkan yang harus diselesaikan di akhir. Setiap bagian-bagian ceritanya memang ditujukan untuk menceritakan bagaimana koneksi antara Toko Kelontong Namiya dengan para pengirim surat.
Tapi, saran saya, tetaplah baca sampai akhir. Setidaknya kamu semakin lama semakin sadar apa hubungan di antara para tokohnya.
Benang Merah dalam Toko Kelontong Namiya
Awalnya saya kira buku ini akan fokus kepada tokoh tiga pemuda yang menerima surat-surat yang tiba-tiba datang. Tetapi, ternyata tidak. Ini termasuk spoiler jadi harap kebijaksanaannya.
Tidak hanya fokus pada tiga pemuda penerima surat, tapi juga fokus kepada para pengirim surat. Saya juga sarankan bagi pembaca untuk fokus dengan ceritanya karena alur cerita ini maju mundur.
Kamu juga bakal menarik benang merah yang ada dalam buku ini di bagian-bagian akhir cerita. Ternyata hal ini berhubungan dengan hal itu. Ternyata tokoh ini pernah bertemu dengan tokoh itu. Semuanya saling terkoneksi satu sama lain meski adanya perbedaan masa.
Pada akhirnya, saya merekomendasikan ini bagi pembaca yang suka dengan cerita fantasi tapi juga heartwarming. Buku ini cocok untuk dibaca di tengah kesibukan kerja dan aktivitas yang menggunung sehingga kita bisa lepas dari ikatan waktu yang mencekik. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H