"Waduh, ternyata kamu enggak seperti yang saya kira. Ternyata... Kamu bermodal!!"
"Hehehe... Kalau bermodal jangan sampai ke spot, cukup diri diri kita aja yang tau ya..."
"Damn! It's hidden!"
"Hahaha... You bet, vidi."
******
Khanza adalah anak orang berada. Tetapi setiap hari kalau pergi ke sekolah, dia hanya membawa sebuah motor vesp* tua yang sudah di percantik lagi... Tapi dibalik vesp* tua itu, siapa yang menyangka kalau khanza adalah anak orang berada?
Tidak ada... Karena orang cenderung percaya dengan apa yang mereka lihat saja. Kalau khanza membawa ducat* mungkin orang akan berpikir berbeda. Inilah gunanya menjadi tidak sombong. Dapat banyak keuntungan. Khanza adalah anak yang tidak sombong.
Dengan menjadi tidak sombong, dia punya banyak teman. Dan bisa dengan aman dalam mengikuti lingkungan sosialnya. Khanza cantik, khanza terbaik. (Lebay) Namun hanya orang yang bermartabat saja yang dapat melihat jauh kedalam sosok diri khanza.
Saya bukan orang bermartabat. Setidaknya, martabat saya masih berada di level pemula. Jadi martabat saya enggak ada hebat hebatnya sama sekali hahahaha.
Lanjut...
Pernah suatu waktu guru seni di sekolah kami menyuruh kami kerja berkelompok. Saya kedapatan satu kelompok sama khanza, jujur, saya selalu memandang khanza unik. Cewek... Bawa vesp* tua, pokoknya unik aja, unik disini tidak dalam konotasi negatif. Unik disini dalam arti yang positif.
Kami mendapat tugas melukis di atas kanvas, dengan cat minyak, dengan tema lukisan lanskap.
Long story short, saya memutuskan untuk melukis dirumah khanza, sebenarnya saya mau menawarkan khanza untuk melukis dirumah saya, tapi letak rumah saya jauh sekali dari sanggar seni kami.Â
Jadi saya pikir kalau rumah khanza lebih dekat dan dia juga menawarkan saya untuk melukis disana, dirumahnya, ya saya terima saja tawaran dari dia.
******
Setelah berada 15 menit menaiki vespa khanza. Khanza berhenti didepan halaman sebuah rumah,
"Bentar ya, mau nelfon dulu.."
"Oh oke, silahkan.." -- Kemudian saya mempersilakan khanza menelfon.
Sambil menunggu khanza menelfon, saya bengong memperhatikan pohon pohon yang menjulang tinggi di kawasan jalan raya ini.
Sesekali saya melihat pemotor melaju cepat dan melewati saya yang sedang duduk duduk di pinggir trotoar. Beberapa menit kemudian saya menunggu sambil memainkan ponsel saya.
"Non khanza, silahkan masuk."
Tiba tiba ada seseorang yang menyapa khanza dari bagian dalam halaman sebuah rumah, tepat dimana saya dan khanza sedang berhenti.
"Vid, yuk masuk."
Tidak ada angin, tidak ada hujan, saya bagai diserang panik dan tanya yang berlebihan pada saat itu juga.
"Loh, kok, ngapain masuk za?"
"Ih vidi... Ayo masuk."
"Ngapain, zaa? Itu siapa? -- Tanya saya keheranan pada orang yang tadi sudah menyapa khanza.
"Itu security dirumah gue, vid."
"Astaga!!"
"Vidi... Hihi."
"Uda deee jangan lebay. Yuk masuk vid."
"I, iya za..."
Astaga... Saya kaget sekali. Ini rumahnya khanza? Saya langsung keringat dingin.
******
Di setiap kota, pasti didalam hati kita, kita memiliki sebuah kegemaran akan lokasi2 tertentu, dalam kota tersebut. Saya juga punya.
Di kota kembang, daerah cpgnt dikenal sebagai daerah elit. Jalanan raya cpgnt itu menghadirkan pemandangan indah akan rumah rumah megah yang asri dan terbangun dengan nilai sejarah yang tinggi, melambangkan sejarah terdahulu di kota kembang.
Seperti yang dapat dilihat, semua rumah itu terdapat pada sisi kiri maupun sisi kanan nya pada jalanan raya cpgnt.
Ketika memasuki rumah khanza, saya melihat halaman yang luas. Ditumbuhi oleh pohon pohon pinus dengan jalan sekitar 20 meter kedepan, menuju beranda rumahnya.
Rumahnya nampak asri dan menyejukkan, meski berada di tengah tengah kota sekalipun.
Kalau anda punya teman orang kota kembang dan rumahnya di daerah jalanan raya cpgnt. Dengan rumah yang langsung memiliki akses menuju jalan raya, berarti teman anda ini spesial.
Karena harga rumah di cpgnt bisa mencapai puluhan miliar rupiah. Tentu saja, ini nominal kecil bagi orang orang berada seperti khanza dan keluarganya, tetapi dengan kesederhaan nya, semua itu tidak terlihat frontal di mata saya.
"Vidi... Kok bengong?"
"Eh, eh? Ini benaran rumah kamu, za?"
"Iya vidi... Ini rumah orang tua ku."
Saya: *Lanjut bengong*
******
Fiksi Kota Kota, 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H