Mohon tunggu...
Indigo
Indigo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penyimak persoalan-persoalan sosial & politik,\r\n

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wapres Boediono: Masjid Sarang Teroris?

30 April 2012   00:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:57 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita semua berkepentingan agar masjid dijaga jangan sampai jatuh ketangan mereka yang menyebarkan gagasan yang tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme sektarian, permusuhan terhadap agama dan kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa berujung kepada tindak kekerasan dan terorisme. Islam adalah agama yang sangat toleran. Islam mengajarkan kepada kita bahwa jalan terbaik adalah jalan tengah. (Islamedia)

Pernyataan Wapres Boediono tersebut adalah bagian dari isi pidato didepan pengurus Dewan Masjid Indonesia (27/4). Sebuah pernyataan yang sama fatalnya dengan pernyataan soal adzan yang dipersamakan dengan do'a.

Mungkin Wapres sudah lupa bahwa pemerintah masih punya "hutang" atas kasus Ahmadiyah yang justeru sangat selaras dengan pernyataan diatas. Bahwa istana dibawah pemerintahan SBY-Boediono telah  " jatuh ketangan mereka yang menyebarkan gagasan yang tidak Islami seperti radikalisme, fanatisme sektarian, permusuhan terhadap agama dan kepercayaan orang lain, dan anjuran-anjuran provokatif yang bisa berujung kepada tindak kekerasan dan terorisme.

Wapres seharusnya berkaca kepada sikap pemerintah selama ini dalam menjaga kedamaian antar pemeluk agama, bukan malah memberikan sentimen negatif dengan pernyataannya tersebut. Alih-alih ingin menciptakan suasana yang kondusif ditengah umat beragama, malah menciptakan lelucon yang sama sekali tidak lucu!. Pernyataan kekhawatiran bahwa masjid jatuh pengelolaannya ketangan pihak-pihak yang berpotensi menyebarkan tindakan yang berujung kekerasan dan terorisme justeru menimbulkan permasalahan baru. Sehingga antara  jama'ah dan pengurus masjid tumbuh rasa curiga yang tidak perlu dan ini akan memunculkan situasi yang tidak kondusif, sehingga kegiatan masjid pada titik tertentu bisa mandeg dan vakum.

Melempar isu seperti dalam isi pidato Wapres didepan Dewan Masjid Indonesia, mengingatkan kembali kepada kondisi yang terjadi dimasa orde baru yang membuahkan sikap represif aparat terhadap pengurus masjid, khususnya kepada para penceramah. Sehingga isi ceramah pun  harus disortir oleh aparat keamanan demi kepentingan pemerintah saat itu. Tentunya kita berharap bahwa pernyataan Wapres Boediono tersebut bukan sebagai wacana awal untuk melakukan tindakan represif seperti zaman orde baru.

Kita patut mempertanyakan isi pidato Wapres tersebut, apakah benar-benar murni hasil olah fikirnya atau ada pihak lain yang membuatkannya. Karena kalimat-kalimat dalam isi pidato Wapres Boediono tersebut menyiratkan "kepentingan" pihak-pihak yang selama ini menggaungkan faham liberalisme dalam beragama. Bila isi pidato tersebut memang dibuatkan oleh pihak lain, jelaslah sudah bahwa pihak-pihak yang berfaham liberalisme tersebut menunggangi pemerintah untuk memuluskan kepentingan kelompoknya.

Sinyalemen yang disampaikan oleh Wapres Boediono tersebut justeru membukakan tabir bahwa sesungguhnya terorisme dilakukan oleh orang-orang bodoh, yang bisa diperalat oleh pihak lain. Lebih tepatnya terorisme yang terjadi selama ini adalah boneka kepentingan pihak-pihak tertentu. Kebodohan tersebut tampak dengan menggunakan masjid sebagai basisnya. Alangkah mudahnya aparat keamanan untuk melakukan antisipasi upaya-upaya terorisme bila masjid digunakan sebagai tempat menyebarkan radikalisme!.

Padahal kita tahu beberapa pihak yang dikatakan pemerintah dianggap sebagai teroris, baik yang dibunuh ataupun ditembak mati, dalam kesehariannya menunjukkan sikap yang tertutup meskipun ramah terhadap lingkungannya. Bagaimana mana mungkin dengan profile seperti itu hendak menyebarkan hal-hal yang diungkap oleh Wapres Boediono melalui penguasaan kepengurusan masjid?. Bahkan dibanyak pemberitaan para pihak yang diangap teroris tersebut justeru keberadaanya dilingkungan kurang diketahui. Bagaimana mungkin orang-orang berprofile seperti itu hendak menguasai masjid?, sebuah sinyalemen yang tidak berdasar!.

Wapres Boediono seharusnya memberikan perhatian penuh pada pihak-pihak yang ada disekeliling istana agar tidak menjadi pembisik-pembisik yang bisa memperkeruh kehidupan beragama dinegeri ini. Berkacalah bahwa sesungguhnya istana justeru lebih dulu menjadi titik awal propaganda terorisme dinegeri ini dengan tunduk kepada kepentingan global dalam soal pemberantasan terorisme dengan Amerika sebagai tuan besarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun