Mohon tunggu...
Indi Khairun Nisa
Indi Khairun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi KPI'22 (STAI TebingTinggi Deli)

Menulis adalah bukti bahwa kamu pernah ada dalam peradaban

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jangan Salah Lagi! Ini Perbedaan Personal Branding dengan Flexing

15 Maret 2024   22:38 Diperbarui: 15 Maret 2024   22:52 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Personal Branding itu Bukan Flexing!

"Ah sama saja, kan sama-sama ingin pamer!"

"Lalu, apa bedanya?"

Tentu jelas keduanya memiliki perbedaan yang menonjol dan mungkin inilah yang masih sangat jarang orang lain ketahui. Meski keduanya memang tampak menunjukkan diri, sehingga terkesan ingin mencuri atensi orang-orang. Tapi ada baiknya jika sekarang kita tau perbedaannya nih agar tidak salah paham lagi. Sebenarnya apasih perbedaan personal branding dengan flexing?

"Tujuan pamer antara keduanya  menjadi pembeda"

Jelas kita tentu sudah tak asing lagi dengan Personal Branding maupun Flexing, terutama di kalangan Gen Z saat ini, (walaupun juga opsional, setidaknya kita lebih mendominasi). Perlu diketahui bahwa Personal Branding adalah upaya meningkatkan/mengembangkan kapasitas diri untuk menunjang karir seseorang. 

Singkatnya, Personal Branding adalah kegiatan "pamer" yang sudah terorganisir dan sudah jelas maksud serta tujuannya, bukan semata-mata hanya untuk mencari perhatian segelintir orang-orang tanpa maksud dan tujuan yang jelas. Dengan begitu personal branding dapat membentuk persepsi masyarakat tentang diri seseorang yang meliputi kepribadian, kemampuan serta pencapaian. "Seperti menjual brand milik kita sendiri".

Sedangkan Flexing ialah kegiatan "pamer" yang tidak terorganisir, cenderung memaksakan diri hanya untuk mendapat pengakuan orang lain. Kegiatan flexing ini juga hanya sebatas untuk memenuhi kepuasan diri atas kesenangan semata dalam memamerkan kekayaannya. Singkatnya, flexing adalah suatu kebiasaan seseorang untuk memamerkan apa yang mereka miliki di media sosial.

Nah, dari pernyataan di atas sudah mulai terlihat bukan perbedaan personal branding dengan flexing? Lalu apa sebenarnya penyebab seseorang melakukan flexing?

"Aku harus terlihat keren agar diterima dalam circle mereka"

Orang yang melakukan flexing di media sosial pada dasarnya menginginkan pengakuan dalam suatu kelompok, ia menanamkan bahwa dalam membentuk relasi atau pertemanan diperlukan pengakuan agar bisa diterima di lingkungan. Menurut Lu'luatul Chizanah, orang berprilaku flexing menunjukkan self esteem atau harga diri yang lemah, tidak mempunyai kepercayaan diri, serta selalu menutupi kekurangan agar orang lain terkesan. Ini dapat dihindari dengan selalu menanamkan rasa syukur dan membangun kepercayaan terhadap diri sendiri.

Sampai sini, masih tertarik untuk melakukan flexing? Biar saya jelaskan apa dampak yang akan kamu dapatkan jika masih terus menerus melakukannya.

"Sial, aku tidak memilikinya. Tapi aku harus mendapatkannya bagaimanapun caranya"

Jika sudah terbiasa melakukan flexing hal ini pasti akan sangat mengganggu, apabila tidak memiliki sesuatu yang akan dipamerkan di media sosial, terlebih lagi jika orang-orang telah mengklaim bahwa kamu  bisa mendapatkannya. Akhirnya timbul keinginan untuk menghalalkan segala cara agar apa yang ingin dicapai bisa terwujud. Lebih parahnya lagi, apabila masalah tersebut tidak terselesaikan,  tidak menutup kemungkinan untuknya melakukan hal-hal di luar nalar yang akan merugikan dirinya bahkan oranglain.

"Aku lelah melakukan ini semua, aku lelah berpura-pura"

Dampak lainnya bahwa flexing dapat mengganggu kepribadian bahkan kesehatan mental seseorang. Penulis buku The High Price of Materialism mengatakan bahwa, seseorang yang melakukan tindakan flexing cenderung memiliki sifat kurang empati, kurang prososial dan lebih kompetitif, sehingga akan mengganggu kepribadiannya sendiri.

Pelaku flexing kerap kali berpura-pura tentang hidupnya, sebenarnya ia lelah dengan kepura-puraan tersebut. Namun ibarat berada di pasir hisap, semakin ia bergerak semakin ia tenggelam.

Semakin jelas nih, lalu apasih manfaat membangun personal branding?

"Lihatlah, personal branding sangat berbanding terbalik dengan flexing"

Jika tindakan flexing tadi hanya sebatas memenuhi kesenangan serta mendapatkan pengakuan orang---orang, lain halnya dengan Personal branding ada banyak manfaat yang didapatkan jika kamu membangunnya:

  • Kamu bisa membangun reputasi, dengan bagaimana orang lain melihat dan menilai kita secara konsiten, hal tersebut akan memancarkan citra diri kita sendiri. Dalam hal mengembangkan kemampuan dan meningkatkan self esteem, self wroth, self awerness dan hal-hal positif lainnya yang dapat menjadi pembeda antara kamu dengan individu lain.
  • Kamu dapat membangun kredibilitas, orang-orang akan cenderung memepercayai jika mereka melihat kita ahli dalam suatu bidang dan dapat diandalkan dalam bidang tersebut.
  • Kamu dapat membangun koneksi, dengan branding diri yang jelas kita akan mendapat nilai plus dari public, sehingga ini akan membantu untuk meluaskan koneksi, maka jangan heran jika nantinya banyak tawaran kolaborasi dari berbagai pihak.
  • Kamu dapat meningkatkan citra media sosial, melibatkan sosial media dalam membangun personal branding adalah ide cemerlang. Bukan sekedar untuk bersenang-senang, orang akan lebih tertarik untuk berinteraksi dengan kita jika kita konsisten memebrikan konten yang relevan dan bermanfaat. Hal ini memungkinkan semakin meluasnya jaringan yang akan anda gaet.

Nah, sudah lihatkan dimana letak perbedaan flexing dan personal branding? Saya rasa sudah cukup jelas.

Jadi, masih berminat melakukan flexing? Bukankah sebaiknya mulai membangun Personal Branding?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun